Posts Tagged ‘Kisah’

https://tausyah.wordpress.com/Arab

Arab

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, bahwasanya di waktu Rasulullah s.a.w. sedang asyik bertawaf di Ka’bah, beliau  mendengar  seseorang  di  hadapannya bertawaf,  sambil berzikir:  “Ya  Karim!  Ya Karim!”Rasulullah  s.a.w.  menirunya  membaca  “Ya  Karim!  Ya  Karim!”  Orang  itu  Ialu berhenti di  salah  satu sudut Ka’bah, dan berzikir lagi: “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah s.a.w. yang berada di belakangnya mengikut zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!”
Merasa seperti diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. Orang itu Ialu berkata:

“Wahai  orang  tampan!  Apakah  engkau  memang  sengaja  memperolok-olokkanku, karena  aku  ini  adalah  orang  Arab  badwi?  Kalaulah  bukan  karena  ketampananmu  dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”

Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah s.a.w. tersenyum, lalu bertanya: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?” “Belum,” jawab orang itu. “Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?” (lebih…)

https://tausyah.wordpress.com/Nabi Sulaiman Dan ratu Bilqis

Nabi Sulaiman Dan ratu Bilqis

Selain seorang nabi, Sulaiman a.s. juga seorang raja terkenal. Atas izin Allah ia berhasil menundukkan Ratu Balqis dengan jin ifrit-Nya. Dia dikenal sebagai manusia boleh berdialog dengan segala binatang. Dikisahkan, Nabi Sulaiman sedang berkelana antara langit dan bumi hingga tiba di satu samudera yang bergelombang besar. Untuk mencegah gelombang, ia cukup memerintahkan angin agar tenang, dan tenang pula samudera itu.

Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan jin Ifrit menyelam ke samudera itu sampai ke dasarnya. DI sana jin Ifrit melihat sebuah kubah dari permata putih yang tanpa lubang, kubah itu diangkatnya ke atas samudera dan ditunjukkannya kepada Nabi Sulaiman.

Melihat kubah tanpa lubang penuh permata dari dasar laut itu Nabi Sulaiman menjadi terlalu heran, “Kubah apakah gerangan ini?” fikirnya. Dengan minta pertolongan Allah, Nabi Sulaiman membuka tutup kubah. Betapa terkejutnya dia begitu melihat seorang pemuda tinggal di dalamnya.

“Sipakah engkau ini? Kelompok jin atau manusia?” tanya Nabi Sulaiman kehairanan.

“Aku adalah manusia”, jawab pemuda itu perlahan. (lebih…)

Kisah Keluarga Ibrahim

Posted: 3 Juli 2010 in Tausiyah
Tag:, ,

Pengantar kepada Perjanjian Terakhir

Dari Surah Ash Shaffat (37) ayat 99 sampai dengan ayat 113:

99 Dan Ibrahim berkata: Sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhanku dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.
100. Wahai Tuhanku, anugerahilah aku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh;
101. Maka Kami gembirakan dia dengan (kelahiran) seorang anak yang amat sabar.
102. Maka tatkala anak itu telah sampai pada usia dapat membantu bapaknya, berkatalah Ibrahim : ‘Wahai anakku sayang, sesungguhnya aku melihat didalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Untuk itu bagaimanakah pendapatmu ?’ Anaknya menjawab: ‘Hai Bapakku, laksanakanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapati aku termasuk golongan orang-orang yang sabar’.
103. Maka tatkala keduanya (bapak dan anak) telah menyerahkan diri (kepada Allah) dan Ibrahim telah merebahkan anaknya diatas pipinya (ditempat penyembelihan dan hampir menyembelihnya).
104. Maka Kami panggillah dia, ‘Wahai Ibrahim’ (Janganlah engkau lanjutkan perbuatan itu.)
105. Sungguh, engkau telah membenarkan (melaksanakan perintahKu dalam) mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
106. “Sesungguhnya (perintah penyembelihan) ini benar-benar suatu ujian yang nyata,
107. Dan Kami tebus sembelihan itu dengan sembelihan yang agung,
108. dan Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.
109. Yaitu, Kesejahteraan yang senantiasa dilimpahkan atas Ibrahim.”
110. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik,
111. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
112. Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq, seorang Nabi yang termasuk orang-orang yang saleh,
113. Dan Kami limpahkan keberkatan atasnya (Ismail) dan atas Ishaq. Dan diantara anak cucu mereka berdua, ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zhalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.”

Ibrahim as adalah seorang Nabi yang mumpuni dan penuh berkah dari Allah, dimana beliau sejak kecilnya didalam pencarian jati diri kebenaran sosok Tuhannya, telah mempergunakan kekuatan akal pikirannya serta hati nuraninya, dimulai dari ketidak puasannya terhadap berhala-berhala yang dibuat oleh bapaknya sendiri dan dijadikan sesembahan kaumnya masa itu (Lihat dalam Qs. 37:83-93), juga ketidak puasannya terhadap hal-hal yang semula dianggapnya Tuhan namun kemudian dinisbikannya sendiri karena bertentangan dengan akal pikiran serta hati nurani (Lihat kisah Nabi Ibrahim dalam pencarian Tuhan pada Qs. 6:75-79)

Keberimanan Ibrahim kepada Allah yang Esa yang tidak terbagi menjadi potongan-potongan kecil kemakhlukan telah membuatnya berlepas diri terhadap kaumnya dan bahkan juga bapaknya (Qs. 60:4 dan Qs. 19:41-48) yang sampai pada puncaknya penghancuran seluruh berhala sesembahan mereka (Qs. 21:57-58) sehingga dikorbankanlah Ibrahim kedalam satu hukuman pembakaran yang berkat rahmat dari Allah, keselamatan dilimpahkan kepada Nabi agung ini dan api tidak mampu menembus kulitnya yang mulia itu. (QS. 21:61-69)

Selanjutnya keberimanan yang tulus dan penuh tanpa syarat setelah beliau mendapatkan kebenaran tersebut dengan Allah, Ibrahim kembali diuji oleh Allah, setelah sekian lamanya beliau berumah tangga dengan Sarah tidak ada tanda-tanda istrinya ini akan menjadi hamil, sehingga diluar statusnya selaku seorang Nabi, Ibrahim tetaplah seorang manusia yang memiliki keinginan untuk mempunyai keturunan sebagai suatu fitrah yang ada pada diri setiap laki-laki dan suami kepada masa depan penerusnya.

Ibrahim berdoa kepada Allah agar beliau dianugerahi seorang anak yang saleh (Qs. 37:99-100), dan pada bagian ayat berikutnya dijelaskan bahwa permintaan Ibrahim ini dikabulkan oleh Allah dengan diberinya seorang putra yang telah lama dinanti-nantikannya melalui istri keduanya Hajar, Bible dalam Kitab Kejadian 16:11 telah pula menegaskan dan menguatkan kisah yang dipaparkan oleh Qur’an ini.

“And again: Behold, said he, thou art with child, and thou shalt bring forth a son: and thou shalt call his name Ismael, because the Lord hath heard thy affliction.” (Genesis 16:11 from Douay)

Sarah sebagai istri pertama dari Ibrahim telah memberikan persetujuan kepada suaminya untuk menikahi Hajar (Kitab Kejadian 16:2-3), dari Hajar ini lahirlah putra pertama Ibrahim yang bernama Ismail disaat usia Ibrahim kala itu 86 tahun (Kitab Kejadian 16:16).

“And Sarai said unto Abram, Behold now, Lord hath restrained me from bearing: I pray thee, go in unto my maid; it may be that I may obtain children by her. And Abram hearkened to the voice of Sarai. And Sarai Abram’s wife took Hagar her maid the Egyptian, after Abram had dwelt ten years in the land of Canaan, and GAVE HER TO HER HUSBAND ABRAM TO BE HIS WIFE.”
(Genesis 16:2-3 from “The Restored Name King James Version of the Scriptures”)

“And Abram was fourscore and six years old, when Hagar bare Ishmael to Abram.”
(Genesis 16:16 from “The Restored Name King James Version of the Scriptures“)

Kisah ini bersesuaian dengan al-Qur’an pada surah 37:101, dan Bible pada kitab Kejadian 21:5 menceritakan bahwa Ibrahim juga akhirnya mendapatkan keturunan dari Sarah, yaitu Ishak, dimana pada kala itu usia Ibrahim sudah mencapai 100 tahun.

Jadi beda antara usia Ismail dan Ishak adalah 14 tahun.
Suatu perbedaan usia yang cukup jauh.

Pada ayat al-Qur’an berikutnya, yaitu surah 37:102, disebutkan bahwa tatkala usia anak yang dilahirkan pertama tersebut, dalam hal ini adalah Ismail sudah mencapai usia yang cukup untuk mengerti, maka Allah mengadakan ujian bagi Ibrahim antara kecintaannya terhadap Allah dan kecintaannya terhadap anak yang selama ini sudah dia nanti-nantikan.

Kisah ini jika kita kembalikan pada Bible, sangat bersesuaian, dimana pada usia Ismail yang sudah lebih dari 10 tahun itu, beliau sudah cukup mengerti untuk berpikir dan tengah meranjak menuju kepada fase kekedewasan.

Ibrahim yang mendapatkan perintah dari Allah itu, melakukan dialog tukar pikiran dengan putranya mengenai pengorbanan yang diminta oleh Allah terhadap diri anaknya ini. Dan kisah yang ini sama sekali bertentangan dengan kisah Bible yang menyebutkan Ibrahim telah membohongi putranya.

“He said to him: Take thy only begotten son Isaac, whom thou lovest, and go into the land of vision: and there thou shalt offer him for a holocaust upon one of the mountains which I will show thee.”
(Genesis 22:2 from Douay)

Dari sini kita lihat sudah, bahwa Kitab Kejadian 22:2 sudah mengalami distorsi dengan penyebutan anak tunggal itu adalah Ishak (Isaac).

Pada Kejadian 16:16 diterangkan pada waktu Hagar memperanakkan Ismail bagi Abram, ketika itu umur Ibrahim 86 tahun. Pada kejadian 21:5 disebutkan pada waktu Ishak lahir maka umur Ibrahim 100 tahun. Berdasarkan kedua ayat itu, maka anak Ibrahim yang lahir lebih dahulu ialah Ismail; Jika Kejadian 22:2 menerangkan bahwa firman Tuhan kepada Ibrahim untuk mengorbankan “anak tunggal”, jelas pada waktu itu anak Ibrahim baru satu orang.

Adapun anak yang baru seorang ini sudah tentu anak yang lahir pertama atau yang lahir lebih dahulu. Dan anak Ibrahim yang lahir pertama ini ialah Ismail. Jadi Kejadian 22:2 yang menyebutkan “anak tunggal” itu Ishak, jelas merupakan sisipan atau penggantian yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.

Apabila pada Kejadian 16:16 dan Kejadian 21:5 anak Ibrahim pada waktu itu sudah dua orang, yaitu Ismail dan Ishak … mengapa pada Kejadian 22:2 disebutkan “anak tunggal” ?

Yang berarti bahwa anak Ibrahim baru satu orang, lalu kemana anak yang satunya lagi ? Padahal kedua anak tersebut masih sama-sama hidup, sehingga pada waktu Sarah (ibu Ishaq) wafat, kedua anak Ibrahim itu, yakni Ismail dan Ishaq sama-sama hadir mengurus jenasah Sarah.

Jadi seharusnya ayat yang menerangkan kelahiran Ishaq itu letaknya sesudah ayat pengorbanan, sehingga setelah ayat pengorbanan lalu diikuti oleh ayat kelahiran Ishak. Inilah yang disebut dengan “tahrif” oleh al-Qur’an, yaitu mengubah letak ayat dari tempatnya yang asli ketempat lain sebagaimana yang disitir oleh Surah An Nisa’ ayat 46 :

“Diantara orang-orang Yahudi itu, mereka mengubah perkataan dari tempatnya …”
(Qs. an-Nisa’ 4:46)

Dengan begitu semakin jelas saja bahwa Bible mengandung tahrif (pengubahan, penambahan, pengurangan dsb), dan jelas pula bahwa kitab yang sudah diubah-ubah itu tidak dapat dikatakan otentik dari Tuhan melainkan merupakan kitab yang terdistorsi oleh ulah tangan-tangan manusia.

Setelah ternyata Ibrahim lebih mengutamakan kecintaan dan kepatuhannya kepada Allah, maka Allah melimpahkan rahmat-Nya yang sangat besar kepada Ibrahim juga Allah telah meluluskan doa Ibrahim sebelumnya agar memperoleh anak yang saleh, yaitu putra tunggalnya, Ismail.

Ismail ini juga mengikuti jejak langkah bapaknya selaku manusia yang menyerahkan diri kepada Allah secara penuh tanpa syarat yang kelak akan menjadi salah seorang penerus kenabian Ibrahim sebagaimana dinyatakan didalam kitab suci AlQur’an pada Qs. 19:54, Qs. 4:163, Qs. 6:86, Qs. 21:85, Qs. 38:48 dan bagi Ismail sendiri juga didalam Bible pun dinyatakan bahwa Allah telah mengabulkan permintaan Ibrahim akan hal diri Ismail dan bahkan dijadikan Allah keturunan Ismail ini sebagai suatu bangsa yang besar (Lihat Kejadian 17:20, Kejadian 21:13 dan Kejadian 21:18 => Secara panjang lebar pembahasannya silahkan baca artikel : Tafsir Kitab Kejadian).

Setelah kisah pengorbanan putra tunggalnya kala itu tersebut, Ibrahim kembali digirangkan oleh Allah dengan mendapatkan seorang putra dari Sarah dimana waktu itu, baik menurut al-Qur’an sendiri maupun Bible, sebelumnya Sarah sempat merasakan pesimis mengingat usianya yang sudah lanjut, sementara Ibrahim sendiri sudah memiliki putra dari Hajar 14 tahun sebelumnya, dikala usia Ibrahim 86 tahun.

al-Qur’an Surah Ibrahim (14) ayat ke-39 melukiskan betapa Ibrahim merasa bersyukur sekali dengan dua putranya ini (yaitu Ismail dan Ishak) sebagai suatu karunia baginya yang sudah berusia lanjut.

Pengusiran Ismail dan Ibunya, Hajar yang dilakukan oleh Sarah sebagaimana yang dimuat didalam Bible terjadi pada waktu Ishak disapihkan karena ketakutan Sarah akan ikut terjatuhnya warisan ketangan Ismail yang juga merupakan putra dari Ibrahim (Lihat Kejadian 21:8-10).

“And the child grew and was weaned: and Abraham made a great feast on the day of his weaning. And when Sara had seen the son of Agar the Egyptian playing with Isaac her son, she said to Abraham: Cast out this bondwoman, and her son: for the son of the bondwoman shall not be heir with my son Isaac.”
(Genesis 21:8-10 From Douay)

Hal ini sebenarnya bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh Bible dalam ayat lainnya yaitu Ulangan 21:15-17.

“And the water was spent in the bottle, and she cast the child under one of the shrubs. And she went, and sat her down over against him a good way off, as it were a bowshot: for she said, Let me not see the death of the child. And she sat over against him, and lift up her voice, and wept. And Elohim heard the voice of the lad; and the angel of Elohim called Hagar out of heaven, and said unto her, What aileth thee, Hagar? fear not; for Elohim hath heard the voice of the lad where he is.”
(Genesis 21:15-17 from “The Restored Name King James Version of the Scriptures”)

Kenapa bertentangan ?
Ishak ketika disapih berusia sekitar 2 tahun, sementara Ismail 16 tahun dan saat terjadi pengusiran atas Ismail dan ibunya ini telah terjadi konflik baru dalam ayat-ayat Bible, Kejadian 21:8-10 bertentangan dengan Kejadian 21:14-21.

Dimana dalam ayat itu digambarkan seolah-olah Ismail masih berupa seorang bayi yang digendong dibahu ibunya, dan disebut dengan istilah budak, kemudian Ismail yang menurut Bible sendiri saat itu sudah berusia 16 tahun yang notabene sudah cukup dewasa kembali digambarkan bagai anak kecil yang mesti dibaringkan dibawah pokok serumpun (Kejadian 21:15) lalu diperintahkan untuk diangkat, digendong (Kejadian 21:18)

Masak iya sih Hagar yg seorang perempuan harus menggendong seorang anak laki-laki “tua” yang berusia 16 tahun ?

Kemudian disambung pada Kejadian 21:20 seolah Ismail masih sangat belia sekali sehingga dikatakan “…maka disertai Allah akan budak itu sehingga besarlah dia, lalu ia pun duduklah dalam padang belantara dan menjadi seorang pemanah”.

Jadi dari sini saja sudah kelihatan telah terjadi kerusakan dan manipulasi sejarah dan fakta yang ada pada ayat-ayat Bible.

Ada sekelompok kaum Nasrani membantah kalimat “untuk diangkat, digendong … ” yang termuat didalam Bible adalah dalam bentuk kiasan, jadi disana jangan diartikan secara harfiah, karena maksud yang ada pada ayat itu bahwa nasib hidup dan makan dari Ismail ada dipundak Hagar.

Padahal jika kita mau melihat kedalam konteks ayat-ayat aslinya, akan nyatalah bahwa apa yang dimaksudkan dengan bentuk kiasan tersebut sama sekali tidak menunjukkan seperti itu.

Mari kita kupas :

Kejadian 21:14
Maka bangunlah Ibrahim pada pagi-pagi hari, lalu diambilnya roti dan sebuah kirbat yang berisi air, diberikannya kepada Hagar, ditanggungkannya pada bahunya dan anak tersebut, lalu disuruhnya pergi. Maka berjalanlah ia lalu sesatlah ia dalam padang birsjeba.
(Alkitab LAI terbitan Djakarta 1963)

Didalam Bible berbahasa Inggris saya kutipkan adalah demikian :

“And Abraham rose up early in the morning, and took bread, and a bottle of water, and gave it unto Hagar, putting it on her shoulder, and THE CHILD, and sent her away: and she departed, and wandered in the wilderness of Beer-sheba.
(Genesis 21:14 from “The Restored Name King James Version of the Scriptures”)

“So Abraham rose up in the morning, and taking bread and a bottle of water, put it upon her shoulder, and delivered the boy, and sent her away. And she departed, and wandered in the wilderness of Bersabee.”
(Genesis 21:14 from Douay)

Jadi jelas bahwa Ibrahim mengambil roti dan sebuah kirbat yang berisi air lalu memberikannya kepada Hagar dengan meletakkan keduanya itu diatas pundak Hagar bersama Ismail yang jelas sudah lebih dulu ada dalam dukungannya lalu menyuruh Hagar pergi.

Lihat kalimat bahasa Inggris tidak menyebutkan Hagar dan Ismail tetapi hanya menyebutkan kata “…and sent HER away: and SHE departed, and wandered”

Jadi jelas yang diusir dan berjalan serta tersesat disana adalah Hagar sendirian, sebab Ismail ada dalam gendongan Hagar, bukankah mustahil anak berusia 16 tahun digendong ?

Lalu kita lanjutkan pada kalimat berikutnya :

“Hatta, setelah habislah air yang didalam kirbat itu, maka dibaringkannyalah budak itu dibawah pokok serumpun.”
(Alkitab LAI terbitan Djakarta 1963: Kejadian 21:15)

“And the water was spent in the bottle, and SHE CAST THE CHILD under one of the shrubs.”
(From “The Restored Name King James Version of the Scriptures”)

“And when the water in the bottle was spent, SHE CAST THE BOY under one of the trees that were there.”
(From Douay)

Jadi semakin jelas, ketika air didalam kirbat sebagai bekal sudah habis, lalu Ismail (yang secara jelas disebut sebagai THE CHILD dan THE BOY) yang digendong itu diturunkan dari tubuhnya dan dibaringkan dibawah pohon.

Apakah masih mau bersikeras dengan mengatakan kalau kata “menggendong atau memikul” THE CHILD disana bukan dalam arti yang sebenarnya ?

Lalu kita lihat sendiri pada ayat-ayat berikutnya dimana Hagar akhirnya mendapatkan mata air dan memberi minum kepada anaknya (THE CHILD) yang menangis kehausan lalu anak tersebut dibawah bimbingan Tuhan meranjak dewasa, jadi anak itu pada masa tersebut belumlah dewasa, padahal usianya kala itu sudah hampir 17 tahun.

Bagi Ishak sendiri, beliau pun dijanjikan oleh Allah menjadi seorang Nabi yang hanif sebagaimana ayah dan juga saudara tuanya, Ismail, dimana nantinya dari Ishak ini akan terlahir Ya’qub yang kelak menjadi bapak bagi bangsa Israil.

Kepada rekan-rekan dari kalangan Nasrani saya meminta maaf, saya bukan hendak menggurui anda-anda semua atau juga hendak mengadakan pelecehan, tetapi kita sekarang berbicara masalah kebenaran dan keobjektivitasan yang bisa sama-sama kita saksikan.

Saya dapat memahami jika anda dari kaum Nasrani tetap pada pendirian bahwa al-Qur’an salah dan Bible sajalah yang benar, sebab memang dasar pijakan kaum Nasrani ada pada Bible sehingga apapun keyakinan anda maka tidak akan jauh dari apa yang dikatakan oleh Bible.

“Kebenaran itu adalah dari Tuhan-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (Qs. Al-Baqarah 2:147)

“Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka manfa’atnya bagi diri sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya.” (Qs. Al-An’am 6:104)

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”
(Qs. al-Hajj 22:46)

“Dan sesungguhnya Kami telah menjadikan isi neraka itu beberapa banyak dari Jin dan manusia, yang mempunyai hati tetapi tidak untuk mengerti dengannya, mempunyai mata tidak untuk melihat dengannya dan mempunyai telinga tidak dipergunakan untuk mendengarkan; mereka itu seperti binatang, malah mereka lebih sesat.” (Qs. al-A’raaf 7:179)

“Sekalipun melihat, mereka tidak melihat. Sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.” (Matius 13:13)

Kita sudah banyak sekali mengupas perihal ‘Isa putra Maryam dan latar belakang terjadinya penyaliban berikut dengan pengkajian-pengkajian kita mengenai misteri orang yang tersalib itu dalam pandangan al-Qur’an.

Dalam kesempatan ini, kita masih akan mempermasalahkan kisah penyaliban yang melingkupi kontroversi didalam Bible agar umat Islam mengetahui secara baik alur ceritanya dan tidak memparalelkan satu cerita didalam Bible secara serampangan terhadap cerita al-Qur’an tanpa mengadakan penelitian lebih dalam.

  1. Pada Matius 27:46, Markus 15:34 dikatakan bahwa Nabi ‘Isa telah berteriak dengan lantangnya kepada Allah Swt atas penyaliban dan siksaan yang telah dilakukan oleh kaum Israel itu.

    Markus 15:34
    And at the ninth hour Jesus cried with a loud voice, saying, Eloi, Eloi, lama sabachthani? which is, being interpreted, My Elohim, my Elohim, why hast thou forsaken me ?

    Matius 27:46
    And about the ninth hour Jesus cried with a loud voice, saying, Eli, Eli, lama sabachthani? that is to say, My Elohim, my Elohim, why hast thou forsaken me ?

    Sekarang anggap sajalah bahwa yang disalib itu adalah benar al-Masih, ‘Isa putera Maryam Rasul Allah sebagaimana yang diyakini oleh sekelompok kalangan didalam Islam dan juga umat Nasrani, dalam tragedi penyaliban ‘Isa telah mengeluarkan teriakan-teriakan lantang dengan kata-kata yang seolah hendak mengajukan protes kepada Tuhan atas apa yang menimpa dirinya.

    Layakkah semua itu dilakukan oleh seorang Nabi yang hanif seperti ‘Isa al-Masih ?
    Dimana letak derajat kenabian dan kerasulan beliau yang seharusnya menjadi teladan dan contoh kepada umatnya dengan melakukan perbuatan yang memalukan itu ?

    Takutkah ‘Isa terhadap kematian yang bisa menimpa dirinya ?
    Tidak kuatkah beliau sebagai Nabi menahan siksaan dari umat Yahudi ?
    Dimana letak kedekatan beliau dengan Allah yang seharusnya menjadi penentram hatinya ?
    Bukankah beliau juga sudah berdoa sewaktu di Taman Getsemani ?
    Juga, bukankah Nabi Isa itu sendiri sudah diperkuat Allah dengan Ruhul Kudus ?

    Tidak disangsikan lagi, didalam al-Qur’an disebutkan bahwa Nabi ‘Isa sendiri berkata :

    Dan keselamatan atasku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku akan mati dan pada hari aku akan dibangkitkan dengan keadaan hidup. Itulah dia, Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.
    (Qs. Maryam 19:30-34)

    Jadi tidak pada tempatnya Nabi ‘Isa berteriak-teriak seolah seekor anjing kehilangan tuannya, sementara dia sendiri sudah pernah memberikan ultimatum wahyu yang diterimanya dari Allah bahwa dia akan tetap selamat, meski apapun perlakuan umatnya kepada dirinya.

    Setiap Nabi dan Rasul Allah yang termaktub didalam al-Qur’an adalah mereka-mereka yang terkenal tingkat ketakwaan, kesabaran, kepasrahan dan keyakinan yang tinggi kepada Allah Swt selaku Tuhan semesta alam yang telah mengutus mereka kepada umat.

    Lihat contoh peristiwa Nabi Ibrahim as sebagai bapak Tauhid, yaitu sewaktu hendak dibakar karena perbuatan beliau yang menghancurkan berhala, Nabi Ibrahim tidak berteriak-teriak segala macam, karena ia yakin bahwa Allah akan menyelamatkannya.

    Nabi Muhammad Saw yang nyaris terbunuh dalam peperangan Uhud, juga bahkan para sahabat terbaik beliau yang tidak pernah mengeluh apalagi sampai berteriak lantang terhadap apa yang telah menimpa diri mereka. Semuanya itu disebabkan tingkat ketakwaan dan kepercayaan mereka yang tinggi terhadap Allah Swt yang melahirkan jiwa-jiwa berani dan tak kenal putus asa.

    Sesungguhnya kamu akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan sungguh, kamu akan mendengar celaan yang banyak dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, tetapi jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.
    (Qs. ali-Imran 3:186)

    Dan sesungguhnya perintah sabar itu diberikan dan ditanamkan Allah kepada semua utusanNya, agar dapat memberikan contoh terbaik kepada umat, membimbing umat kejalan yang benar.

    Tapi dengan tindakan Nabi Isa yang berteriak diatas kayu salib ini, pelajaran apa yang dapat diambil oleh umatnya terhadap sikap Nabi dan Rasul yang mereka percayai ini ?
    Apakah tingkat ketakwaan dan derajat Nabi ‘Isa al-Masih berada dibawah tingkatan Ali Bin Abu Thalib yang sangat terkenal sifat kehanifannya dalam jajaran sahabat-sahabat Nabi Muhammad Saw ?

    Apakah Allah itu juga menderita penyakit tuli alias pekak alias budeg sehingga Nabi ‘Isa mesti berteriak lantang menjertikan suaranya kepada Allah ?
    Ingatkah anda dengan firman Allah sbb :

    Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan pelankanlah suaramu.
    Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
    (Qs. 31:19)

    Pengangkatan ‘Isa dalam artian diselamatkannya Nabi ‘Isa al-Masih pada tragedi Golgota telah memberikan peluang kepada kita didalam mempelajari Bible. Bahwa Bible menceritakan dengan baik sekali perihal adanya sosok ‘Isa al-Masih sesudah peristiwa penyaliban.

    Disini kita bisa memberikan satu pentafsiran, bahwa setelah berhasil lolos dari tipu daya Yudas Iskariot yang licik itu, ‘Isa al-Masih yang berubah dalam bentuk dan wujud yang baru tetap berada ditengah-tengah umatnya, Bani Israil.

  2. Pada hari minggu pertama setelah penyaliban terjadi, Kitab Yohanes 20:13 menggambarkan betapa seorang wanita muda pengikut Nabi ‘Isa al-Masih bernama Maria Magdalena, yang pernah mengurapi diri Nabi ‘Isa (Baca: Kitab Yohanes 12:3 dan Lukas 7:38), dan salah seorang dari mereka yang menyaksikan dengan matanya sendiri bagaimana sosok Nabi ‘Isa al-Masih telah disalib dan dikuburkan (Baca: Markus 15:40-41 dan Markus 15:47) sekaligus juga sebagai wanita yang pernah disembuhkan oleh ‘Isa dari tujuh setan (Baca: Lukas 8:2) telah mendatangi kuburan dimana jasad ‘Isa al-Masih disemayamkan.

    Disana menurut Bible Yohanes, Maria Magdalena bertemu dengan dua orang malaikat namun ia sendiri tidak menjumpai sosok ‘Isa al-Masih sebagaimana yang ia kenali dan wanita ini telah mengira bahwa ‘Isa al-Masih yang berdiri dihadapannya dalam keadaan hidup itu sebagai seorang tukang kebun sampai akhirnya Nabi ‘Isa memutuskan untuk menegur Maria Magdalena dan dikenali olehnya sebagai orang yang memang dicari-carinya.

    And she saw two angels in white, sitting, one at the head, and one at the feet, where the body of Jesus had been laid. They say to her: Woman, why weepest thou?
    She saith to them: Because they have taken away my Lord;
    And I know not where they have laid him.
    When she had thus said, she turned herself back, and saw Jesus standing;
    And
    she knew not that it was Jesus.

    Jesus saith to her: Woman, why weepest thou ?
    Whom seekest thou?
    She, thinking it was the gardener, saith to him:
    Sir, if thou hast taken him hence, tell me where thou hast laid him, and I will take him away.

    Jesus saith to her: “Mary !”
    She turning, saith to him: “Rabboni !(which is to say, Master)”.
    Jesus saith to her: “Do not touch me !”
    For I am not yet ascended to my Father.
    But go to my brethren, and say to them:
    I ascend to my Father and to your Father,
    to my God and your God.
    (John 20:12-17)

    Apakah bukan satu keanehan bilamana Maria Magdalena telah mengira sosok Nabi ‘Isa itu sebagai penunggu taman alias The Gardener ? Kita katakan saja pada waktu itu Nabi ‘Isa sedang melakukan penyamaran sedemikian rupa sampai Maria Magdalena tidak lagi mengenalinya namun sebelum ‘Isa memanggil nama Maria, beliau telah sempat berbicara dengannya dan tampaknya Maria tetap tidak mengenali sosok Nabi agung ini dihadapannya.

    Penolakan yang dilontarkan oleh Nabi ‘Isa untuk disentuh oleh Maria Magdalena dalam Yohanes 20:17 menurut hemat saya bukanlah karena saat itu ‘Isa baru saja sembuh dari luka-luka penyaliban, akan tetapi karena memang tidak selayaknya seorang laki-laki muda seperti ‘Isa yang waktu itu baru berusia 33 tahun dipeluk oleh seorang wanita muda seperti Maria Magdalena yang bukan muhrimnya, kecuali jika ‘Isa memang sudah wafat sementara ‘Isa sendiri mengatakan kepada Maria Magdalena bahwa “For I am not yet ascended to my Father”, Bahwa Nabi ‘Isa saat itu belumlah mati dan ruhnya belum naik menghadap Allah.

    Akan tetapi, bagaimanapun juga, kisah yang diriwayatkan oleh Yohanes ini sangat berkontradiksi dengan periwayatan yang disampaikan oleh Matius, Markus dan Lukas didalam Injil mereka masing-masing.

    Lukas 24 dimulai dari pasal 1 menceritakan bahwa yang datang kemakam ‘Isa al-Masih pada hari minggu itu tidak hanya Maria Magdalena namun juga beberapa orang wanita lainnya menyertainya yaitu Joanna, Maria ibunya Ya’kub serta beberapa perempuan lainnya yang tidak dijelaskan oleh Lukas 24:10 nama-nama mereka satu persatunya; dan Lukas juga tidak menyebutkan bertemunya Maria Magdalena dengan sosok ‘Isa al-Masih, malah kedua malaikat itu banyak sekali berbicara kepada wanita-wanita yang mendatangi kuburan tersebut.

    Markus 16 dimulai pasal 1 mengatakan bahwa yang datang pada hari Minggu itu kekuburan ‘Isa al-Masih hanya berjumlah tiga orang, yaitu Maria Magdalena, Maria ibunya Ya’kub dan Salome, selanjutnya dalam ayat ke-9, Markus mencoba mengambil cerita dari Lukas bahwa ‘Isa sudah menemui Maria Magdalena pada hari minggu pertama itu, padahal dalam ayat-ayat sebelumnya telah dijelaskan olehnya sendiri betapa Maria Magdalena sama sekali tidak bertemu dengan ‘Isa al-Masih.

    Yang lebih kontroversial lagi, Matius dimulai pasal 28 meriwayatkan bahwa yang datang pada hari minggu pertama itu adalah Maria Magdalena dan beberapa Maria lainnya yang tidak dijelaskannya Maria apa saja mereka itu, kemudian kedatangan mereka itu bersamaan dengan terjadinya gempa bumi dan turunnya seorang malaikat kemakam tersebut dan menggolekkan batu besar penutup kubur ‘Isa dan mendudukinya.

    Perbuatan seorang malaikat ini menyebabkan takutnya beberapa Maria ini, dan sama sekali Matius tidak mengisahkan bahwa wanita-wanita itu melihat isi dalam kuburan ‘Isa al-Masih, mereka hanya baru sampai diluar makam dan belum memasukinya ketika gempa terjadi dan malaikat turun.

    Selanjutnya Matius dalam ayat ke-9 menggambarkan bahwa seluruh Maria itu telah ditemui oleh Nabi ‘Isa al-Masih ditengah perjalanannya dan memberikan salam kepada mereka. Dan ini bertentangan dengan kisah periwayatan yang lain, terutama dengan riwayat Yohanes yang menceritakan hanya Maria Magdalena yang bertemu dengan ‘Isa al-Masih.

    Bagaimana seluruh kontroversi diatas bisa kita jadikan sandaran untuk meyakinkan bahwa ‘Isa al-Masih merupakan tokoh yang tersalib dan mendekam didalam kuburan selama 3 hari sesuai dengan nubuatan Nabi Yunus yang tidak terbukti itu ?

    Bagaimana kita bisa mengatakan bahwa orang yang tersalib dan dikuburkan itu adalah sosok Nabi ‘Isa al-Masih sementara kisah-kisah yang kita jumpai didalam Bible saling berbeda antara satu dengan yang lainnya ?

    Apa kriteria kita untuk menentukan cerita mana yang benar dan sesuai dengan al-Qur’an dan dapat diterima dengan akal serta manapula yang tidak ?

    Terlepas dari seluruh kontroversi diatas, kita lihat didalam Yohanes 21:1-4, kembali digambarkan bahwa Nabi ‘Isa telah mendatangi pengikut-pengikutnya yang berada ditasik Tiberias dalam perwujudan yang lain:

    After these things Jesus shewed himself again to the disciples at the sea of Tiberias; and on this wise shewed he himself. There were together Simon Peter, and Thomas called Didymus, and Nathanael of Cana in Galilee, and the sons of Zebedee, and two other of his disciples. Simon Peter saith unto them, I go a fishing. They say unto him, We also go with thee.

    They went forth, and entered into a ship immediately; and that night they caught nothing.
    But when the morning was now come, Jesus stood on the shore:
    but
    the disciples knew not that it was Jesus.
    (John 21:1-4)

    Dalam riwayat Lukas 24:13-17 dikisahkan bahwa pada hari Minggu tersebut, Nabi ‘Isa al-Masih juga telah menyempatkan diri untuk menemui 2 orang dari 11 sahabat utamanya yang sedang berjalan menuju kampung Emaus sekitar 3 jam jauhnya perjalanan dari kota Yerusalem.

    And, behold, two of them went that same day to a village called Emmaus, which was from Jerusalem about threescore furlongs. And they talked together of all these things which had happened.
    And it came to pass, that, while they communed together and reasoned, Jesus himself drew near, and went with them.
    But their eyes were holden that they should not know him.
    (Luke 24:13-17)

    …And he said unto them, What things?
    And they said unto him, Concerning
    Jesus of Nazareth, which was a prophet mighty in deed and word before God and all the people.
    (Luke 24:19)

    And it came to pass, as he sat at meat with them, he took bread, and blessed it, and brake, and gave to them. And their eyes were opened, and they knew him; and he vanished out of their sight.
    (Luke 24:30-31)

    And they told what things were done in the way, and how he was known of them in breaking of bread.
    (Luke 24:33)

    Kita lihat dari cerita Lukas diatas, bahwa para sahabat Nabi ‘Isa sendiri tidak pernah menganggap bahwa ‘Isa adalah bagian dari ketuhanan, mereka hanya menyebut putera Maryam ini sebagai seorang Nabi yang memiliki banyak mukjizat. Dan kehadiran ‘Isa al-Masih dalam perjalanan mereka itu sama sekali tidak mereka kenali sampai pada akhirnya mereka sadar ketika ‘Isa memberkahi roti dan memecahnya untuk kemudian diberikan kepada mereka.

    Bagaimana mungkin kaum Hawariyin ini tidak mengenali sosok manusia yang selama ini senantiasa berada bersama-sama mereka jika tidak pada waktu itu wujud dari Nabi ‘Isa ditampilkan dalam wujud yang lain sama sekali dan tidak bisa mereka kenali ?

    Tidak lupa mereka ini telah memberikan gambaran kepada kita, betapa mereka akhirnya mengenali Nabi ‘Isa bukan melalui melihat wujudnya yang asli, tetapi karena Nabi ‘Isa sudah memecah roti, jadi melalui tindakannya dan mereka baru sadar bahwa orang itu adalah ‘Isa al-Masih yang mereka banggakan. Dan setelah mereka sadar, Nabi ‘Isa kembali melakukan “Transformasi”, menghilang dari hadapan mereka dan menjumpai sahabat-sahabatnya yang lain.

    Lukas 24:36 dan Yohanes 20:19 menjelaskan kepada kita bahwa setelah Nabi ‘Isa memperlihatkan dirinya dengan perwujudan lain itu kepada beberapa orang pengikutnya diatas, akhirnya pada senja hari minggu itu, Nabi ‘Isa al-Masih datang kepada kesebelas sahabat utamanya yang sedang duduk makan (lihat: Markus 16:14)

    Then the same day at evening, being the first day of the week, when the doors were shut where the disciples were assembled for fear of the Jews, came Jesus and stood in the midst, and saith unto them, “Peace be unto you”.
    (John 20:19)

    “But they being troubled and frightened, supposed that they saw a spirit.
    And he said to them: Why are you troubled, and why do thoughts arise in your hearts?
    See my hands and feet !
    That it is I myself; handle, and see:
    For a spirit hath not flesh and bones, as you see me to have.

    And when he had said this, he shewed them his hands and feet.
    But while they yet believed not, and wondered for joy.
    He said: Have you any thing to eat?
    And they offered him a piece of a broiled fish, and a honeycomb.
    And when he had eaten before them, taking the remains, he gave to them.”
    (Luke 24:37-43)

    Kita lihat, adalah suatu keanehan tersendiri, diantara para sahabat yang berkumpul pada senja hari itu sudah ada yang pernah bertemu dengan Nabi ‘Isa pada waktu siang harinya dan mengetahui bahwa ‘Isa al-Masih belumlah wafat dan berada dalam keadaan yang lain, akan tetapi kisah diatas menunjukkan kepada kita betapa para sahabat itu sendiri merasa ketakutan dengan hadirnya sosok ‘Isa al-Masih secara tiba-tiba dan mereka pun tidak mempercayai bahwa sosok orang yang hadir ditengah-tengah mereka saat itu adalah ‘Isa.

    Mereka malah mengira ‘Isa al-Masih adalah hantu !
    Apa yang menyebabkan mereka mengira sang Nabi agung ini sebagai hantu ?
    Apakah karena kemunculannya yang tiba-tiba itu ?
    Rasanya tidak, sebab mereka sudah akrab dengan fenomena mukjizat ‘Isa al-Masih, bahkan dua diantara mereka pada minggu siang itu telah menyaksikan betapa Nabi ‘Isa tiba-tiba hilang dari hadapan mereka (Baca lagi riwayat dari Lukas 24:31 diatas.

    Mereka digambarkan sangat takjub dan ketakutan serta tidak percaya sebab mereka selama ini berpikir bahwa ‘Isa al-Masih sudah tersalibkan dan wafat, sedangkan mereka sendiri tidak ada yang menjadi saksi mata pada kejadian hari itu sebab keseluruhan dari mereka malah melarikan diri disaat sang Nabi berada dalam keadaan bahaya (Baca: Kitab Markus 14:50).

    Bagaimana ini jadinya ?
    Satu-satunya penjelasan yang masuk akal adalah mereka semua saat itu berpikir bahwa ‘Isa sudah wafat dan hantunya datang kepada mereka, untuk membantah pemikiran mereka itu, ‘Isa al-Masih menunjukkan bukti-bukti masih hidupnya beliau selaku manusia biasa, diantaranya memakan sepotong ikan goreng dan minum madu serta menyuruh mereka menyentuh kulit tubuhnya.

    Penjelasan yang masuk akal diatas tetap akan berlawanan apabila kita melihat balik kepada ayat-ayat yang menceritakan berita heboh atas hilangnya mayat ‘Isa al-Masih pada pagi minggu itu dan beberapa orang dari mereka justru sudah berjumpa langsung dengan sang Nabi dalam keadaan hidup pada siang harinya.

    Sekali lagi saya katakan, apa kriteria kita untuk menyatakan bahwa ‘Isa sudah benar-benar tersalibkan dan dikubur dalam makam selama 3 hari ? Jika kita hanya menyandarkan pada data-data dari dalam Bible, maka data-data itu saling berlawanan antara satu dengan yang lainnya.

    Saya ingatkan kembali pada sabda Nabi Muhammad Saw :

    “Apabila ada ahli kitab berbicara kepadamu, maka janganlah engkau mendustakannya dan janganlah kamu membenarkannya. Tetapi katakanlah : ‘Kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kami beriman kepada apa yang diturunkan sebelum kami.’ ; Apabila yang dikatakan itu haq (benar), janganlah kamu mendustakannya. Tetapi apabila itu batil, maka janganlah kamu membenarkan.”
    (Riwayat Abu Daud, Turmudzi dan Muslim)

  3. Contoh lain dari kita untuk menolak pernyataan bahwa Nabi ‘Isa sungguh tokoh yang telah disalib adalah riwayat Yohanes 19:26 yang menyebutkan bahwa dari atas kayu salib itu Nabi ‘Isa telah memanggil ibunya dengan kata-kata ketus: “Perempuan ! lihatlah anakmu !”

Adakah itu mencerminkan adab sopan santun seorang Nabi dan Rasul Allah yang harus menjadi panutan umatnya ?

Mari kita baca firman Allah dalam al-Qur’an secara teliti berikut ini :

‘Isa berkata: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku kitab dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dia jadikan aku seorang yang berbakti di mana saja aku berada, dan Dia mewajibkan kepadaku shalat dan zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (Qs. 19:30-34)

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya engkau tidak menyembah selain Dia dan hendaklah engkau berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah kamu berkata : “Ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
(Qs. 17:23)

Dan ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil: “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.
(Qs. 2:83)

Dari beberapa kriteria ini, menurut saya, untuk menyatakan bahwa Nabi ‘Isa sudah tersalib benar-benar sulit diterima, baik dengan menggunakan dalil-dalil dalam Bible sendiri apalagi dengan berdasarkan dalil-dalil dari kitab suci al-Qur’an.

Sewajarnyalah kita mengimani wahyu Allah dalam an-Nisaa’ 157 apa adanya :

Dan perkataan mereka: “Kami telah membunuh al-Masih ‘Isa putera Maryam, utusan Allah”, padahal tidaklah mereka membunuhnya dan tidak menyalibnya, tetapi dia disamarkan bagi mereka.
Dan sesungguhnya orang-orang yang berselisihan tentangnya selalu dalam keraguan mengenainya. Tiada pengetahuan mereka kecuali mengikuti dugaan, dan tidaklah mereka yakin telah membunuhnya.
(Qs. 4:157)

Pada masanya, Nabi Musa as., pernah dikaruniakan oleh Allah tongkat yang dapat berubah ujud menjadi seekor ular besar ketika berhadapan dengan tukang sihir Fir’aun.

Bahkan dalam kasus Nabi Musa ini, tongkatnya itu sebagai satu benda mati, benar-benar berubah menjadi wujud benda lain yang memiliki nyawa dan mampu melawan ular-ular kecil para tukang sihir dari negri Mesir itu. Sementara Nabi Isa Almasih, hanyalah diserupakan wajahnya oleh Allah Swt dengan wajah orang lain namun bukan dirubah wujudnya menjadi ‘benda lain, semuanya merupakan hal yang sangat mudah sekali bagi Allah, Tuhan semesta alam.

“Ye men of Israel, hear these words; Jesus of Nazareth, a man approved of Yahweh among you by miracles and wonders and signs, which Yahweh did by him in the midst of you, as ye yourselves also know”
(The Acts 2:22)

“Hai orang-orang Israil, dengarlah perkataan ini: Jesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan mukjizat-mukjizat dan kekuatan-kekuatan serta tanda-tanda yang dilakukan Allah dengan perantaraan dia ditengah-tengah kamu sebagaimana yang kamu ketahui.”
(Kisah Para Rasul 2:22)

Paus pernah menegur Fra Fulgentio mengenai pengajaran Bible :

Thus for instance Fra. Fulgentio was reprimanded by the Pope in a letter saying, ‘Preaching of the Scriptures is a suspicious thing. He who keeps close to the Scripture will ruin the Catholic faith.’ In his next letter he was more explicit, warning against too much insistence on the scriptures ‘which is a book if anyone keeps close to, he will quite destroy the Catholic Church.’
(Taken from :
A Brief Account of the Crusades)

“Mengajarkan kitab suci itu perkara yang mencurigakan.
Orang yang terlalu berpegang pada kitab suci itu akan menjatuhkan keyakinan yang umum.”
“…itulah yang disebut kitab suci. Bila orang berpegang teguh kepadanya, niscaya akan menghancurkan gereja Katolik.”

Kita jangan terlampau mudah mempercayai kisah-kisah yang terdapat didalam Bible yang nyata-nyata memiliki banyak sekali pertentangan dengan ajaran Islam, lagipula, isi Bible terutama Perjanjian Baru yang ada sekarang ini, semuanya dikarenakan untuk membuat persamaan terhadap cerita-cerita yang disebarkan oleh Paulus, musuh besar ‘Isa al-Masih.

Dalam hal ini, Paulus sendiri membuka identitas dirinya :

Tetapi JIKA kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaanNya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa ? (Roma. 3:7).

Disini Paulus mencoba mencari pembenaran atas sikapnya sebagai seorang pendusta agama, bahwa bila apa yang dilakukannya dengan segala kebohongannya itu kepada umat Kristen adalah untuk dan demi Allah, maka tidaklah layak dia dihakimi sebagai orang yang berdosa, sebab dia menganggap dirinya berjasa kepada Allah.

Namun umat Nasrani akan menunjukkan dengan ayat berikutnya :

Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan bahwa kita berkata: “Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya.” Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman. (Roma. 3:8).

Sekarang kita ajukan pertanyaan yang di JIKA oleh Paulus pada Roma 3:7 itu apanya ?
Kebenaran Allah yang melimpah atau dustaku ?
Bagaimana kalau kalimat tersebut kita ganti dengan kalimat yang setara jenis dan susunannya seperti :

Tetapi JIKA kemakmuran Indonesia oleh bantuan IMF semakin melimpah bagi kemuliaan Indonesia, mengapa IMF masih juga dihakimi sebagai penghancur negara ? (IMF 3:7)

Kalimat Roma 3:7 akan sama saja bunyinya jika kita alihkan sbb :

Tetapi JIKA DENGAN AKU BERDUSTA maka kebenaran Allah semakin melimpah bagi kemuliaanNya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa ? (Roma. 3:7)

Lalu juga akan muncul argumen baru dari mereka dengan menggunakan persamaan :

JIKA AKU KAYA ——-> Faktanya aku tidaklah kaya
JIKA AKU BERDUSTA ———> Faktanya aku tidaklah berdusta

Baiklah, dalam bahasa Inggris kita mengenal adanya If Conditional (kalimat bersyarat) ‘Conditional Type 1, 2 and 3’, yaitu kalimat yang menyatakan bahwa pekerjaan itu dapat dilakukan kalau syaratnya terpenuhi. Dan berikut ini akan kita ketengahkan dalam bahasa Indonesia salah satu contoh kalimat dari ketiga type If conditional tersebut.

Jika bacokanku ternyata membuat dirinya semakin terkenal, mengapakah aku dihakimi sebagai seorang yang bersalah ?

Menurut anda, orang tersebut telah membacok atau tidak ?
Kalimat diatas, itu memiliki pola yang sama dengan Roma 3:7, silahkan anda memberikan penilaian sendiri sampai sejauh mana kebenaran yang keluar dari ucapan Paulus.

Kita kembali pada pembahasan al-Qur’an, bahwa Nabi ‘Isa al-Masih telah diselamatkan oleh Allah dari peristiwa penyaliban itu dengan cara mengembalikan perbuatan makar itu kepada orang yang telah merencanakannya sendiri.

Wa innahu la’ilmullisa’ati falatamtarunna biha wattabi’un; Haza shirothum mustaqim
“Dan sesungguhnya Isa telah memberikan pengetahuan mengenai Sa’ati.
Karena itu janganlah kamu ragu-ragu padanya ikutilah Aku (Allah). Ini satu jalan yang lurus.
(Qs. 43:61)

Bahwa Nabi ‘Isa al-Masih telah memberikan pengetahuan, memberikan informasi mengenai kejadian yang akan berlaku sesudahnya, yaitu pemberitaan akan datangnya Nabi Muhammad Saw selaku Nabi akhir zaman, Nabi penutup yang merupakan satu kabar gembira bagi umat manusia yang benar-benar mengharapkan ridho dan rahmat Allah.

“Dan tatkala ‘Isa putra Maryam berkata: hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada kamu, membenarkan Taurat yang turun sebelumku dan memberikan kabar gembira mengenai seorang Rasul sesudahku yang namanya Ahmad.” (Qs. ash-Shaff 61:6)

dari Kitab Qishshah wa ‘Ibrah

Imam Muslim dalam Shahihnya (9/69), dan juga para penulis kitab sunnah telah meriwayatkan sebuah kisah taubat yang paling mengagumkan yang diketahui oleh manusia. Pada suatu hari Rasul r duduk di dalam masjid, sementara para sahabat beliau duduk mengitari beliau. Beliau mengajari, mendidik dan mensucikan (hati) mereka. Majelis tersebut dipenuhi oleh sahabat besar Nabi r. Tiba-tiba datanglah seorang wanita berhijab masuk ke pintu masjid. Kemudian Rasul r pun diam, dan diam pula para sahabat beliau y. Wanita tersebut menghadap dengan perlahan, dia berjalan dengan penuh gentar dan takut, dia lemparkan segenap penilaian dan pertimbangan manusia, dia lupakan aib dan keburukan, tidak takut kepada manusia, atau mata manusia dan apa yang akan dikatakan oleh manusia.

Dia menghadap untuk mencari kematian. Kematian lebih ringan, jika disertai oleh pengampunan dan penghapusan dosa. Menjadi ringan jika setelah kematian tersebut terdapat keridhaan dan penerimaan dari sisi Allah I.

Hingga dia sampai kepada beliau r, kemudian dia berdiri di hadapan beliau, dan mengabarkan kepada beliau bahwa dia telah berzina!!

Dia berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah melakukan (maksiat yang mewajibkan adanya) hukuman had (atasku), maka sucikanlah aku!”

Apa yang diperbuat oleh Rasulullah r?! Apakah beliau meminta persaksian dari para sahabat atas wanita tersebut? Tidak, bahkan memerahlah wajah beliau hingga hampir-hampir meneteskan darah. Kemudian beliau mengarahkan wajah beliau ke arah kanan, dan diam, seakan-akan beliau tidak mendengar sesuatu. Rasulullah r berusaha agar wanita ini mencabut perkataannya, akan tetapi wanita tersebut adalah wanita yang istimewa, wanita yang shalihah, wanita yang keimanannya telah menancap di dalam hatinya. Maka Nabi r bersabda kepadanya: “Pergilah, hingga engkau melahirkannya.”

Berlalulah bulan demi bulan, dia mengandung putranya selama 9 bulan, kemudian dia melahirkannya. Maka pada hari pertama nifasnya, diapun datang dengan membawa anaknya yang telah diselimuti kain dan berkata: “Wahai Rasulullah, sucikanlah aku dari dosa zina, inilah dia, aku telah melahirkannya, maka sucikanlah aku wahai Rasulullah!”

Maka Nabipun melihat kepada anak wanita tersebut, sementara hati beliau tercabik-cabik karena merasakan sakit dan sedih, dikarenakan beliau menghidupkan kasih sayang terhadap orang yang berbuat maksiat, rahmat kepada burung, dan menyayangi hewan.

Sebagian ahli ilmu berkata: “Bahkan beliau r, memberikan rahmat hingga kepada orang kafir. Allah I berfirman tentang beliau: “Dan tidakklah aku utus kamu Muhammad, kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta.” Siapa yang akan menyusui bayi tersebut jika ibunya mati? Siapakah yang akan mengurusi keperluannya jika had (hukuman) ditegakkan atas ibunya? Maka Nabi r bersabda: “Pulanglah, susuilah dia, maka jika engkau telah menyapihnya, kembalilah kepadaku.”

Maka wanita itupun pergi ke rumah keluarganya, dia susui anaknya, dan tidaklah bertambah keimanannya di dalam hatinya kecuali keteguhan, seperti teguhnya gunung. Tahunpun bergulir berganti tahun. Kemudian wanita itu datang dengan membawa anaknya yang sedang memegang roti. Dia berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah menyapihnya, maka sucikanlah aku!”

Dia dan keadaannya sungguh sangat menakjubkan! Iman yang bagaimanakah yang membuatnya berbuat demikian. Tiga tahun lebih atau kurang, yang demikian tidaklah menambahnya kecuali kekuatan iman.

Nabi r mengambil anaknya, seakan-akan beliau membelah hati wanita tersebut dari antara kedua lambungnya. Akan tetapi ini adalah perintah Allah, keadilan langit, kebenaran yang dengannya kehidupan akan tegak.

Nabi r bersabda: “Siapa yang mengkafil (mengurusi) anak ini, maka dia adalah temanku di sorga seperti ini…” Kemudian beliau memerintahkan agar wanita tersebut dirajam (dilempari dengan batu hingga mati).

Maka manusiapun berkumpul, dan merajamnya. Muncratlah darah dari kepala wanita tersebut mengenai Khalid bin Walid, maka diapun mencacinya pada jarak pendengaran Nabi r. Maka beliau bersabda kepadanya: “Tenang wahai Khalid, demi Allah, dia telah bertaubat dengan pertaubatan yang seandainya penarik pajak (pungli) bertaubat dengannya pastilah akan diterima darinya.”

Dalam sebuah riwayat bahwa Nabi r memerintahkan agar wanita itu dirajam, kemudian beliau menshalatinya. Maka berkatalah Umar t: “Anda menshalatinya wahai Nabi Allah, sungguh dia telah berzina.” Maka beliau r bersabda: “Sungguh dia telah bertaubat dengan satu taubat, seandainya taubatnya itu dibagikan kepada 70 orang dari penduduk Madinah, maka taubat itu akan mencukupinya. Apakah engkau mendapati sebuah taubat yang lebih utama dari pengorbanan dirinya untuk Allah I?” (HR. Ahmad (40/399))

Sesungguhnya ini adalah rasa takut kepada Allah. Sesungguhnya itu adalah perasaan takut yang terus menerus berada pada diri wanita mukminah tersebut saat dia terjerumus ke dalam jerat-jerat syetan, dia menjawab jerat-jerat tersebut pada saat lemah. Ya, dia telah berbuat dosa, akan tetapi dia berdiri dari dosanya dengan hati yang dipenuhi oleh iman, dan jiwa yang digerakkan oleh panasnya maksiat. Ya, dia telah berdosa, akan tetapi telah berdiri pada hatinya tempat pengagungan terhadap Dzat yang dia bermaksiat kepada-Nya. Sesungguhnya ini adalah taubat sejati wahai hamba-hamba Allah. Ya, ini taubat nashuha wahai hamba-hamba Allah. (AR)[*]

https://tausyah.wordpress.com