Biografi & Masa Kecil NABI MUHAMMAD S.A.W.
MAULUDIL RASUL
Firman ALLAH terhadap Muhammad s.a.w.: “Bukankah Allah dapati engkau yatim, lalu Ia pelihara? Bukankah Ia dapati engkau bingung, lalu Ia tunjuki? Dan bukankah Ia dapati engkau miskin, lalu Ia beri kecukupan?”
Bapanya, Abdullah bin Abdul Muttalib, sudah meninggal dunia dua bulan sebelum ia dilahirkan. Tetapi apa yang telah dikurniakan Allah kepadanya di dalam keadaan yatim itu, adalah lebih dari ketiadaan yang disebabkan kepergian bapanya itu.
yaitu pemeliharaan ibunya, lalu neneknya dan akhirnya pamannya. Dengan pertumbuhan tubuh dan jiwa sangat wajar, ia menjadi seorang anak yang sangat indah.
Mula-mula menjadi pengembala kambing, meningkat menjadi pedagang, menjadi terkenal di tengah orang banyak kerana tingkah lakunya yang indah menarik setiap insan yang mengenalinya, akhirnya kahwin mendapatkan seorang jodoh yang amat ideal, lalu berpengaruh dan berwibawa, menjadi penyantun anak yatim dan orang-orang miskin.
Keyatimannya telah diganti Allah dengan ilmu, pengalaman dan budipekerti. Allah telah mendidiknya dengan pendidikan yang amat baik, mempersiapkan dirinya menjadi pembawa tugas kenabian, kerasulan dan pengembang syariat, sebagai penutup dan semua Nabi dan Rasul. Bahkan ia dijadikan Allah menjadi makhluk terbaik di tengah-tengah makhluk Allah yang banyak.
Kemelaratan yang dideritanya semenjak kecil telah diganti Allah dengan kecukupan, Allah memberkatinya dalam perdagangannya, dalam kehidupannya di tengah ummat manusia dengan nama yang baik, kepercayaan manusia atas dirinya dan akhirnya dengan kesempurnaan agama yang diajarkannya.
Setelah ia mencapai usia enam tahun, dia dibawa ibunya dalam perjalanan jauh dari Makkah ke Madinah untuk mengunjungi keluarganya Bani Najjar, yaitu Ibu saudara dari ayahnya, dengan maksud mengunjungi rumah tempat bapanya meninggal dunia sebelum ia lahir, juga menziarahi kubur bapanya itu. Muhammad dan ibunya menetap beberapa hari lamanya di tengah tengah keluarga bapanya itu dengan mendapat penghargaan yang sangat baik dari segenap tetangga.
Ketika dalam perjalanan kembali ke Makkah, ibunya sakit, lalu meninggal dunia dan di kuburkan di suatu tempat yang bernama Abwa. Setelah ibunya dikuburkan, semua orang sudah kembali ke rumah masing-masing, tinggallah Muhammad bersama pengasuhnya di dekat kubur itu, terdiam tidak keluar kata, di bawah terik panas matahari padang pasir. Sedang di saat itu ia masih anak kecil berumur enam tahun. Airmatanya mengalir membasahi kubur ibunya, meratapi yang juga sudah bertindak sebagai ganti bapanya. Dengan wafatnya ibunya ini, tinggallah dia tanpa bapa dan ibu, yatim piatu.
Setelah lama berdiam, dia menoleh keliling, kiranya tidak seorang juga lagi manusia yang berada di tempat itu, selain Ummu Aiman pembantunya.
Ummu Aiman lalu menyapu airmata yang mengalir di pipi Muhammad, sambil berkata menghiburkan dan menenangkan kalbunya, membangkitkan keberanian hatinya menghadapi kesedihan dan kehidupan. Muhammad berkata kepada Ummu Aiman: “Hai, Ummu Aiman, saya sudah kehilangan ibu dan bapa, kehilangan dua naungan yang menaungi kepalaku, sedangkan saya masih dalam perjalanan antara dua negeri, maka ke manakah seharusnya saya menuju sekarang ini, hai Ummu Aiman? Apakah meneruskan perjalanan ke Makkah atau kembali ke Madinah?”
Mendengar pertanyaan ini, meletuslah tangis Ummu Aiman yang selama itu ditahannya. Airmatanya menghujan jatuh membasahi tanah yang tandus itu. Peluh dinginnya mengalir di sekujur badannya, suaranya menjadi serak (parau) ketika dia mencoba menjawab pertanyaan Muhammad dengan pertanyaan pula:
“Ya, ke manakah engkau ingin tuju, hai Muhammad? Apakah kepada bapamu Abdul Muttalib, penghulu (ikutan) bangsa Quraisy, agar engkau bertempat tinggal bersama dia di bawah naungannya?”
Muhammad segera bertanya: “Mengapa engkau katakan bapaku Abdul Muttalib? Bapaku? Jangan dikatakan bapaku, tetapi katakanlah nenekku, sebab bapaku sudah meninggal dan hari ini sudah meninggal pula pengganti bapaku, yaitu ibuku. Ya, Abdul Muttalib adalah nenekku, bapa dan bapaku. Antara saya dan nenekku ada antara, di antara itulah ada paman-pamanku, anak-anak dan paman-pamanku itu, dan saya adalah salah seorang dan mereka yang banyak itu.”
Dengan perkataan itu Muhammad membayangkan akan kedudukannya di bawah neneknya, kerana dia adalah satu di antara yang banyak. Jadi tentu lain dengan di bawah ibu atau bapanya sendiri.
Begitulah Muhammad dengan pembantunya, Ummu Aiman, meneruskan perjalanan ke Makkah, lalu Muhammad diserahkan oleh Ummu Aiman kepada kakeknya Abdul Muttalib. Abdul Muttalib sangat sedih hatinya ketika menerima cucunya yang amat dicintainya itu.
Kecintaan Abdul Muttalib terhadap Muhammad dan kecintaan Muhammad terhadap Abdul Muttalib sama setara. Demikianlah secara pendek bayangan kehidupan kedua insan itu. Tetapi dua tahun kemudian, datuknya yang tercinta ini pun meninggal dunia. Tidak kurang kesedihan Muhammad dengan kematian kakeknya ini dengan kematian ibunya, malah menurut Muhammad sendiri, adalah lebih sangat sedih.
Ketika orang ramai sudah pulang ke rumahnya masing masing setelah selesai menguburkan datuknya, Muhammad tetap berada di dekat kubur itu menangis dan meratap dengan airmata yang tak putus-putusnya menitis ke bumi yang kering. Berkata ia: “Engkaulah bapaku sesudah bapaku, engkaulah yang telah dapat meringankan penderitaan hidupku, yang selalu mengusapkan tangan membelai kepalaku untuk mengurangkan kesedihan hati dan penderitaanku sepeninggalan ibuku. Apakah sepeninggalanmu, hai datuk, aku akan kembali menderita?”
Muhammad lalu memalingkan mukanya kepada Ummu Aiman yang berada di belakangnya, lalu berkata: “Sekarang ke mana aku harus pergi, ya Ummu Aiman?”
Mendengar kata-kata sedih berkabung dan pertanyaan Muhammad itu, Ummu Aiman tidak dapat menahan airmata sedihnya. Ia menangis sambil meletakkan tangannya di bahu Muhammad, lalu berkata: “Engkau bertanya ke mana, bukankah masih ada bapamu, yaitu Abu Talib, ya Muhammad.” Muhammad terdiam sejenak, Ialu berkata: “Bapaku Abu Talib, hai Ummu Aiman? Bukankah bapaku sudah meninggal, begitu juga bapa dan bapaku? Bukankah Abu Talib itu bapa saudaraku, saudara bapaku? Katakanlah ia adalah bapa saudaraku, hai Ummu Aiman. Beliau adalah seorang mulia, terkemuka, mempunyai kehebatan dan kemuliaan, terpandang dalam masyarakatnya. Tetapi bukankah beliau seorang melarat, yang banyak anak, hai Ummu Aiman? Kalau aku engkau serahkan kepada beliau, tentu saja beban beliau akan bertambah berat. Aku tak suka menambah beratnya beban seseorang.”
Abu Talib ini adalah seorang yang sangat cinta terhadap Muhammad, tidak kurang dari kecintaan datuknya dan ibunya. Ummu Aiman menyerahkan Muhammad kepada bapa saudaranya, Abu Talib.
Karena keadaan kehidupan Abu Talib yang melarat itu, maka Muhammad terpaksa berusaha bagaimana dapat meringankan beban pamannya itu. Sekalipun masih kanak-kanak, ia berusaha mendapatkan penghasilan sekalipun bagaimana juga kecilnya. Ia menerima upah menggembalakan kambing orang dan kemudian berdagang- dagang kecil.
[…] membawa keyakinan umatnya hingga ia memiliki kekuatan untuk mengembalikan sebuah dogma. Dogma yang mengajarkan ketunggalan dan kegaiban (immateriality) Tuhan yang mengajarkan siapa sesungguhnya Tuhan. Dia singkirkan tuhan palsu dengan kekuatan dan […]
SukaSuka
[…] jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa seijin pemiliknya. Bukankah Rasulullah Saw sudah memperingatkan kita lewat sabdanya : “Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka […]
SukaSuka
[…] indah situasi di mana hati Nabi Muhammad SAW berdenyut menunjukkan cinta dan sayang kepada puterinya itu. Seakan- akan kulihat Az-Zahra’ […]
SukaSuka
[…] indah situasi di mana hati Nabi Muhammad SAW berdenyut menunjukkan cinta dan sayang kepada puterinya itu. Seakan- akan kulihat Az-Zahra’ […]
SukaSuka
[…] apa yang aku ucapkan (pendapatku); lantas ada hadits dari Nabi Saw yang shahih bertentangan dengan ucapan/pendapatku tersebut, maka hadits Nabi lebih utama (untuk […]
SukaSuka
[…] Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang ‘alim di Baghdad. Biografi beliau dimuat dalam Kitab Adz Dzail ‘Ala Thabaqil Hanabilah I/301-390, nomor 134, karya Imam […]
SukaSuka
[…] Ibnu Nadim berkata : “Dia faqih, shalih, dan ahli […]
SukaSuka
[…] Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang padamu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. […]
SukaSuka
[…] mengagumkan, karena Allah Subhannahu wa Ta’ala memiliki tanda-tanda kekuasaan tersendiri dan kisah-kisah lain yang di dalamnya terdapat pelajaran berharga bagi orang-orang yang berkenan […]
SukaSuka
[…] Setelah siuman dia pun lantas pergi. Aku berkata di dalam hati, “Aku berfatwa, padahal Rasulullah saw. ada ditengah-tengah […]
SukaSuka
[…] Silsilah Nabi Muhammad Saw […]
SukaSuka
[…] sambungan dari kisah Masa Kecil Nabi Muhammad sebelumnya.. […]
SukaSuka
[…] Adalah Seorang Nabi Sesudah Nabi Isa Al – Masih Serta 4 Orang Yang Pertama Kali Memeluk pada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi WasallamProfil Dan Sejarah Kehidupan Kenabian Nabi Muhammad Shallallau Alaihi wa Sallam Bag. I, Keyakinan […]
SukaSuka
[…] itu adalah sekedar memperlihatkan amalannya, tetapi barangsiapa yang diperiksa penghisabannya pada hari kiamat berarti dia telah merasakan adzab.(HR: Muslim no. […]
SukaSuka
[…] itu adalah sekedar memperlihatkan amalannya, tetapi barangsiapa yang diperiksa penghisabannya pada hari kiamat berarti dia telah merasakan adzab.(HR: Muslim no. […]
SukaSuka
[…] Abu Bakar * Ilmu Kimia, Ilmu Tumbuh-tumbuhan 965-1040 * Ibn Al-Haitham (Alhazen) * Fisika, Optik, […]
SukaSuka
[…] yang pertama kembali kesisi ALLAH Tabaraka wa Ta’ala. Kemudian madulah istrimu yang satu dengan istri-istrimu yang lain dengan batasan hanya 4 orang wanita sebagaimana Firman ALLAH yang tersebut di atas […]
SukaSuka
[…] 776-868 * Amr Ibn Bahr al-Jahiz * Ahli ilmu hewan 787 * Al Balkhi, Ja’far Ibn Muhammad (Albumasar) * Astronomi 796 (Meninggal) * Al-Fazari, Ibrahim Ibn Habib * Astronomi 800 * Ibn Ishaq Al-Kindi (Alkindus) * Kedokteran, Filsafat, Fisika, Optik 815 * Al-Dinawari, Abu Hanifa Ahmed Ibn Dawud * Matematika, Sastra 816 * Al Balkhi * Ilmu Bumi (Geography) 836 * Thabit Ibn Qurrah (Thebit) * Astronomi, Mekanik, Geometri, Anatomi 838-870 * Ali Ibn Rabban Al-Tabari * Kedokteran, Matematika 852 * Al Battani Abu Abdillah * Matematika, Astronomi, Insinyur 857 * Ibn Masawaih You’hanna * Kedokteran 858-929 * Abu Abdullah Al Battani (Albategnius) * Astronomi, Matematika 860 * Al-Farghani, Abu al-Abbas (Al-Fraganus) * Astronomy, Tehnik Sipil 864-930 * Al-Razi (Rhazes) * Kedokteran, Ilmu Kedokteran Mata, Ilmu Kimia 973 (Meninggal) * Al-Kindi * Fisika, Optik, Ilmu Logam, Ilmu Kelautan, Filsafat 888 (Meninggal) * Abbas Ibn Firnas * Mekanika, Ilmu Planet, Kristal Semu 900 (Meninggal) * Abu Hamed Al-Ustrulabi * Astronomi 903-986 * Al-Sufi (Azophi) * Astronomi 908 * Thabit Ibn Qurrah * Kedokteran, Insinyur 912 (Meninggal) * Al-Tamimi Muhammad Ibn Amyal (Attmimi) * Ilmu Kimia 923 (Meninggal) * Al-Nirizi, AlFadl Ibn Ahmed (Altibrizi) * Matematika, Astronomi 930 * Ibn Miskawayh, Ahmed Abu Ali * Kedokteran, Ilmu Kimia 932 * Ahmed Al-Tabari * Kedokteran 934 * Al-Istakhr II * Ilmu Bumi (Peta Bumi) 936-1013 * Abu Al-Qosim Al-Zahravi (Albucasis) * Ilmu Bedah, Kedokteran 940-997 * Abu Wafa Muhammad Al-Buzjani * Matematika, Astronomi, Geometri 943 * Ibn Hawqal * Ilmu Bumi (Peta Dunia) 950 * Al Majrett’ti Abu al-Qosim * Astronomi, Ilmu Kimia, Matematika 958 (Meninggal) * Abul Hasan Ali al-Mas’udi * Ilmu Bumi, Sejarah 960 (Meninggal) * Ibn Wahshiyh, Abu Bakar * Ilmu Kimia, Ilmu Tumbuh-tumbuhan 965-1040 * Ibn Al-Haitham (Alhazen) * Fisika, Optik, Matematika […]
SukaSuka
[…] indah situasi di mana hati Nabi Muhammad SAW berdenyut menunjukkan cinta dan sayang kepada puterinya itu. Seakan- akan kulihat Az-Zahra’ a.s. […]
SukaSuka
[…] Abu Bakar * Ilmu Kimia, Ilmu Tumbuh-tumbuhan 965-1040 * Ibn Al-Haitham (Alhazen) * Fisika, Optik, […]
SukaSuka
[…] Abu Bakar * Ilmu Kimia, Ilmu Tumbuh-tumbuhan 965-1040 * Ibn Al-Haitham (Alhazen) * Fisika, Optik, […]
SukaSuka
[…] Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang ‘alim di Baghdad. Biografi beliau dimuat dalam Kitab Adz Dzail ‘Ala Thabaqil Hanabilah I/301-390, nomor 134, karya Imam Ibnu […]
SukaSuka
[…] Abu Bakar * Ilmu Kimia, Ilmu Tumbuh-tumbuhan 965-1040 * Ibn Al-Haitham (Alhazen) * Fisika, Optik, […]
SukaSuka
[…] Abu Bakar * Ilmu Kimia, Ilmu Tumbuh-tumbuhan 965-1040 * Ibn Al-Haitham (Alhazen) * Fisika, Optik, […]
SukaSuka
[…] jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa seijin pemiliknya. Bukankah Rasulullah Saw sudah memperingatkan kita lewat sabdanya : “Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia […]
SukaSuka
[…] Abu Bakar * Ilmu Kimia, Ilmu Tumbuh-tumbuhan 965-1040 * Ibn Al-Haitham (Alhazen) * Fisika, Optik, […]
SukaSuka
[…] Abu Bakar * Ilmu Kimia, Ilmu Tumbuh-tumbuhan 965-1040 * Ibn Al-Haitham (Alhazen) * Fisika, Optik, […]
SukaSuka
[…] Abu Bakar = Ilmu Kimia, Ilmu Tumbuh-tumbuhan 965-1040 = Ibn Al-Haitham (Alhazen) = Fisika, Optik, […]
SukaSuka