Posts Tagged ‘ALLAH’

https://tausyah.wordpress.com/I-Love-ALLAH

I Love ALLAH

Menurut Injil Barnabas, Yesus meramalkan dan menolak penyembahan dirinya sebagai Allah:

dan setelah mengatakan hal ini, Yesus memukul wajahnya dengan kedua tangannya, dan kemudian menutupi tanah dengan kepalanya, sambil berkata: “Terkutuklah barangsiapa yang memasukkan ke dalam ucapan-ucapanku bahwa aku adalah anak Allah” (53:6)

dan setelah berkata demikian Yesus keluar dari Bait Allah. Dan rakyat mengagungkannya, karena mereka membawa semua orang yang sakit yang dapat mereka kumpulkan, dan Yesus setelah berdoa memulihkan kesehatan mereka: oleh karena itu, pada hari itu di Yerusalem tentara-tentara Romawi, melalui pekerjaan Setan, mulai menghasut rakyat, sambil berkata Yesus adalah Allah Israel, yang telah datang untuk melawat umat-Nya.” (69:6)

Yesus menjawab: “Dan engkau; menurut engkau siapakah aku?” Petrus menjawab: “Engkau adalah Kristus, anak Allah”. Lalu Yesus menjadi marah, dan dengan murka Yesus menegurnya sambil berkata: “Pergilah daripadaku, karena engkau adalah iblis yang berusaha membuat aku berdosa” (70:1) (lebih…)

https://tausyah.wordpress.com/Allah-Ta'ala

ALLAH Ta'ala

Maha Suci ALLAH atas persangkaan para hamba-Nya, tiadalah ALLAH menghadirkan sesuatu yang batil daripadamu, melainkan ALLAH Subhana wa Ta’ala telah mengabarkan segala sesuatu yang hendaknya diketahui oleh manusia melalui suatu ketetapan dari sisi-Nya Yang Maha Mulia yaitu Al-Qur’an. Maka sekali-kali janganlah engkau mengambil dalil tentang sesuatu yang diluar dari pada ketetapan itu, barang siapa yang mengambil jalan yang lain selain daripada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul niscaya mereka itulah orang-orang yang merugi.

Sesungguhnya ALLAH telah mengabarkan kepada manusia pada ummat yang terdahulu dan yang kemudian bahwa ALLAH Subhana wa Ta’ala berada di atas arasy-Nya yang agung di atas lapisan langit yang tertinggi. Sebagaimana Firman ALLAH Ta’ala yang berbunyi : 

Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.Al-A’raaf : 002. (lebih…)

Benarkah nama Tuhan adalah Allah ?

Oleh : Armansyah

Pertanyaan ini mungkin pernah terlintas dihati umat Islam, apalagi melihat dari kenyataan yang ada dihadapan kita betapa beragamnya nama-nama yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa oleh manusia disetiap jaman dan agama. Jika memang nama Tuhan adalah ALLAH, maka kenapa hampir semua umat manusia didunia ini berbeda dalam penyebutannya terhadap Tuhan ?

Kenapa ada yang menyebut-Nya dengan nama Yahweh, Jagad Dewa Batara, SANG Hyang Widhi dan sejumlah nama-nama lainnya ? Padahal al-Qur’an memberi informasi bahwa Tuhan telah mengirim para Rasul-Nya disetiap daerah, baik yang nama-namanya tercantum dalam al-Qur’an ataupun tidak.

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada yang tidak Kami ceritakan kepadamu
– Qs. 40 al-mu’min : 78

Tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan – Qs. 35 faathir : 24

Kami tidak akan mengazab suatu kaum sebelum Kami mengutus seorang Rasul – Qs. 17 al-israa’ : 15

Jika memang setiap umat ada seorang Nabi dan Rasulnya, tentunya secara logika mereka akan memberikan ajaran agama yang sama dan jika ajaran agamanya sama, maka pastilah merekapun akan merujuk pada nama Tuhan yang sama, tidak mungkin Nabi A mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah X dan Nabi B mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah Y :

Kami tidak mengutus seorang Rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : “Bahwa tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku oleh kamu semua” – Qs. 21 al-anbiya : 25

Nabi-nabi itu adalah bersaudara yang bukan satu ibu ibunya bermacam-macam, namun agamanya satu – Hadis Riwayat Muslim dan Abu Daud

Lalu kenapa perbedaan penyebutan kepada nama Tuhan ini bisa terjadi ?
Apakah perbedaan ini terjadi semata karena perbuatan manusia yang mengadakan perubahan ? atau ada faktor lain yang bisa dijelaskan ?

Ternyata bila kita gali lebih jauh kedalam al-Qur’an, akan ditemukanlah kenyataan yang logis bahwa perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan bahasa pada masing-masing Nabi-Nya.

Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya supaya ia dapat memberi penjelasan dan dimengerti oleh mereka – Qs. 14 Ibrahim : 4

Jadi, para Rasul ini tidak mungkin kesuatu daerah dengan bahasa yang tidak di kuasai dan tidak dimengerti oleh umatnya, karena pasti dakwah yang disampaikan menjadi sia-sia. Karena itu pula menjadi sangat wajar bila al-Qur’an turun menggunakan bahasa Arab, sebab Nabi Muhammad selaku penerimanya juga berbahasa Arab dan berdomisili ditanah Arab dengan ruang lingkup pergaulan orang-orang Arab juga, maka jika al-Qur’an tidak mempergunakan bahasa Arab maka tentulah lawan bicara Nabi akan bingung dan tidak bisa mengerti apalagi memahami dakwah yang disampaikan, malah mungkin menjadi beban untuk Nabi sendiri.

Dan seandainya Kami menjadikan al-Qur’an itu suatu bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab tentulah mereka bertanya : “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya ? Apakah (patut al-Qur’an) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab ? – Qs. 41 Fushsilat : 44

Jadi kembali pada pemakaian istilah Allah didalam Islam, jelas merujuk pada bahasa yang dipergunakan oleh Nabi Muhammad. Namun ini semua tidak mengindikasikan bahwa pada masanya, Nabi Musa maupun Jesus atau Nabi ‘Isa juga menyebut istilah Allah ditengah kaumnya, begitupula para Nabi lain dibanyak penjuru dunia ini dari berbagai derah. Sebab sesuai dengan pernyataan al-Qur’an sendiri bahwa setiap wahyu itu diturunkan berdasarkan bahasa asal daerah Nabi yang bersangkutan.
Untuk itu juga Allah berfirman :

Serulah Allah atau serulah Yang Maha Pengasih (ar-Rahman) Dengan nama apa saja kamu menyeru Dia; maka Dia memiliki nama-nama yang indah (asma-ul-husna) – Qs. 17 al-Israa’ : 110

Dari ayat diatas, jelas bahwa al-Qur’an memperkenalkan Tuhan yang universal, serulah Tuhan dengan nama apapun yang baik dan indah serta tentunya tidak mengandung unsur yang bertentangan dengan sifat-sifat kemuliaan-Nya.

Sehubungan dengan penamaan Allah ini juga, seorang mantan biarawati yang sekarang memeluk Islam, Hj. Irena Handono, et al (lihat buku : Islam Dihujat, Menjawab Buku The Islamic Invasion (Karya Robert Morey), Penerbit Bima Rodheta, Kudus, 2004, hal. 82-83) menyatakan bahwa istilah Elohim yang terdapat dikitab Perjanjian Lama, yang berasal dari bahasa Ibrani asli memiliki akar kata eloh (alef-lamed-heh) dalam bahasa Ibrani-Paleo yang bisa dibaca dengan beberapa cara tanpa tanda bacanya. Istial el memiliki arti Tuhan (God), dewa, kemampuan, kekuatan dan lain-lain.; Satu dari dasar kata Ibrani untuk Tuhan (eloh) dapat dengan mudah dibaca sebagai alah tanpa tanda baca sehingga tidak terlalu heran bilamana kata Arab untuk Tuhan menurutnya adalah Allah. Kata tersebut adalah tulisan standar atau tulisan Estrangela yang dieja alap-lamad-heh (ALH) yang berhubungan langsung dengan kata Ibrani Eloh. Bahkan masih menurut beliau, Ezra dan Nabi Daniel memanggil Tuhan dengan nama Elah, panggilan yang nyaris sama juga bisa dilihat dari rintihan Yesus dikayu salib yang ditulis dalam bahasa Aramaic : Eloi, Eloi, Lama Sabachtani (Lihat : Kitab Perjanjian Baru, Injil Markus 15:34 dan Injil Matius 27:46)

Terlepas dari ini semua adalah suatu hal yang pasti bahwa bahasa Arab bukan satu-satunya bahasa yang ada ditengah masyarakat; oleh karena itu secara logika keberagaman penyebutan terhadap Tuhan tidak dapat dihindari. Katakanlah seperti bangsa Afrika Selatan (Zulu) menyebut Tuhan dengan nama uMVELINQANGI, umat India mengenal istilah PRAMATMA, Bangsa Aborigin di Australia Selatan memanggil Tuhannya dengan istilah ATMATU dan sebagainya (Lihat : Ahmed Deedat, Allah dalam dalam Yahudi, Masehi, Islam, terj.H. Salim Basyarahil, H. Mul Renreng, Penerbit Gema Insani Press, Jakarta, 1994, hal. 21-28)

Bahkan menurut salah seorang ahli tafsir al-Qur’an, M. Quraish Shihab menyatakan bahwa wahyu-wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad juga tidak mempergunakan istilah Allah untuk kata ganti Tuhan melainkan memakai istilah Rabbuka dan baru pada wahyu ke-7 yaitu surah ke-87 istilah Allah diperkenalkan kedalam al-Qur’an. (Lihat : Dr. Muhammad Quraish Shihab, M.A. Wawasan Al-Quran : Tafsir Maudhu’I atas pelbagai persoalan umat, Penerbit Mizan, Bandung, 1996, dalam Catatan kaki hal. 23-24)

Kata Allah sendiri terbentuk dari kata AL dan iLah (lihat Abu Iman ‘Abd ar-Rahman Robert Squires, http://www.muslim-answers.org/allah.htm, dalam “Who is ALLAH”) , dimana kata AL sama seperti penggunaan kata THE dalam bahasa Inggris, yaitu sebagai kata sandang atau penegasan tertentu. Sementara kata iLah memiliki arti Tuhan. Sehingga istilah Allah berarti Tuhan yang satu itu.

Dan konsep ini sesuai dengan pengajaran para Nabi :

Dialah Allah yang Satu Tempat semuanya bergantung ;Tidak pernah Dia beranak dan tidak pula pernah Dia diperanakkan Tidak ada sesuatu apapun yang sama dengan-Nya – Qs. 112 al-Ikhlas : 1 – 4

Jawab Yesus: Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. – Perjanjian Baru : Injil Markus 12:29

Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia – Perjanjian Lama : Kitab Ulangan 4:35

Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa – Perjanjian Lama : Kitab Ulangan 6:4

Dengan demikian maka semakin jelas bahwa perbedaan yang terjadi akibat pengaruh bahasa tidak mengajarkan kepada kita untuk menjadikannya sebagai alasan bersikap egois dalam beragama.

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal – Qs. 49 al-hujuraat : 13

Tuhan telah memilih umat Islam sebagai umat yang terbaik, oleh karena itu mari kita jaga dan kita buktikan kepada umat lainnya bahwa umat Islam memang umat yang menyebarkan perdamaian, menjadi rahmat untuk semua alam.

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang benar, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. – Qs. 3 ali Imron : 110

Demikianlah Kami jadikan kamu suatu ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas diri kamu – Qs. 2 al-Baqarah : 143

Hendaknya kamu jadi manusia yang lurus karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah kebencian kamu kepada suatu kaum, membuat kamu bersikap tidak adil, berlakulah adil. Sebab itu lebih dekat pada ketaqwaan – Qs. 5 al-Maidah : 8

Pertanyaan baru akan timbul, yaitu bolehkah umat Islam menyebut Tuhan dengan nama-nama dari bahasa-bahasa non-Arab ? Secara bijaksana kita bisa menjawabnya boleh-boleh saja, toh kita di Indonesia juga menggunakan istilah Tuhan untuk menggantikan istilah Robb, dan itu tidak perlu dipermasalahkan.

Hanya saja yang perlu diwaspadai oleh umat Islam adalah jangan sampai terjebak pada nama-nama yang mengarah pada keberhalaan (bersifat syirik), sebagaimana firman Allah sendiri :

Dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-namaNya, Kelak, mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang mereka kerjakan – Qs. 7 al-a’raaf : 180

Bismillahirrohmanirrohim,

Selamat Rahmad dan Berkah ALLAH, Semoga Tetap Padamu..

Saudara – saudariku yang dimuliakan ALLAH, renungilah olehmu suatu perkara yang sebahgian daripada kita tidak mengetahui dan tidak pula memikirkannya. Sesungguhnya ALLAH itu Esa lagi berdiri sendiri, Ia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, oleh karena yang sedemikian itu adalah sifat dariapda makhluk-Nya. bermula pasal yang pertama yaitu kejadian tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dengan segala gerangan perkara yang berada diantara keduanya.

Kemudian didalamnya terdapat beberapa pasal yang menyatakan Nur Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam dengan segala yang takluk daripadanya. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda:” Bahwa ALLAH Subhana Wa Ta’ala, tiadalah yang tiada beserta-Nya suatu juapun segala peristiwa.

Suatu ketika berkumpullah pengikutnya lagi berkata: “ya Rasulullah..Dimanakah Tuhan kita tat kala Ia belum menjadikan sekalian makhluk?, Rasulullah bersabda: artinya “bahwasanya tiadalah Ia dibawah dan tiada pula di atas” artinya; bahwa ALLAH berada pada ilmu-Nya, seperti Firman  ALLAH ta’ala dalam hadist qudsy, artinya; “Adalah Aku pada perbendaharaan yang tersembunyi,maka Aku kehendaki dengan dia (makhluk) perihal mengenal-Ku, maka Aku jadikan sekalian makhluk agar mengenali-Ku.

Firman ALLAH yang lain dalam hadist qudsy yang diriwayatkan oleh Ja’bar radhiallahu anhu, artix; bahwa “nyawa Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, dijadikan ALLAH daripada zat-Nya & dijadikan ALLAH sekalian alam daripada nyawa Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam. Kemudian sabda Rasulullah yang lain, artinya; “Akulah yang dijadikan ALLAH yang pertama & sekalian mu’min itu ALLAH jadikan daripadaku. Dan lagi Firman ALLAH didalam hadis qudsy yang lain, artinya; Ku-jadikan segala sesuatu itu adalah karenamu.. ya Muhammad, dan Aku jadikan engkau karena-Ku.

Wahai sadara – saudariku sekaliannya, tiadalah kisah itu cukup jika dituliskan melainkan disisi ALLAH telah termaktub segala ilmu dan pengetahuan itu dalam genggaman-Nya. Ia memberi pada yang meminta dan sekali – kali tidak pada yang enggan. Ketahuilah..bahwasanya ilmu lagi pengetahuan itu, tiadalah habis dalam pencaharianmu sampai jasad tak lagi bernyawa dan jasad semesta alampun tiada jua.

Sumber : Tajul Muluk

Maka tuntutlah ilmu sejauh mata engkau memandang dan sedalam hatimu berbicara. Akan tetapi yang dituntut daripadamu hanyalah ilmu syar’i lebih baik, oleh karena ialah satu – satunya ilmu lagi pengetahuan yang kelak maupun kini membawa engkau pada jalan kebenaran yaitu “akhirat”. Sesungguhnya ilmu syar’i itu adalah satu derajat lebih tinggi daripada ilmu dunia (sosial,ekonomi,pengetahuan alam,matematika,fisika dan lain sebagainya). Sedang pengetahuan duniamu hanyalah semata untuk duniamu sedang pengetahuan akhirat (agama) engkau adalah untuk dunia lagi akhiratmu. jika engkau mengetahui.. Wallahu A’lam Bish Showab

Jika terdapat perkataan yang  kurang berkenan dalam artikel ini, maka..kepada ALLAH aku memohon ampun..sedang padamu sekaliannya..aku memohon maaf.. ^_^

https://tausyah.wordpress.com

‘Amir bin Said dari bapanya berkata bahawa : “Satu hari Rasulullah S.A.W telah datang dari daerah berbukit. Apabila Rasulullah S.A.W sampai di masjid Bani Mu’awiyah lalu beliau masuk ke dalam masjid dan menunaikan solat dua rakaat. Maka kami pun turut solat bersama dengan Rasulullah S.A.W.
Kemudian Rasulullah S.A.W berdoa dengan doa yang agak panjang kepada Allah S.W.T :
Setelah selesai beliau berdoa maka Rasulullah S.A.W pun berpaling kepada kami lalu bersabda yang bermaksud : “Aku telah bermohon kepada Allah S.W.T tiga perkara, dalam tiga perkara itu cuma dia memperkenankan dua perkara sahaja dan satu lagi ditolak.

1. Aku telah bermohon kepada Allah S.W.T supaya ia tidak membinasakan umatku dengan musim susah yang berpanjangan. Permohonanku ini diperkenankan oleh Allah S.W.T.
2. Aku telah bermohon kepada Allah S.W.T supaya umatku ini jangan dibinasakan dengan bencana tenggelam (seperti banjir besar yang telah melanda umat Nabi Nuh s.a). Permohonanku ini telah diperkenankan oleh Allah S.W.T.
3. Aku telah bermohon kepada Allah S.W.T supaya umatku tidak dibinasakan kerana pergaduhan sesama mereka (peperangan, pergaduhan antara sesama Islam). Tetapi permohonanku telah tidak diperkenankan (telah ditolak).

Apa yang kita lihat hari ini ialah negara-negara Islam sendiri bergaduh antara satu sama lain, hari ini orang Islam bergaduh sesama sendiri, orang kafir menepuk tangan dari belakang, apakah ini cantik kita melihatnya ?

https://tausyah.wordpress.com