Posts Tagged ‘Ilmu Pengetahuan’

https://tausyah.wordpress.com/Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

Nasihat Bagi Pemuda Islam dan Penuntut Ilmu

Pertama-tama aku menasihatimu dan diriku agar bertakwa kepada Allah جل جلا له, kemudian apa saja yang menjadi bagian/cabang dari ketakwaan kepada Allah Tabaaraka wa Ta’ala seperti:

1. Hendaklah kamu menuntut ilmu semata-mata hanya karena ikhlas kepada Allah dengan tidak menginginkan dibalik itu balasan dan ucapan terima kasih. Tidak pula menginginkan agar menjadi pemimpin di majelis-majelis ilmu. Tujuan menuntut ilmu hanyalah untuk mencapai derajat yang Allah جل جلا له telah khususkan bagi para ulama. Dalam Firman-Nya :

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

“… Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di-antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.. “(QS. Al-Mujaadilah : 11)

2. Menjauhi perkara-perkara yang dapat menggelincirkanmu, yang sebagian “Thalibul Ilmi” (para penuntut ilmu) telah terperosok dan terjatuh padanya. Diantara perkara-perkara itu :

  • Mereka amat cepat terkuasai oleh sifat ujub (kagum pada diri sendiri) dan terperdaya, sehingga ingin menaiki kepala mereka sendiri. (lebih…)
Ilmuwan Islam

Ilmuwan-Islam

Dengan menukir ke masa keemasan islam pada masa yang silam, sejenak tentu kita bangga mengetahui bahwa segala macam ilmu yang ada pada kita saat sekarang ini adalah berkat jasa-jasa ilmuwan muslim dunia yang sudah hampir seribu tahun yang lalu, ketika umat muslim adalah pembawa obor pengetahuan pada zaman kegelapan. Mereka menciptakan peradaban Islam, didorong oleh penelitian dan penemuan ilmiah, yang membuat bagian dunia lainnya iri selama berabad-abad.

Dalam kata-kata Carli Fiorina, seorang CEO Hewlett Packard yang visioner dan berbakat tinggi, “Adalah para arsitek yang mendesign bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi. Adalah para matematikawan yang menciptakan aljabar dan algoritma yang dengannya komputer dan enkripsi data dapat tercipta. Adalah para dokter yang memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat baru untuk penyakit. Adalah para astronom yang melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan membuka jalan bagi perjalanan dan eksplorasi antariksa. Adalah para sastrawan yang menciptakan ribuan kisah; kisah-kisah perjuangan, percintaan dan keajaiban. Ketika negeri lain takut akan gagasan-gagasan, peradaban ini berkembang pesat dengannya dan membuat mereka penuh energi. Ketika ilmu pengetahuan terancam dihapus akibat penyensoran oleh peradaban sebelumnya, peradaban ini menjaga ilmu pengetahuan tetap hidup, dan menyebarkannya kepada peradaban lain. Tatkala peradaban barat modern sedang (lebih…)

https://tausyah.wordpress.com/bukti-keajaiban-al-Qur'an

Bukti Keajaiban Al-Qur'an

Terbukanya tabir hati ahli farmakologi Thailand Profesor Tajaten Tahasen, Dekan Fakultas Farmasi Universitas Chiang Mai Thailand, baru-baru ini menyatakan diri masuk Islam saat membaca makalah Profesor Keith Moore dari Amerika. Keith Moore adalah ahli Embriologi terkemuka dari Kanada yang mengutip surat An-Nisa ayat 56 yang menjelaskan bahwa luka bakar yang cukup dalam tidak menimbulkan sakit karena ujung-ujung syaraf sensorik sudah hilang. Setelah pulang ke Thailand Tajaten menjelaskan penemuannya kepada mahasiswanya, akhirnya mahasiswanya sebanyak 5 orang menyatakan diri masuk Islam.

Bunyi dari surat An-Nisa’ tersebut antara lain sebagai berkut;”Sesungguhnya orang-orang kafir terhadap ayat-ayat kami, kelak akan kami masukkan mereka ke dalam neraka, setiap kali kulit mereka terbakar hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain agar mereka merasakan pedihnya azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagiMaha Bijaksana.”

Ditinjau secara anatomi lapisan kulit kita terdiri atas 3 lapisan global yaitu; Epidermis, Dermis, dan Sub Cutis. (lebih…)

profileJaman keemasan Islam yang berlangsung selama periode Abbasiyah di Baghdad (750-1258) dan Umaiyah di Spanyol (755-1492), tinggal kenangan belaka.

“Pada jaman orang-orang Eropa masih menyelam dalam kebiadaban yang teramat gelap, Baghdad dan Cordova, dua kota raksasa Islam telah menjadi pusat peradaban yang menerangi seluruh dunia dengan cahaya gilang gemilangnya.” demikian kata Dr. Gustave Le Bone.

Dalam permulaan abad pertengahan tak satu bangsapun yang lebih besar sumbangannya untuk proses kemajuan manusia selain dari bangsa Arab. Mahasiswa-mahasiswa Arab sudah asyik mempelajari Aristoteles tatkala Karel Agung bersama pembesar-pembesarnya masih asyik belajar menulis namanya. Disekitar abad X, Cordova adalah kota kebudayaan yang ternama di Eropa dengan Konstantinopel dan Baghdad merupakan kota-kota pusat kebudayaan didunia.

Demikianlah sekilas pandangan bila kita mempercayai sejarah jaman keemasan Islam dimasa lampau. Ataukah sejarah tersebut telah mendustai kita ?

Kepada mereka yang menjadi pekerjaannya silahkan mengadakan penelitian kembali, dan kepada mereka yang mempercayai catatan sejarah itu bangga dan bergembira hatilah. Lalu bertanyalah: Kenapa sedemikian mengagumkannya Islam dimasa itu ? Dan kenapa golongan Islam sekarang ini bisa dipecundangi oleh golongan lain sedemikian hinanya ? Sekian banyak lagi pertanyaan kita ajukan, tetapi kepada siapa ?

Barangkali belum pernah Islam menghadapi bencana yang lebih besar dari apa yang mereka hadapi pada dewasa ini. Begitu besar tantangan yang yang harus dihadapinya sehingga dia dipaksa “menyerah kalah” kepada “Tuhan dunia” yang baru.

*Tuhan dunia yang baru itu tak lain daripada kaum Imperialisme, Materialisme, kelompok Eksistensialis, Orientalis dan Atheis serta Skeptik. Manusia tidak lagi percaya bahwa Tuhan adalah “penyelamat bumi dan langit” yang Maha Sempurna bahkan sebagian besar orang Islam sendiri sudah tidak pula mempercayai-Nya.

Mereka mencari ide-ide baru dalam rangka menyusun sistem kenegaraan yang mereka pikir sangat ideal. Mereka menggali pula “pendapat” baru untuk menata masyarakat. Dan semua golongan itu mereka temukan dalam kepada golongan yang telah disebutkan diatas. Lalu mereka memuja isi kepala (otak) penemu-penemu ide baru itu dan mereka pikir dengan demikian mereka telah menemukan tatanan baru.

Satu pertanyaan:
Jika manusia telah menemukan tatanan baru yang disebut Ideal itu benar adanya, mengapa kejadiannya malah sebaliknya ?

Bukan masyarakat ideal yang mereka temui tetapi malah keadaan masyarakat yang kacau balau !

Diluar kawasan Islam telah terjadi konfrontasi antara ilmu dengan agama. Hal itu terjadi dalam jaman tengah dibarat. Setiap keterangan ilmu yang tidak sepaham dengan gereja segera dibatalkan oleh Kepala Gereja. Itulah yang terjadi pada Astronom Nicholas Copernicus (1507) yang menghidupkan kembali ajaran orang-orang Yunani dijaman purba yang mengatakan bahwa bukan matahari yang berputar mengelilingi bumi sebagaimana ajaran gereja dan tercantum pada Yosua 10:12-13, melainkan bumi yang berputar dan mengedari matahari.

Galileo Gelilei yang membela teori tersebut pada tahun 1633 diancam hukuman bakar seandainya dia tidak mencabut kembali teori tersebut oleh Inkuisisi, yaitu organisasi yang dibentuk oleh gereja Katolik Roma yang menyelidiki ilmu klenik sehingga sikap gereja yang kaku itu telah menimbulkan tuduhan bahwa agama menjadi penghalang bagi kemerdekaan berpikir dan kemajuan ilmu.

Dari keadaan demikian terjadilah berbagai pemberontakan dari dalam.
Pada tahun 1517 terjadi reformasi yang dipelopori oleh Martin Luther sehingga menimbulkan kelompok Protestan.

Pada tahun 1992, yaitu setelah 359 tahun kecaman kepada Galileo dilontarkan oleh pihak gereja, akhirnya gereja Katolik Roma secara resmi mengakui telah melakukan kesalahan terhadap Galileo Gelilei dan Paus Yohanes Paulus II sendiri telah merehabilitasinya.

Rehabilitasi diberikan setelah Paus Paulus menerima hasil studi komisi Akademis Ilmu Pengetahuan Kepausan yang dia bentuk 13 tahun sebelumnya dengan tugas menyelidiki kasus itu. Komisi ini memberitahukan, anggota Inkuisisi yang mengecam Galileo telah berbuat kesalahan. Mereka menetapkan keputusan secara subjektif dan membebankan banyak perasaan sakit pada ilmuwan yang kini dipandang sebagai bapak Fisika Eksperimental itu.

“Kesalahan ini harus diakui secara jantan sebagaimana yang Bapa Suci minta”, demikian kata ketua Komisi Kardinal Paul Poupard pada Paus Paulus dalam suatu upacara.

Paulus Yohanes dan beberapa pendahulunya mengakui bahwa gereja melakukan kesalahan, tapi para ilmuwan mengkritik Vatican karena tidak bergerak cepat untuk meluruskan masalah itu secara resmi.

Jauh sebelum Paus Yohanes Paulus II merehabilitasi Galileo, Napoleon Bonaparte seorang tokoh besar Prancis pernah menyatakan mengenai ketidak seimbangan antara iman dan akal yang telah diterapkan dalam Bible sehingga dia menjadi murtad dari agamanya tersebut dan beralih kepada Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang membuka diri terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi sebagai salah satu sarana dalam pencapaian kepada Tuhan.

Selanjutnya perkembangan berpikir semakin pesat dan ilmu pengetahuan pun semakin berkembang dan melahirkan pendapat bahwa segala sesuatu itu dapat dijangkau oleh daya pikir. Segala sesuatu yang tidak masuk akal adalah nol, tidak ada. Dalam masa itu muncullah Rene Descartes (1598-1650) tampil kepanggung revolusi.

Hanya buah pikiran yang terang benderang yang dapat diterima. Dia berpendapat bahwa alam itu berjalan secara mekanis. Descartes juga berpendapat bahwa hanya akallah yang menjadi sumber pengetahuan.

Begitu juga dalam soal kenegaraan, Machiavelli (1469-1527) tampil mewakili pendapat baru. Dia mengobarkan pemisahan gereja dan agama serta kenegaraan harus dipisahkan.

Ketika Laplace mengantarkan bukunya tentang Astronomi kepada Napoleon sebagai persembahan, Napoleon bertanya: “Mengapa saya tidak mendapatkan nama Tuhan dalam buku anda ?” Laplace menjawab : “Baginda, Dia tidak diperlukan.”

Memang Laplace tidak terlalu keliru jika dilihat dari batasan-batasan fisika Matematik atau Astronomi itu sendiri; mencampur adukkan teologi dengan Astronomi boleh jadi justru akan menghancurkan kedua-duanya. Persepsi yang baik dari teori ini mengatakan: “Jangan mengambil nama Tuhan agar Tuhanmu tidak gagal.”

Pada akhirnya tampil pula golongan Materialisme, paham mana memperkuat barisan anti agama. Golongan Atheisme kemudian mengatakan bahwa : Tuhan adalah manifestasi dari khayalan manusia, oleh karenanya agama adalah racun bagi rakyat. Demikianlah kelak yang menjadi doktrin Karl Marx.

Manifestasi atau sebab dari revolusi pikiran itu kemudian melahirkan berbagai bentuk filsafat dan tatanan masyarakat “dunia baru” sebagaimana yang nampak dewasa ini. Salah satu yang jelas adalah Imperialisme. Kemudian terpisahnya agama dari gelanggang politik dan ekonomi. Agama yang tersebut diatas dianggap “tidak mampu memberikan interpretasi” atas kemajuan serta pesatnya ilmu manusia bumi, Dan terakhir tibalah jaman Individualisme.

Allah Swt telah menentukan bahwa kesadaran manusia datangnya berangsur, bertahap sesuai dengan perkembangan peradaban yang Dia tetapkan lebih dahulu.

Dalam hal pentafsiran kitabullah, umat Islam tidak bisa terpaku hanya kepada penafsiran atau penterjemahan AlQur’an yang sudah ada saja, sebab seiring dengan perkembangan tata bahasa dan pengertian serta perkembangan dari peradaban ilmu dan tekhnologi, maka akan banyak pula istilah-istilah yang lebih tepat didalam pengartian suatu ayat.

Bahasa Arab adalah bahasa yang indah, penuh khasanah seni, makna serta arti dan sebagainya.

Setiap orang boleh mengungkapkan makna kitab suci AlQur’an. Karenanya penafsiran AlQur’an bukan monopoli para imam dan mudjtahid (pemimpin agama dan pemegang wewenang tertinggi dalam bidang hukum).

Islam bukanlah agama yang penuh misteri, begitupun AlQur’an sebagai kitab sucinya, yang hanya dapat dimengerti oleh sekelompok jemaah tertentu.

Rasulullah Muhammad Saw tidak meninggalkan dunia yang fana ini kecuali setelah ia menyampaikan amanat dan menunaikan risalahnya. Rasulullah kemudian meminta para keluarganya, pengikutnya dan semua sahabat-sahabatnya untuk menyebarluaskan dan menyampaikan ajaran-ajaran Ilahi yang telah mereka peroleh darinya.

Bahwa AlQur’an seharusnya dipandang sebagai sumber dari segala keilmuan, tidak perlu dipermasalahkan lagi bagi umat Islam. Banyak kaum intelegensia Muslim yang mengungkapkan bagaimana penemuan-penemuan ilmiah yang paling mutakhir sekalipun ada diungkapkan dengan bahasa simbolik atau juga nyata dalam AlQur’an.

Secara apriori mengasosiasikan Qur-an dengan Sains modern adalah mengherankan, apalagi jika asosiasi tersebut berkenaan dengan hubungan harmonis dan bukan perselisihan antara Qur-an dan Sains. Bukankah untuk menghadapkan suatu kitab suci dengan pemikiran-pemikiran yang tidak ada hubungannya seperti ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hal yang paradoks bagi kebanyakan orang pada jaman ini ?

Sesungguhnya orang yang membaca Al Qur’an secara teliti dalam upaya memahami bagaimana pendiriannya terhadap Sains, ia akan mendapatkan sekumpulan ayat-ayat yang jelas, terbentang menurut empat bagian yang semua aspeknya mengarah kepada masalah ilmiah.

1. Masalah-masalah yang berkaitan dengan hakikat Sains dan arah serta tujuannya mengenai apa yang dapat diketahui dengan filsafat Sains dan teori makrifat.

2. Metode pengungkapan tentang hakikat-hakikat ilmiah yang bermacam-macam.

3. Menampakkan sekumpulan hukum-hukum dan peraturan-peraturan dilapangan Sains yang bermacam-macam, terutama fisika, geographi dan ilmu hayat.

4. Menghimbau manusia agar mempergunakan hukum-hukum dan peraturan-peraturan tersebut.

Semua ayat AlQur’an itu diturunkan mengandung hal-hal yang logis, dapat dicapai oleh pikiran manusia, dan AlQur’an itu dijadikan mudah agar dapat dijadikan pelajaran atau bahan pemikiran bagi kaum yang mau memikirkan sebagaimana yang disebut dalam Surah Al-Qamar ayat 17 :

“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan AlQur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran ?”
(QS. 54:17)

“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Kitab kepada mereka, Kami jelaskan dia (kitab itu) atas dasar ilmu pengetahuan; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
(QS. 7:52)

Surah 3, Ali Imran ayat 7 menyatakan bahwa AlQur’an terbagi atas dua babak : Muhkamat dan Mutasyabihat.

“Dia-lah yang menurunkan Kitab (AlQur’an) kepada kamu. Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi AlQur’an, dan yang lain mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah /perselisihan/ dan untuk mencari-cari pengertiannya, padahal tidak ada yang mengetahui pengertiannya melainkan Allah serta orang-orang yang mendalam ilmunya. Katakanlah:”Kami beriman kepada yang semua ayat-ayatnya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang yang mau memikirkan.”
(QS. 3:7)

Yang Muhkamat adalah petunjuk hidup yang mudah dimengerti yang terdapat didalam AlQur’an, termasuk didalamnya masalah halal-haram, perintah dan larangan serta hal-hal lainnya dimana ayat-ayat tersebut dapat dipahami oleh siapa saja secara gamblang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran-pemikiran yang berat.

Sedangkan Mutasyabihat adalah hal-hal yang susah dimengerti karena berupa keterangan tentang petunjuk banyak hal yang mesti diteliti dan merangkaikan satu sama lain hingga dengan begitu terdapat pengertian khusus tentang hal yang dimaksudkan, termasuk didalamnya adalah dapat diungkapkan melalui kemajuan teknologi dan cara berpikir manusia.

Seandainya AlQur’an itu seluruhnya muhkamat, pastilah akan hilang hikmah yang berupa ujian sebagai pembenaran juga sebagai usaha untuk memunculkan maknanya dan tidak adanya tempat untuk merubahnya. Berpegang pada ayat mustasyabih saja dan mengabaikan ayat Muhkamat, hanya akan menimbulkan fitnah dikalangan umat.

Juga seandainya AlQur’an itu seluruhnya mutasyabihat pastilah hilang fungsinya sebagai pemberi keterangan dan petunjuk bagi umat manusia. Dan ayat ini tidak mungkin dapat diamalkan dan dijadikan sandaran bagi bangunan akidah yang benar.

Akan tetapi Allah Swt dengan kebijaksanaanNya telah menjadikan sebagian tasyabuh dan sisanya mustayabihat sebagai batu ujian bagi para hamba agar menjadi jelas siapa yang imannya benar dan siapa pula yang didalam hatinya condong pada kesesatan.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
“(AlQur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. 3:138)

Pengertian harakah (gerakan) dalam Islam berbeda dengan apa yang diungkapkan sebagian doktrin dan agama lainnya. Pengertian ini timbul sebagai asas dari keselarasan antara pasangan-pasangan ini : Material dan Immaterial, fisika dan metafisika, bumi dan langit, ilmu dan iman, manusia dan Allah.

Hilangnya salah satu ujung dari ujung-ujung perseimbangan ini akan memisahkan agama Allah dari kemampuan untuk bergerak dan menyebar.

Disini celah-celah pembicaraan mengenai pendirian dari Sains, tampaklah kerapatan hubungan tersebut secara kokoh, yaitu kerapatan hubungan antara AlQur’an dan hakikat Sains serta sumbangsihnya.

Namun ini tidak menghalang-halangi kita untuk memandang bagian-bagian yang sarat akan setiap hakikat Qur’aniah yang bersumber dari Ilahi, dan tidak bisa dinamai -secara metaphoris atau figuratif- hakikat ilmiah yang bersumber dari manusia.

Karena disana ada garis pemisah dilihat dari segi berubah-ubahnya kedua sumber ini, yaitu garis pemisah yang terbentang diantara ilmu Ilahi dan ilmu Basyari (manusia).

Ilmu Ilahi yang memberi kita sebagian pemberiannya dalam AlQur’an itu berisi hakikat-hakikat dan penyerahan-penyerahan yang mutlak. Sesuatu yang batil tidak datang dari depannya dan tidak pula dari belakangnya, yaitu ketika pemberian-pemberian ilmu Basyari menjadi tertahan oleh relativitasnya, kekacauannya dan perubahannya.

Dalam ilmu Basyari tiada hakikat final. Para ilmuwan sendiri -setelah melalui eksperimen dengan segala perlengkapannya- berkesudahan sampai kepada hasil ini bahwa pemberian-pemberian Sains hanyalah kemungkinan-kemungkinan belaka, kadang salah kadang tepat, dan penyingkapan-penyingkapannya adalah penyifatan bagi yang tampak, bukan interpretasi baginya.

Namun ini tidak berarti bahwa pintu ijtihad terhadap penafsiran ilmiah ayat-ayat al-Qur’an menjadi tertutup,dengan segala keterbatasan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang sudah ada, setidaknya kita mampu membuka pemahaman yang lebih baik dari sebelumnya.

Pandangan ilmiah, walau dipandang sebagai sesuatu yang sempit dan sepihak, ternyata banyak berjasa bagi umat manusia, bukan hanya dalam mengembangkan pengetahuan tentang penguasaan terhadap alam tetapi pengaruhnya terhadap bidang-bidang budaya lain pun sangat besar.

Sejak jaman dahulu ajaran-ajaran pokok agama telah bercampur-aduk dengan keterangan-keterangan tentang mekanisme alam, baik yang bercorak ilmiah rancu [pseudoscientific], mitos maupun yang bersifat legendaris. Intuisi dasar manusia menyatakan bahwa semua kebenaran itu satu dan saling berkaitan satu sama lain karena itu orang mencampur-adukkan semua hal secara sembrono; fakta dicampur-aduk dan dikacaukan begitu saja dengan nilai.

Orang yang meyakini kebenaran suatu agama juga disuruh percaya begitu saja kepada segala macam mitos penciptaan sehingga kebenaran agama tertutup. Sikap menentang para ilmuwan terhadap agama terutama disebabkan oleh adanya perbedaan antara ilmu pengetahuan yang telah teruji mengenai alam dengan mitos-mitos alegorik yang dipaksakan untuk diyakini sebagai [bukti-bukti] kebenaran tertulis mengenai fakta-fakta kosmologis dan historis yang ada.

Jasa yang diberikan oleh Sains kepada umat manusia antara lain terdiri dari pembebasan ajaran-ajaran pokok agama dari mitos-mitos yang berselubung ilmiah. Dengan perkembangan Sains, maka hubungan antara Sains dan agama semakin jelas, sedang masalah-masalahnya juga semakin jelas perbedaannya.

Pada suatu kurun waktu Sains akan mencapai titik puncak tatkala ia berhasil menjadi filsafat sebagai suprastruktur bagi keyakinan-keyakinannya yang tertinggi.

Sains akan berkembang terus tanpa batas dan karena batas batas alam itu tidak ada habisnya maka penemuan tentang rahasianya pun akan bertambah terus. Namun demikian postulat-postulat Sains yang tertinggi itu dicipta sekali untuk seluruhnya, dan karenanya tidak dianggap merendahkan Sains jika teori-teori terdahulu ternyata digantikan oleh penjelasan-penjelasan lain yang lebih memuaskan sejalan dengan perkembangan observasi dan eksperimen.

Allah mengajarkan bahwa isi AlQur’an itu tidak lain dari fitrah manusia, petunjuk bagi manusia untuk mengenal dirinya dan lingkungannya. Sayangnya umat Islam selama ini cenderung lari dan mengingkari kefitrahan yang dimaksudkan oleh AlQur’an itu sendiri. Kaum muslimin tidak lebih mengerti AlQur’an ketimbang orang diluar Islam sendiri. Agama Islam menjadi asing dalam lingkungannya sendiri, tepat seperti yang disabdakan oleh Rasulullah.

AlQur’an mengajarkan bahwa tiada iman yang tidak diuji, karenanya kaum Muslimin harus mempersiapkan diri menghadapai ujian Allah yang sangat berat sekalipun. AlQur’an juga mengajarkan bahwa ia merupakan petunjuk yang sebaik-baiknya untuk membina kehidupan umat, itulah kewajiban kaum Muslimin untuk membuktikan kebenarannya ! Bukan kewajiban Allah untuk membuktikan kebenaran firmanNya ! Sebab firman itu benar dengan sendirinya.

Dengan modal kejujuran, kita bisa membaca sikap kita selama ini: meminta, menuntut agar Allah membuktikan kebenaran firmanNya ! Karena kita tidak mengerti apa makna ajaran Allah !

Coba anda belajar pada orang Jepang tentang ilmu membuat mobil dan orang Jepang akan memberikan buku serta rumus-rumusnya. Tugas anda adalah untuk membuktikan kebenaran ilmu-ilmu yang anda terima dari Jepang, dan bukan menagih agar orang Jepang membangun industri mobil di Indonesia dengan ilmu-ilmu mereka itu, serta bukan pula dengan jalan hanya menghapalkan dengan melagukan ilmu-ilmu membuat mobil itu semata dengan harapan anda akan menjadi pintar dengan sendirinya sehingga tiba-tiba anda bisa menciptakan mobil tersebut dengan sim salabim !

Begitulah AlQur’an, sebagai satu sarana untuk menghadapi ujian Allah tentang keimanan, kita harus belajar, belajar, berjuang dan berjuang agar kita bisa merealisasikan kebenaran ayat-ayat itu. Memang tidak mungkin jika ilmu Allah termuat dengan rinci dalam AlQur’an, karena AlQur’an sendiri sudah mengkiaskan bahwa ilmu Allah itu tidak bisa dituliskan dengan tinta sebanyak air dilautan sekalipun.

AlQur’an hanyalah satu petunjuk yang menunjukkan bahwa Ilmu Allah terdapat dimana-mana, diluar dan dalam diri manusia itu sendiri. Suatu petunjuk yang sempurna yang harus dikaji dengan otak, perasaan dan logika pengetahuan. Bukan sekedar menagih kepada Allah untuk merealisasikan janji-Nya !

“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu keluar semuanya. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama ? dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya ?”
(QS. 9:122)

Islam terlahir “TIDAK dengan bermahdzab“, Islam adalah satu.
Tidak ada Islam Hanafi, Islam Hambali atau Islam Syafe’i.
Bahkan ‘Islam Muhammad’ pun tidak pernah ada, apalagi Islam Ahmadiyah, Ahlussunnah serta Syiah !
Islam adalah agama Allah, agama yang berdasarkan fitrah manusia dan agama yang diturunkan kepada semua Nabi dan Rasul sebelum kedatangan Muhammad Saw.

Seluruh umat Islam bertanggung jawab untuk menyampaikan dan menyebarluaskan risalah Islam. Tidak ada perbedaan, kecuali perbedaan kadar dalam memahami Kitabullah dan Sunnah Rasul. Dan tidak ada seorangpun yang memperoleh izin khusus, sekalipun dia memiliki kemampuan dan pengakuan yang tertinggi dalam bertabligh untuk dapat menghalalkan yang diharamkan Allah, atau mengharamkan yang telah dihalalkanNya.

Dan janganlah kamu mengatakan dusta terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu: “ini halal dan itu haram”, untuk kamu ada-adakan kebohongan atas nama Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan dusta atas nama Allah tiada akan bahagia. (QS. 16:116)

Kondisi umat Islam secara konvensional sekarang ini telah menunjukkan umat yang terbelakang, cara berpikir yang tidak strategis tetapi taktis, tidak mengambil prakarsa atau defensif, terbawa inisiatif kebudayaan dan apologetis yang menyebabkan umat Islam berada diluar garis perjuangan.

Dalam hal pentafsiran kitabullah, memahami isi kandungannya, umat Islam tidak bisa terpaku hanya kepada penafsiran/penterjemahan serta logika orang-orang terdahulu yang yang sudah pernah ada semata, sebab seiring dengan perkembangan tata bahasa dan pengertian serta perkembangan dari peradaban ilmu dan tekhnologi, maka akan banyak pula istilah-istilah yang lebih tepat didalam pengartian suatu ayat, menganalisanya dengan Ilmu pengetahuan sekaligus memahaminya secara baik.

Setiap orang boleh mengungkapkan makna kitab suci AlQur’an. Karenanya penafsiran AlQur’an bukan monopoli para imam dan mudjtahid (pemimpin agama dan pemegang wewenang tertinggi dalam bidang hukum).

Islam bukanlah agama yang penuh misteri, begitupun AlQur’an sebagai kitab sucinya, yang hanya dapat dimengerti oleh sekelompok jemaah tertentu.

Manusia dianjurkan oleh Allah melalui Islam supaya berpikir dan merenungkan kekuasaan serta memperhatikan alam ciptaan-Nya. Karena berpikir adalah merupakan salah satu dari fungsinya akal yang dimiliki oleh manusia. Jika akal tidak berfungsi, maka manusia telah kehilangan milik satu-satunya yang menjadikannya makhluk terbaik dan tidak dapat lagi berperan dalam kehidupan selaku manusia yang berpredikat Khalifatullah fil ardl.

Para cendikiawan telah sepakat bahwa pikiran yang bebas dan akal yang kreatif adalah pangkal kemajuan umat manusia, sedangkan pikiran yang terbelenggu dan akal yang tidak berinisiatif dan hanya pandai meniru serta bertaqlid buta menjadi penghambat kemajuan individu dan umat.

Oleh sebab itulah Rasulullah Saw mengisyaratkan kepada umatnya tentang fungsi dan kegunaan akal yang sebenarnya agar manusia tidak salah menempatkan derajat kemanusiaannya.

Dalam salah satu Hadistnya, Rasulullah Saw bersabda: Bahwa akal itu terbagi dalam tiga bagian/fungsi. Sebagian untuk Ma’rifatullah, sebagian untuk Tha’tullah dan sebagian lagi untuk Ma’siatillah.

Golongan Materialis dan sejenisnya menyimpulkan karena Tuhan itu tidak rasionil dan tidak bisa pula dibuktikan secara laboratories maka Tuhan itu tidak ada ! Mereka hanya bisa mempercayai sesuatu kalau ada buktinya, ada barangnya.

Manusia dapat mempercayai atom dan pecahannya karena ia dapat dibuktikan lewat laboratorium. Begitu halnya gelombang.
Lalu bagaimanakah Tuhan dapat dibuktikan ?
Kenapa orang beragama dan terlebih lagi Islam percaya pada adanya Allah ?

Emmanuel Kant (1724-1804) seorang filusuf besar Jerman yang masih besar pengaruhnya sampai sekarang dalam berbagai lapangan hidup pada jaman Rasionalisme abad ke-18 semboyannya ialah “Sapere Aude” => Beranikan mengunakan akalmu !

Namun dalam bukunya Kritik der theoritiche vernunft ditandaskan bahwa penyelidikan dengan akal benar dapat memberikan suatu pengetahuan tentang dunia yang nampak itu, akan tetapi akal sendiri tidak sanggup memberikan kepastian-kepastian dan bahwa berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan terdalam tentang Tuhan, manusia, dunia dan akhirat akal manusia tidak mungkin memperoleh kepastian-kepastian melainkan hidup dalam pengandaian-pengandaian beragam postulat.

E. Kant yang raksasa ahli pikir itu insyaf bahwa hakekat itu tidak dapat dicapai dengan akal yang terbatas ini. Baru akan bertemu bila akal dipisahkan dari diri dan dijadikan orang ketiga untuk mempertemukan si aku dan si dia, padahal itu mustahil.

Untuk mengenal Allah, maka jalan satu-satunya ialah memikirkan, merenungkan dan menyelidiki makhluk ciptaan-Nya disamping mengenal sifat-sifatNya yang dapat dijadikan pegangan dan sekaligus akan melahirkan sifat atau sikap yang terpuji bagi seseorang.

Tanyakanlah pada diri anda sendiri “Mengapa bumi dan langit bisa sehebat ini, bagaimana
jaring-jaring kehidupan (ekologi) bisa secermat ini, apa yang membuat semilyar atom bisa berinteraksi dengan harmoni, dan dari mana hukum-hukum alam bisa seteratur ini ?”.

Pada masa lalu, keterbatasan pengetahuan manusia sering membuat mereka cepat lari pada “sesembahan” mereka setiap ada fenomena yang tak bisa mereka mengerti (misal petir, gerhana matahari). Kemajuan ilmu pengetahuan alam kemudian mampu mengungkap cara kerja alam, namun tetap tidak mampu memberikan jawaban, mengapa semua bisa terjadi.

Ilmu alam yang pokok penyelidikannya materi, tak mampu mendapatkan jawaban itu pada alam, karena keteraturan tadi tidak melekat pada materi. Contoh yang jelas ada pada peristiwa kematian. Meski beberapa saat setelah kematian, materi pada jasad tersebut praktis belum berubah, tapi keteraturan yang membuat jasad tersebut bertahan, telah punah, sehingga jasad itu mulai membusuk.

Bila di masa lalu, orang mengembalikan setiap fenomena alam pada suatu “sesembahan” (petir pada dewa petir, matahari pada dewa matahari), maka seiring dengan kemajuannya, sampailah manusia pada suatu fikiran, bahwa pasti ada “sesuatu” yang di belakang itu semua, “sesuatu” yang di belakang dewa petir, dewa laut atau dewa matahari, “sesuatu” yang di belakang semua hukum alam.

Kemampuan berfikir manusia tidak mungkin mencapai zat Tuhan. Manusia hanya memiliki waktu hidup yang terhingga. Jumlah materi di alam ini juga terhingga. Dan karena jumlah kemungkinannya juga terhingga, maka manusia hanya memiliki kemampuan berfikir yang terhingga. Sedangkan zat Tuhan adalah tak terhingga (infinity).

Karena itu, manusia hanya mungkin memikirkan sedikit dari “jejak-jejak” eksistensi Tuhan di alam ini. Adalah percuma, memikirkan sesuatu yang di luar “perspektif” kita.

Karena itu, bila tidak Tuhan sendiri yang menyatakan atau “memperkenalkan” diri-Nya pada manusia, mustahil manusia itu bisa mengenal Tuhannya dengan benar. Ada manusia yang “disapa” Tuhan untuk dirinya sendiri, namun ada juga yang untuk dikirim kepada manusia-manusia lain. Hal ini karena kebanyakan manusia memang tidak siap untuk “disapa” oleh Tuhan.

Tuhan mengirim kepada manusia utusan yang dilengkapi dengan tanda-tanda yang cuma bisa berasal dari Tuhan. Dari tanda-tanda itulah manusia bisa tahu bahwa utusan tadi memang bisa dipercaya untuk menyampaikan hal-hal yang sebelumnya tidak mungkin diketahuinya dari sekedar mengamati alam semesta. Karena itu perhatian yang akan kita curahkan adalah menguji, apakah tanda-tanda utusan tadi memang autentik (asli) atau tidak.

Pengujian autentitas inilah yang sangat penting sebelum kita bisa mempercayai hal-hal yang nantinya hanyalah konsekuensi logis saja. Ibarat seorang ahli listrik yang tugas ke lapangan, tentunya ia telah menguji avometernya, dan ia telah yakin, bahwa avometer itu bekerja dengan benar pada laboratorium ujinya, sehingga bila di lapangan ia dapatkan hasil ukur yang sepintas tidak bisa dijelaskanpun, dia harus percaya alat itu.

Karena yakin akan autentitas peralatannya, seorang astronom percaya adanya galaksi, tanpa perlu terbang ke ruang angkasa, seorang geolog percaya adanya minyak di kedalaman 2000 meter, tanpa harus masuk sendiri ke dalam bumi, dan seorang biolog percaya adanya dinosaurus, tanpa harus pergi ke zaman purba.

Keyakinan pada autentitas inilah yang disebut “iman”. Sebenarnya tak ada bedanya, antara “iman” pada autentitas tanda-tanda utusan Tuhan, dengan “iman”-nya seorang fisikawan pada instrumennya. Semuanya bisa diuji. Karena bila di dunia fisika ada alat yang bekerjanya tidak stabil sehingga tidak bisa dipercaya, ada pula orang yang mengaku utusan Tuhan tapi tanda-tanda yang dibawanya tidak kuat, sehingga tidak pula bisa dipercaya.

Tanda-tanda dari Tuhan itu hanya autentik bila menunjukkan keunggulan absolut, yang hanya dimungkinkan oleh kehendak penciptanya (yaitu Tuhan sendiri). Sesuai dengan zamannya, keunggulan tadi tidak tertandingi oleh peradaban yang ada. Dan orang pembawa keunggulan itu tidak mengakui hal itu sebagai keahliannya, namun mengatakan bahwa itu dari Tuhan !!!

Pada zaman Nabi Musa, ketika ilmu sihir sedang jaya-jayanya, Nabi Musa yang diberi keunggulan mengalahkan semua ahli sihir, justru mengatakan bahwa ia tidak belajar sihir, namun semuanya itu hanya karena ijin Tuhan semata.

Demikian juga Nabi Isa, seperti yang tercantum dalam kitab Yohanes 7 ayat 16 s/d 18 :

Jawab Yesus kepada mereka: “Ajaranku tidak berasal dari diriku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus aku. Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri.
Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya.
Nabi Muhammad Saw datang membekal AlQur’an sebagai mukjizat terbesarnya sepanjang sejarah peradaban yang dipenuhi dengan berbagai kandungan ilmu pengetahuan baik agama/KeTuhanan maupun sisi ilmiah yang beberapa diantaranya baru ditemukan kebenarannya oleh para ahli diabad ke-20.

Tapi Rasulullah Saw tidak mengklaim bahwa itu semua hasil karyanya sendiri, melainkan dia mengatakan bahwa itu semua dari Tuhan sesuai dengan pesan Nabi Isa Almasih didalam Bible yang beredar sekarang.

Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. (Kitab Injil Yohanes 16:13)

Katakanlah: “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara Rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang memberi penjelasan”. (QS. 46:9)

Inti dari semua penulisan yang baru anda baca diatas hanyalah satu kesepakatan, yaitu harus adanya keseimbangan didalam beragama, iman dan akal merupakan perpaduan yang harmonis didalam Islam, seperti Hadis Nabi yang sering pula diungkapkan oleh K.H.Abdullah Gymnastiar : Jika ingin dunia maka milikilah ilmu, bila ingin akhirat miliki juga ilmu, bila ingin keduanya, maka pelajarilah ilmu.

https://tausyah.wordpress.com

LE Qur’an Et La Science
Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
Oleh : Armansyah

A. Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah Swt, Tuhan alam semesta, kepada Rasul dan NabiNya yang terakhir, Muhammad Saw melalui malaikat Jibril as untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia sampai akhir jaman.

Al-Qur’an berarti bacaan, nama-nama lain dari kitab suci ini adalah Al-Furqaan (Pembeda), Adz Dzikir (Pengingat) dan lain-lain, tetapi yang paling terkenal adalah Al-Qur’an.

Sebagai kitab suci terakhir, Al-Qur’an bagaikan miniatur alam raya yang memuat segala disiplin ilmu, Al-Qur’an merupakan karya Allah Swt yang Agung dan Bacaan mulia serta dapat dituntut kebenarannya oleh siapa saja, sekalipun akan menghadapai tantangan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin canggih (sophisticated).

Kata pertama dalam wahyu pertama (The First Revelation) bahkan menyuruh manusia membaca dan menalari ilmu pengetahuan, yaitu Iqra’.

Adalah merupakan hal yang sangat mengagumkan bagi para sarjana dan ilmuwan yang bertahun-tahun melaksanakan penelitian di laboratorium mereka, menemukan keserasian ilmu pengetahuan hasil penyelidikan mereka dengan pernyataan -pernyataan Al-Qur’an dalam ayat-ayatnya.

Setiap ilmuwan yang melakukan penemuan pembuktian ilmiah tentang hubungan Al -Qur’an dengan ilmu pengetahuan akan menyuburkan perasaan yang melahirkan keimanan kepada Allah Swt, dorongan untuk tunduk dan patuh kepada Kehendak-Nya dan pengakuan terhadap Kemaha Kuasaan-Nya.

Tidak pada tempatnya lagi orang-orang memisahkan ilmu-ilmu keduniawian yang dianggap sekuler, seperti ilmu-ilmu sosial dengan segala cabangnya, dengan ilmu -ilmu Al-Qur’an. Para ilmuwan dapat sekuler, tetapi ilmu tidak sekuler.

Bila penyelidikan tentang alam raya ini adalah ilmiah, mana mungkin Pencipta Alam Raya ini tidak ilmiah. Bila percampuran dan persenyawaan unsur-unsur adalah ilmiah, mana mungkin Pencipta setiap unsur itu tidak ilmiah.

Begitu pula pembicaraan hal-hal kenegaraan adalah ilmiah, mana mungkin Pencipta perbedaan watak individu yang menjadikan beraneka ragam ideologi tidak ilmiah.

Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, sehingga bahasa Arab menjadi bahasa kesatuan umat Islam sedunia. Peribadatan dilakukan dalam bahasa Arab sehingga menimbulkan persatuan yang dapat dilihat diwaktu ‘shalat-shalat massal’ dan ibadah haji.

Selain daripada itu, bahasa Arab tidak berubah, sangat mudah diketahui bila Al -Qur’an hendak ditambah atau dikurangi, banyak orang yang buta huruf terhadap bahasa nasionalnya, tetapi mahir membaca Al-Qur’an bahkan sanggup menghafal Al -Qur’an keseluruhan.

Al-Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat (QS. 68:52), sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah peringatan bagi seluruh umat (QS. 38:87), petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. 2:2), korektor dari semua kitab sebelumnya yang telah terdistorsi (QS. 5:48).

Al-Qur’an dalam bahasa Arab mempunyai gaya tarik dan keindahan yang deduktif.
Didapatkan dalam gaya yang singkat dan cemerlang, bertenaga ekspresif, berenergi eksplosif dan bermakna kata demi kata. (Dr. John Maish MA, The Wisdom Of The Koran. Oxford 1937)

B. Pengertian Ilmu

Bila seseorang memiliki pengertian (understanding) atau sikap (attitude) tertentu, yang diperolehnya melalui pendidikan dan pengalaman sendiri, maka oleh banyak orang dianggap yang bersangkutan tahu atau berpengetahuan.

Begitu juga bila seseorang memiliki ketrampilan atau ketangkasan (aptitude) yang diperolehnya melalui latihan dan praktek, maka kemampuan tersebut disebut kebiasaan atau keahlian.

Namun keahlian atau kebiasaan ini, sekalipun karena keterbiasaan melakukan sesuatu, juga karena yang bersangkutan sebelumnya tahu itu adalah tahu mengerjakan (know to do), tahu bagaimana (know how) dan tahu mengapa (know why) sesuatu itu.

Jadi sekalipun menurut Peter Drucker (The Effective Executive), kebiasaan yang berurat berakar yang tanpa dipikirkan (in thinking habit) telah menjadi kondisi tak sadar (reflex condition), tetap sebelumnya harus merupakan pengetahuan yang dipelajari dan dibiasakan.

Tetapi E.J. Gladden dalam bukunya “The Essentials of Public Administration” menganggap ilmu sama dengan ketrampilan, hanya ketrampilan diperoleh melalui latihan dan belajar.

Sekarang sebenarnya dimana letaknya ilmu ?
Ilmu adalah bagian dari pengetahuan, sebaliknya, setiap pengetahuan belum tentu ilmu.
Untuk itu ada syarat-syarat yang membedakan ilmu (Science) dengan pengetahuan (knowledge), yaitu sbb:

Menurut Prof. Dr. Prajudi Atmosudirdjo, Administrasi dan Management Umum 1982, Ilmu harus ada obyeknya, terminologinya, metodologinya, filosofinya dan teorinya yang khas.

Menurut Prof. Dr. Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985, Ilmu juga harus memiliki obyek, metode, sistimatika dan mesti bersifat universal.

Menurut Prof. Dr. Sondang Siagian, Filsafat Administrasi 1985 :

Ilmu pengetahuan dapat didefenisikan sebagai suatu obyek ilmiah yang memiliki sekelompok prinsip, dalil, rumus yang melalui percobaan yang sistimatis dilakukan berulang kali telah teruji kebenarannya, prinsip-prinsip, dalil-dalil dan rumus-rumus mana dapat diajarkan dan dipelajari.

Menurut Prof. Drs. Sutrisno Hadi, Metodologi Reserach 1 1969 :

Ilmu pengetahuan sebenarnya tidak lain adalah kumpulan dari pengalaman -pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang-orang yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangunan yang teratur.

Dari pendapat2 diatas terlihat bahwa ilmu pengetahuan itu kongkrit sehingga dapat diamati, dipelajari dan diajarkan secara teratur, teruji, bersifat khas atau khusus, dalam arti mempunyai metodologi, obyek, sistimatika dan teori sendiri.

Disamping itu dalam pengajian ilmu-ilmu agama Islam, sementara ini meliputi antara lain yaitu berbagai ilmu Nahwu (seperti persoalan Fi’il dan Ijim), berbagai ilmu Tafsir (seperti tafsir Hadits dan Al-Qur’an dengan persoalan Nasikh, Mansukh, Mutasyabih, Tanzil dan Ta’wil), berbagai ilmu Tajwid (pronunciation), Qira’ah dan Balaghah (seperti Bayan, Ma’ani dan Badii), berbagai ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih, berbagai ilmu Hadits (seperti kandungan dan perawi Hadits), berbagai ilmu tasawuf (seperti pengetahuan tentang Sufi, Tarekat, Mistisme dalam Islam, Filsafat Islam), berbagai ilmu Qalam (bentuk huruf Al -Qur’an), berbagai ilmu Arudh (poets) atau syair-syair Al-Qur’an dan berbagai ilmu Sharf (grammar, kata-kata dan morfologinya).

Pembagian fakultas dan jurusan yang ada pada perguruan tinggi Islam seperti IAIN, kita temui Fakultas Syariah (meliputi Tafsir baik Al-Qur’an sendiri maupun Al -Hadits, Perbandingan Mahzab, Bahasa Arab), Tarbiyah (meliputi Pendidikan Agama Islam, Bahasa Arab dan lain-lain), Ushuluddin meliputi Perbandingan Agama (muqdranatul addien), bahasa Arab dan lain-lain, Fakultas Adab dan Fakultas Da’wah.

Hal ini adalah karena pengetahuan keIslaman itu sendiri digolongkan atas Ibadah (yaitu tata cara peribadatan kepada Allah, dalam arti hubungan manusia dengan Allah atau Hablum Minallah, Muamalah (tata cara pergaulan sesama manusia, dalam arti hubungan antar manusia atau Hablum Minannas), persoalan Munakahaat dan persoalan Jinayaat.

Dalam Al-Qur’an ada lebih dari 854 ayat-ayat yang menanyakan mengapa manusia tidak mempergunakan akal(afala ta’kilun), yang menyuruh manusia bertafakur/memikirkan (tafakurun) terhadap Al-Qur’an dan alam semesta serta menyuruh manusia mencari ilmu pengetahuan.

Jadi kata yang identik dengan akal dalam Al-Qur’an tersebut 49 kali seperti kala Yatadabbarun dan Yatazakkarun, kata yang menganjurkan manusia menjadi ahli pikir, para sarjana, para ilmuwan dan para intelektual Islam (ulul albab) dalam Al -Qur’an disebut 16 kali, sehingga jumlah keseluruhan diatas adalah lebih kurang 854 kali.

Beberapa diantaranya adalah sbb :

“…Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (QS. 16:43)

“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al-Qur’an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami..” (QS. 7:52)

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang yang berilmu.” (QS. 29:43)

“Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. 58:11)

“Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan.” (QS. 16:44)

“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang -bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (memikirkannya).” (QS. 16:12)

“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. 39:9)

“…Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:”Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (QS. 3:7)

“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.”
(QS. 39:18)

“…Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. 2:197)

“…Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka
berfikir.” (QS. 59:21)

C. Al-Qur’an dan penelitian Ilmiah

Penelitian dapat dilakukan dalam segala disiplin ilmu, jadi tempat penelitian/laboratorium bukan hanya milik ilmu kedokteran yang meneliti dan mengamati kegiatan bakteri, dan bukan juga hanya milik ilmu kimia yang meneliti dan mengamati reaksi zat-zat yang dicampur di tabung reaksi.

Tetapi juga milik ilmu-ilmu lain, sehingga dikenal sekarang adanya laboratorium bahasa, laboratorium pemerintahan, laboratorium politik dsb.

Istilah yang menyebutkan ‘Lain teori lain pula prakteknya’ tidak tepat lagi karena teori dan pendapat ilmiah dari seorang ahli itu muncul setelah ybs melakukan penelitian, dengan demikian selalu didukung oleh kenyataan empiris. Meskipun kadang-kadang teori itu spekulatif namun demikian teori itu dekat dengan kenyataan.

Tujuan teori yaitu secara umum mempersoalkan pengetahuan dan menjelaskan hubungan antara gejala-gejala sosial dengan observasi yang dilakukan.

Teori juga bertujuan untuk meramalkan fungsi dari pada gejala-gejala sosial yang diamati itu berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang secara umum telah dipersoalkan oleh teori.

Dalam berbagai model penelitian untuk menemukan kebenaran ilmiah, ada yang memakai hipotesa, yaitu untuk penelitian yang uji hipotesa atau disebut juga penelitian analisis verifikatif, namun ada pula yang non hipotesis, seperti penelitian deskriptif, yang terdiri dari deskriptif developmental dan deskriptif eksploratif dan lain-lain.

                             Teori
 Konsep <-------------------------------------> Konsep
   |                                              |
   |                                              |
Operasionalisasi                         Operasionalisasi
   |                                              |
   V                                              V
Variabel <-------------------------------------> Variabel
                       Hipotesis

(Sumber: Dr. Talizidulu Ndraha, Disain Riset dan Teknik Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, 1987, yang menerangkan kedudukan Hipotesis terhadap Teori)

Hipotesa harus dibuktikan, tidak dapat menjadi praduga dan persangkaan belaka.
Bila tidak dibuktikan dan diuji, sipeneliti sudah barang tentu tidak mengetahui sejauh mana kebenaran ilmiahnya.

Hal ini bersesuaian dengan apa yang di Firmankan Allah dalam Al-Qur’an sbb:

“Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran.” (QS. 53:28)

“…dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.”
(QS. 45:24)

Kata “persangkaan” dan “Duga-duga” dalam ayat diatas berarti hipotesa yang harus diuji dan dibuktikan kebenaran ilmiahnya.

Pada gambar yang telah saya cantumkan, menunjukkan hubungan antara variabel dengan hipotesa. Dari dua atau lebih variabel dapat dibuat hipotesa untuk penelitian analisis verifikatip.

Penelitian analisis verifikatip ditandai dengan penempatan kata “Pengaruh” atau “Peranan” didepan variabel bebas, selanjutnya memerlukan perhitungan statistik untuk menentukan ramalan (prediction) perubahan variabel tergantung, atas tindakan yang sudah dilakukan variabel bebas.

Sehingga antara variabel dengan variabel tergantung diletakkan kata “Terhadap” dan “Dalam” sebagai penghubung, misalnya :

  1. Pengaruh Promosi ASI terhadap berkurangnya penderita diare pada anak.
  2. Peranan Administrasi Pemerintahan Desa dalam Pembangunan Desa.

Lebih rendah gradiasinya dari pemakaian kata “Pengaruh” dan “Peranan” dipakai kata “Hubungan” dengan meletakkan kata “Dengan” sebagai penghubung, misalnya :

  1. Hubungan disiplin Islam secara mendasar dengan berkurangnya tindak kejahatan.
  2. Hubungan pengarsipan dengan pengambilan keputusan.

Variabel dibagi menjadi sub-sub variabel, untuk masing-masing dapat diuji sebagai hipotesa minor.

Penelitian2 seperti apa yang diuraikan diatas, baik analisis verifikatip maupun deskriptif (developmental atau eksploratif) dan lain-lain, sangat diperlukan oleh setiap cendikiawan dan intelektual Muslim, sebagai
realisasi Firman Allah sbb :

“Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfa’at tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”.” (QS. 10:101)

Kata “Perhatikanlah” dapat ditafsirkan sebagai “Lakukanlah Penelitian” karena merupakan perintah untuk para ilmuwan untuk lebih mendalami dan melakukan penelitian dibidang disiplin ilmunya masing-masing.
Dengan demikian ayat tersebut dapat lebih jauh ditafsirkan sbb :

Lakukanlah penelitian dilaboratorium2 berbagai disiplin ilmu pengetahuan, terhadap apa yang ada dan terjadi dari alam raya sampai pada dasar bumi.

Jika tidak, maka tidak akan bermanfaat bagi manusia tanda-tanda kebesaran Allah Rabbul ‘Alamin, dan Rasul-rasulNya yang memberi peringatan, yaitu bagi orang -orang yang tidak mempergunakan akal pikirannya dan memiliki keyakinan akan kebesaran agama Islam.

Nabi Muhammad Saw sendiri juga memerintahkan agar umat Islam melakukan penelitian dan beliau juga menyebut-nyebut tentang ilmu pengetahuan sebagaimana diriwayatkan hadits-hadist berikut ini :

“Mencari ilmu pengetahuan itu wajib bagi setiap Muslimin dan Muslimat”

“Tuntutlah ilmu pengetahuan sejak dari buaian sampai keliang lahad.”

“Bahwasanya ilmu itu menambah mulia bagi orang yang sudah mulia dan meninggikan seorang budak sampai ketingkat raja-raja.”

“Apabila wafat seorang anak Adam, putuslah amal perbuatannya, kecuali tiga perkara, yaitu Ilmu yang membawa manfaat, sedekah Jariyah dan doa anak yang saleh.”

“Tidak wajar bagi orang yang bodoh berdiri atas kebodohannya, dan tidak wajar bagi orang yang berilmu berdiam diri atas ilmunya.”

“Yang binasa dari umatku ialah, orang berilmu yang zalim dan orang beribadah yang bodoh. Kejahatan yang paling jahat ialah kejahatan orang yang berilmu dan kebaikan yang paling baik ialah kebaikan orang yang berilmu.”

“Jadilah kamu orang yang mengajar dan belajar atau pendengar atau pencinta ilmu, dan janganlah engkau jadi orang yang kelima (tidak mengajar, tidak belajar, tidak suka mendengar pelajaran dan tidak mencintai ilmu), nanti kamu akan binasa”

“Barang siapa menghendaki dunia, maka dia harus mencapainya dengan ilmu. Barang siapa menghendaki akhirat, maka dia harus mencapainya dengan ilmu. Dan barang siapa menghendaki keduanya, maka dia harus mencapainya dengan ilmu.”

“Ma’rifat adalah modalku, akal pikiran adalah sumber agamaku, cinta adalah dasar hidupku, rindu adalah kendaraanku, berdzikir adalah kawan dekatku, keteguhan adalah perbendaharaanku, duka adalah kawanku, ilmu adalah senjataku, ketabahan adalah pakaianku, kerelaan adalah sasaranku, faqr adalah kebanggaanku, menahan diri adalah pekerjaanku, keyakinan adalah makananku, kejujuran adalah perantaraku, ketaatan adalah ukuranku, berjihad adalah perangaiku, hiburanku adalah dalam bersembahyang.”

Al-Qur’an sebagai dasar Ilmu

Al-Qur’an dengan ilmu-ilmu Eksakta

1. Ilmu kesehatan Anak.

Dalam pidato pengukuhan gelar Guru Besar mata pelajaran ilmu kesehatan dan anak pada fakultas Kedokteran Universitas Airlangga di Surabaya, Prof. dr. Haroen Noerasid menyampaikan bahwa dalam keadaan diare sekalipun seorang bayi tetap boleh minum air susu ibu (ASI). Karena air susu ibu merupakan susu alamiah yang paling baik terutama untuk bayi yang baru lahir, lebih-lebih bila bayi tersebut prematur.

Dengan menyusu pada ibunya, bayi yang baru lahir mendapat air susu ibu yang mengandung colostrum, yang mengakibatkan bayi tersebut jarang terserang infeksi, terutama infeksi pada usus.

Pengamatan membuktikan bahwa air susu ibu yang diterima bayi akan melindungi bayi tersebut dari infeksi usus dan anggota badan lainnya.

Selanjutnya dr. Haroen Noerasid yang mengepalai Laboratorium/UPF Ilmu Kesehatan anak dan kepala seksi gastroenterologi anak RSUD dr. Soetomo Surabaya tersebut menjelaskan bahwa air susu ibu tidak perlu diragukan baik harganya maupun faedahnya.

Air susu ibu adalah susu yang paling gampang diperoleh, kapan saja dan dimana saja. Lebih instant dari susu yang manapun juga serta dapat diberikan secara hangat dengan suhu yang optimal dan bebas kontaminasi.

Statistik menunjukkan bahwa morbiditas (angka keadaan sakit pada suatu tempat) karena infeksi pada saluran pernafasan dan pencernaan bayi yang diberi susu ibu, lebih jarang dan sedikit terjadi dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula, oleh karena sering tercemar atau tidak memenuhi kebutuhan.

Di Philipina, sejak digalakkannya promosi air susu ibu, yang dilaporkan CLAVANO pada tahun 1981 dengan rawat gawat dan larangan kampanye susu formula, dirumah -rumah sakit dijumpai penurunan yang dramatis kejadian infeksi (terutama diare) dari 15% menjadi 1.5%.

Dari segi lain, pemberian air susu ibu juga menguntungkan bagi ibu-ibu, oleh karena berfungsi untuk merenggangkan kelahiran anak. (Prof. Dr. Haroen Noerasid. Penanggulangan Diare pada anak dalam rangka pelaksanaan sistem kesehatan nasional, Unair Surabaya 1986 hal. 11 s/d 12).

Segala apa yang diuraikan oleh dr. Haroen tersebut diatas bersesuaian dengan pernyataan Al-Qur’an yang telah diturunkan empat belas abad yang lalu.

Kendati Nabi Muhammad Saw tidak pernah kuliah pada satu fakultas kedokteranpun atau melakukan penelitian di laboratorium kesehatan, bahkan sebagaimana diketahui beliau dikenal sebagai seorang yang ummi sama sekali.

Selain dari itu, Al-Qur’an juga menentukan lamanya seorang bayi menyusu dengan air susu ibu, dan kemungkinan bagi bayi untuk disusukan kepada ibu-ibu lain sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut :

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang itu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.

Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. 2:233)

Agama Islam memberikan penghormatan besar kepada para ibu-ibu susuan ini, bahkan bila telah sama-sama dewasa, anak kandung dari ibu yang pernah menyusukan seseorang, maka tidak boleh menikah dengan sianak yang pernah disusukan tersebut.

Sejarah Islam mencatat bagaimana Nabi Muhammad Saw menghargai saudara-saudaranya sesusuan, dan menganggap mereka sebagai saudara kandung (Hamzah, Singa Gurun Pasir adalah salah satunya).

Hubungan2 Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan ini yang menjadikan salah satu bukti bahwa Al-Qur’an bukan berasal dari karangan Nabi Muhammad Saw tetapi berasal dari Allah Swt, Tuhan semesta alam sebagai sumber segala ilmu. Lebih jauh hak tersebut memperbanyak pemikir Islam semakin yakin dan semakin mempertebal keimanan dan keislaman.

Ayat-ayat lain selain ayat 233 Surah Al-Baqarah tersebut tentang ASI dan penyapihan adalah sbb :

“Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui (nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: “Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?” (QS. 28:12)

“…kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya; dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu), dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” (QS. 65:6)

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan…” (QS. 46:15)

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. 31:14)

Nabi Muhammad Saw didalam menjalankan misi kenabiannya, telah diberi oleh Allah beberapa mukjizat. Sebab mukjizat itu perlu dimiliki oleh setiap nabi untuk menunjukkan kekuasaan Allah kepada orang-orang kafir yang menentangnya.

Namun semua mukjizat itu atas izin Allah, bukan buatan nabi itu sendiri, bahkan mukjizat yang telah diberikan kepada nabi Muhammad Saw adalah paling unggul dibanding mukjizat para nabi sebelumnya.

Tetapi, bagaimana juga, Islam melarang melebihkan atau mengkultuskan nabi Muhammad Saw dari nabi-nabi sebelum beliau.

Mukjizat itu ada dua macam :

1. Mukjizat Hissiyah

Mukjizat ini mudah ditangkap oleh indera manusia.
Mukjizat semacam ini diberikan oleh Allah kepada semua nabiNya. Nabi Muhammad Saw juga menerima mukjizat jenis ini.

Seperti tongkat Musa bisa berubah menjadi ular raksasa dan bisa membelah laut. Nabi Ibrahim tidak hangus ketika dibakar oleh kaumnya, Nabi Isa putra Maryam dapat memberi makan banyak orang yang kelaparan hanya dengan beberapa potong roti dan seekor ikan.

Nabi Muhammad Saw dapat memberi minum ratusan kaum Muslimin yang sedang kehausan, dengan memancarkan air dari tangannya yang mulia itu, membuat makanan tidak pernah habis ketika dimakan oleh banyak sahabatnya didalam beberapa kali pertemuan, dsb.

Mukjizat seperti ini mudah dilihat oleh mata kepala tanpa ilmu apapun.

2. Mukjizat Maknawiyah atau Aqliyah

Mukjizat ini hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang berilmu atau intelektual, yang ini hanya diberikan kepada Nabi Muhammad Saw.

Dan yang mampu menilai keagungan mukjizat ini hanyalah orang-orang yang memiliki disiplin ilmu pengetahuan atau orang yang mau mencari sosok kebenaran itu dengan menggunakan akal pikirannya untuk berpikir.

Beberapa tahun yang lalu, pernah diselenggarakan pameran Islam di London Inggris.
Salah satu benda yang dipamerkan adalah sebuah kaligrafi Al-Qur’an surah Az -Zumar :

God created you in the wombs of your mothers,
creation after creation,
in a threefold gloom.

Arti bahasa Indonesianya :

Allah menciptakan kamu didalam perut ibumu
Tahap kejadian demi tahap kejadian
Didalam gelap yang tiga

Lalu masuklah seorang ahli bedah kandungan bangsa Inggris non-Muslim.
Setelah melihat benda-benda yang dipajang, akhirnya ia melihat kaligrafi tersebut.
Ia tidak mengerti huruf kaligrafi itu, tetapi setelah membaca terjemahannya, dia merasa heran dan sangat mengaguminya.

Sebagai ahli kandungan, dia mengetahui bahwa bayi yang terdapat dalam rahim ibu dilindungi oleh tiga selaput halus tetapi kuat.

Selaput itu adalah Amnion Membrane, Decidua Membrane dan Chorion Membrane.

Dokter ini terpesona karena mengetahui bahwa ayat yang dilihat itu diturunkan oleh Allah sekitar 1.400 tahun yang lalu, disaat Eropa dan Amerika masih tenggelam dalam kebodohan.

Sedangkan Muhammad yang buta huruf, berkat adanya wahyu itu, bisa menerangkan keadaan bayi dalam kandungan, sebagaimana hasil penemuan para ahli kedokteran dimasa sekarang.

“Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang berbuat demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan.” (QS. 39:6)

“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
(QS. 2:2)

“(Al-Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.”
(QS. 3:138)

“Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mu’min, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (al-Qur’an)”
(QS. 4:162)

“…keterangan-keterangan (mu’jizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan”
(QS. 16:44)

Ilmu Falak

Sesuatu ayat Al-Qur’an diturunkan selain untuk meng-Esakan Allah, juga untuk memberikan peraturan (syari’at) dan untuk lain-lain, diantaranya juga untuk memperkenalkan isi alam raya ini kepada manusia, jauh sebelum para ilmuwan menemukan rahasianya.

Hal ini sesuai dengan fungsi penurunan Al-Qur’an & diutusnya nabi Muhammad Saw sendiri yang membawa rahmat kepada seluruh alam :

“Dan kamu (wahai Muhammad) sekali-kali tidak meminta upah kepada mereka (terhadap seruanmu ini), itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam.” (QS. 12:104)

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. 21:107)

“Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam.” (QS. 38:87)

Dr. Maurice Bucaille, dalam bukunya Bibel, Qur’an dan Sains Modern menyayangkan penterjemahan Al-Qur’an yang kurang memperhatikan segi ilmiahnya. Penterjemahan Al-Qur’an selama ini biasanya hanya cenderung memperhatikan sisi sastranya saja.

Sebagai contoh ayat berikut ini :

“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. 39:5)

Kata menutupkan dalam surah Az-Zumar diatas, berasal dari kata ‘Kawwiru’.
Oleh para penterjemah Al-Qur’an di Indonesia kata ‘Kawwiru’ ini diterjemahkan dengan berbagai arti yang beraneka ragam.

Berikut menurut masing-masing penterjemah yang berusaha mengartikan kata ‘Kawwiru’ :

Menurut Bachtiar Surin dalam ‘Terjemahan Al-Qur’an’ mengartikan ‘Kawwiru’ dengan kata ‘Menyungkupkan’.

Departemen Agama RI didalam Al-Qur’an terjemahannya mengartikan ‘Kawwiru’ dengan kata ‘Menutupkan’.

Menurut H. Oemar Bakry dalam ‘Tafsir Rahmat’ mengartikan ‘Kawwiru’ dengan kata ‘Mengganti’.

Menurut A. Hassan dalam ‘Tafsir Al Furqan’ mengartikan kata ‘Kawwiru’ dengan kata ‘Putarkan’.

Menurut H.B. Jassin dalam ‘Bacaan Mulia’ mengartikan ‘Kawwiru’ sebagai ‘Mengalihkan’.

Menurut K.H. Ramli dalam ‘Al Kitabul Mubin Tafsir AlQur’an Bahasa Sunda’ mengartikan ‘Kawwiru’ dengan ‘Muterkeun’ atau ‘Ngagulungkeun’ (Dalam bahasa Indonesia berarti memutarkan atau menggulungkan).

Menurut Prof. Dr. Hamka dalam ‘Tafsir Al Azhar’ mengartikan kata ‘Kawwiru’ dengan kata ‘Menutupkan’ (sama seperti Depag).

Menurut H. Fachruddin HS dan H. Zainuddin Hamidy dalam ‘Al-Quran dan Terjemahan Bahasa Indonesia’ mengartikan kata ‘Kawwiru’ dengan kata ‘Dijadikan-Nya’.

Menurut hal-hal tersebut diatas menunjukkan keutamaan Al-Qur’an, yaitu andaikata dalam setiap terjemahan Al-Qur’an tidak ditemukan lagi teks aslinya dalam bahasa Arab, penterjemahan akan semakin menjauh.

Tetapi Al-Qur’an walaupun terjemahan disesuaikan dengan cerita, situasi dan kondisi cerita secara fleksibel, orang-orang masih dapat memeriksa masing-masing kata tersebut dengan melihat aslinya, Kitab Suci Al-Qur’an dalam bahasa Arab tersebut, dan menguraikannya secara harfiah.

Bucaille menganggap bahwa hanya R. Blachere yang paling tepat menterjemahkan kata ‘Kawwiru’ kedalam bahasa Prancis, yaitu kata ‘Enrouler’ (Menggulung).

Memang arti lain daripada kata ini ada, namun arti yang sebenarnya adalah serban bulat yang biasanya dipakai oleh orang-orang Arab dengan menggulungkan kain tersebut berputar-putar kekepala mereka.

Jadi sebagaimana kita ketahui bahwa ‘Malam’ disebabkan oleh keadaan bumi membelakangi matahari sehingga gelap, sedangkan ‘siang’ disebabkan oleh keadaan bumi menghadapkan tanah tempat kita berpijak kepada matahari sehingga terang benderang.

Pergantian2 siang dan malam berputar-putar ini diibaratkan serban orang Arab yang berputar-putar dikepala, ini tampak terlihat bila kita berada pada pesawat ruang angkasa yang sedang meninggalkan ataupun sedang kembali kebumi.

Dengan begitu, melalui potongan ayat 5 Surah Az-Zumar yang berbunyi :

‘…. Dia menggulungkan malam atas siang dan menggulungkan siang atas malam….”

Seakan-akan Allah Swt menjelaskan kepada umat manusia bahwa :

  1. Bumi berotasi (berputar) pada sumbunya
  2. Bumi bulat adanya

Sebab apabila saja terjadi misalnya kejadian bumi tidak bulat ataupun bumi tidak berotasi pada sumbunya, maka salah satu hal tersebut terjadi, maka sebagai tempat dipermukaan bumi yang berada di Khatulistiwa sekalipun akan mengalami keadaan malam berkepanjangan, sebaliknya lokasi yang tegak lurus dengan tempat tersebut akan mengalami keadaan siang berkepanjangan.

Lebih jauh mengenai rotasi bumi pada sumbunya ini dijelaskan dalam Surah An-Naml 88:

“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan….” (QS. 27:88)

Terjadinya malam berkepanjangan atau siang berkepanjangan seperti yang telah kita uraikan, adalah karena apabila terjadi tidak adanya rotasi salah satu planet pada sumbunya, sehingga dapat terus menerus melihat matahari, atau terus menerus membelakangi matahari, atau juga terus menerus menyamping terhadap matahari, tergantung posisinya dalam membuat gerakan melingkar (edar) pada matahari.

Hal ini tentu membuat sisi yang menghadap matahari terus menerus akan kering kerontang dengan suhu asngat tinggi, sebaliknya sisi yang membelakangi matahari terus menerus akan dingin membeku dengan suhu rendah (Menurut penelitian planet Venus mengalami keadaan seperti ini).

Semua peristiwa diatas dengan terperinci sudah diceritakan dalam Al-Qur’an surah 28 ayat 71 sampai dengan 73 sbb :

  1. Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu maka apakah kamu tidak mendengar?”
  2. Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya, Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
  3. Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.
    (QS. Al-Qashash 71-73)

Bumi

Berbicara mengenai bumi, maka sama seperti pokok-pokok yang dibicarakan mengenai penciptaan benda-benda lainnya, ayat yang mengenai bumi ini adalah tersebar diseluruh Qur’an. Untuk mengelompokkannya tidaklah mudah.

Untuk terangnya pembahasan ini, pertama kita dapat memisahkan ayat-ayat yang biasanya membicarakan bermacam-macam persoalan akan tetapi ayat-ayat tersebut mempunyai ciri umum, yaitu mengajak manusia untuk memikirkan nikmat-nikmat Tuhan dengan memakai contoh-contoh.

Ada lagi kelompok ayat-ayat yang dapat dipisahkan, yaitu ayat-ayat yang membicarakan soal-soal khusus seperti :

* Siklus (peredaran) air dan lautan
* Dataran Bumi
* Atmosfir bumi

Ayat-ayat yang bersifat umum

Ayat-ayat yang mengajak manusia untuk memikirkan nikmat-nikmat Tuhan kepada ciptaan-Nya, mengandung disana sini pernyataan-pernyataan yang baik sekali untuk dihadapkan dengan Sains Modern.

Dari segi pandangan ini ayat-ayat tersebut malah lebih penting karena tidak menyebutkan kepercayaan-kepercayaan yang bermacam-macam mengenai fenomena alamiah, yaitu kepercayaan yang digemari oleh manusia pada jaman turunnya wahyu yang sekarang ini terbukti salah oleh Ilmu Pengetahuan dan Tekonologi.

Disatu pihak, ayat-ayat itu memajukan ide sederhana yang dapat dimengerti dengan mudah oleh mereka yang diajak bicara oleh Qur’an berhubung dengan kedudukan geografis mereka, yaitu penduduk Mekkah dan Madinah, serta orang-orang Badui di Jazirah Arabia.

Dilain pihak ayat-ayat itu menyajikan pemikiran-pemikiran umum yang dapat dimanfaatkan masyarakat luas yang terpelajar disegala tempat dan disegala waktu. Hal ini salah satu hal yang menunjukkan bahwa Qur’an itu suatu buku universil (untuk segala manusia sepanjang jaman).

Oleh karena tak ada pengelompokan ayat-ayat tersebut dalam Al-Qur’an, maka ayat -ayat itu kita sajikan menurut urut-urutan Surah.

“Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. 2:22)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”
(QS. 2:164)

“Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang -pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”
(QS. 13:3)

“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk -makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya. Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” (QS. 15:19-21)

“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.” (QS. 20:53-54)

“Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.” (QS. 27:61)

Disini terdapat isyarat kepada stabilitas umum dari pada muka bumi. Kita sudah dapat mengetahui bahwa pada periode-periode permulaan dari pada bumi, maka bumi sebelum dingin tidak stabil.

Stabilitas muka bumi tidak mutlak, karena terdapat zone (daerah) dimana gempa bumi sering terjadi. Adapun pemisah antara dua lautan, hal ini merupakan gambaran (image) tentang tidak tercampurnya air sungai dan air laut pada muara -muara yang besar seperti yang akan kita lihat nanti.

(Wow… Maha Suci Allah, jauh sebelum manusia sadar bahwa diantara dua lautan itu ada suatu pemisah, Nabi Muhammad Saw yang bahkan tidak pernah berlayar sama sekali berkat petunjuk Allah, dapat menjabarkan sedemikian baiknya mengenai masalah ini).

Ada lagi ayat yang menjelaskan hal serupa :

“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.” (QS. 55:19-20)

Muhammad tidak pernah sekolah, meskipun dia orang jenius tetapi apabila tidak pernah mengadakan penelitian atau pengamatan, dia pasti mengetahui apa-apa, kecuali mendapat petunjuk dari Allah Swt.

Air laut (Asin) bertemu dengan air tawar, namun keduanya tidak bisa bercampur aduk menjadi satu macam air.
Kebenaran ayat ini terbukti dengan menggunakan ilmu pengetahuan modern.
Bisakah Muhammad mengetahui hal tersebut tanpa petunjuk dari Allah yang Maha Menciptakan ?

Mari kita teruskan pembahasan ilmiah kita terhadap ayat-ayat Qur’an ini…

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezkinya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. 67:15)

“Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.” (QS. 79:30-33)

Dalam beberapa ayat diatas, pentingnya air serta akibat praktis dari adanya air terhadap tanah dan kesuburan tanah, digaris bawahi. Dalam negeri-negeri bersahara, air adalah unsur nomor satu yang
mempengaruhi kehidupan manusia.

Tetapi disebutkannya hal ini dalam Qur’an melampau keadaan geografis yang khusus. Keadaan planet yang kaya akan air, keadaan yang unik dalam sistem matahari seperti yang dibuktikan oleh Sains Modern, disini ditonjolkan. Tanpa air, bumi akan menjadi planet mati seperti bulan. Al-Qur’an memberi kepada air tempat yang pertama dalam menyebutkan fenomena alamiah daripada bumi. Siklus air telah mendapatkan gambaran yang sangat tepat didalam kitab suci ini.

Siklus Air dan Lautan

Jika pada waktu ini kita membaca ayat-ayat Qur’an yang mengenai air dan kehidupan manusia, ayat demi ayat, semuanya akan nampak kepada kita sebagai ayat-ayat yang menunjukkan hal yang sudah jelas.
Sebabnya adalah sederhana; pada jaman kita sekarang ini, kita semua mengetahui siklus air dalam alam, meskipun pengetahuan kita itu tidak tepat keseluruhannya.

Tetapi jika kita memikirkan konsep-konsep lama yang bermacam-macam mengenai hal ini, kita akan mengetahui bahwa ayat-ayat Qur’an tidak menyebutkan hal-hal yang ada hubungannya dengan konsep mistik yang tersiar dan mempengaruhi pemikiran filsafat secara lebih besar daripada hasil-hasil pengamatan.

Jika orang-orang jaman dulu telah dapat memperoleh pengetahuan praktis yang bermanfaat, untuk memperbaiki pengairan air, walaupun pengetahuan itu terbatas.

Dengan cara pemikiran orang dahulu itu, mudahlah bagi seseorang untuk menggambarkan bahwa air dibawah tanah itu dapat diperoleh karena terjadinya gugusan dalam tanah.

Orang menyebutkan konsep Vitruvius Polio Marcus yang pada abad 1 SM mempertahankan ide tersebut di Roma. Dengan begitu, selama beberapa abad, dan juga setelah Qur’an diwahyukan banyak orang yang mengikuti ide yang salah tentang regime air.

Konsepsi tentang siklus air yang jelas untuk pertama kali diutarakan oleh Bernard Palissy pada tahun 1580. Konsepsi ini mengatakan bahwa air dibawah tanah asalnya dari infiltrasi air hujan dalam tanah. Teori ini kemudian dibenarkan oleh E. Mariotte dan P. Perrault pada abad XVII M.

Dalam ayat-ayat Qur’an tidak terdapat konsepsi yang salah, malah semakin ilmiah saja.

“Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfa’atnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.” (QS. 50:9-11)

“Dan kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkan. Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan.”
(QS. 23:18-19)

“Dan Kami telah mengirimkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turnkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali -kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (QS. 15:22)

Ada dua cara untuk menafsirkan ayat yang terakhir ini, angin yang menyuburkan dapat dianggap sebagai penyubur tanam-tanaman dengan jalan membawa Pollen (benih buah dari tumbuh-tumbuhan lain).

Tetapi dapat juga ditafsirkan sebagai ekspresi kiasan yang menggambarkan peranan angin yang membawa awan yang tidak mendatangkan hujan atau awan yang membawa hujan.

Peranan ini sering disebut dalam ayat, seperti berikut :

“Dan Allah, Dialah yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, maka kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati lalu kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianklah kebangkitan itu.” (QS. 35:9)

“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS. 30:48)

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab angin itu pelbagai macam buah -buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah -mudahan kamu mengambil pelajaran.” (QS. 7:57)

“Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, Binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak.”
(QS. 25:48-49)

“Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkanNya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.”
(QS. 45:5)

“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah -lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang.” (QS. 13:17)

“Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?”. (QS. 67:30)

“Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan -Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. 39:21)

“Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air.” (QS. 36:34)

Pentingnya sumber-sumber dan diisinya dengan air hujan yang digiring kearah sumber itu digaris bawahi dengan tiga ayat terakhir. Kita perlu memperhatikan hal ini, untuk mengingat konsepsi yang tersiar pada abad pertengahan seperti konsepsi Aristotelis yang mengatakan bahwa sumber-sumber itu mendapat air dari danau-danau dibawah bumi.

Dalam artikel ‘Hidrologie’ dalam Encyclopedia Universalis, M.R. Remenieras, Guru Besar pada Ecolenationale du Genie rural, des Eaux et Forets (sekolah nasional untuk pertahanan desa, pertahanan air dan hutan), menerangkan tahap-tahap pokok dari pada hidrologi dan menyebutkan proyek-proyek irigasi Kun0, khususnYa di Timur TEngah.

Ia mengatakan bahwa empirisme telah mendahului ide pada waktu itu dan konsepsi -konsepsi yang salah. Kemudian ia meneruskan : Perlu manusia menunggu jaman Renaissance (antara tahun 1400 – 1600) untuk melihat konsep-konsep filsafat mundur dan memberikan tempatnya kepada penyelidikan-penyelidikan fenomena hidrologi yang didasarkan atas pengamatan (observasi).

Leonardo da vinci (1452-1519) menentang pernyataan Aristoteles.
bernard PalisSy dalam bukuNya ‘PenyelidIkan yang menGagumkan tentAng watak air dan air mancUr, yang alamIah dan yang Buatan), membErikan interpRestasi yang Benar tentang siklus air dAn khususnya Pengisian sumBer-sumber aiR daripada aiR hujan.

Surah Az-Zumar ayat 21 yang menyebutkan bahwa air hujan itu mengarah kepada sumber-sumber air, bukankah ini tepat sekali seperti apa yang ditulis oleh Palissy tahun 1570.

Kemudian Al-Qur’an membicarakan butiran-butiran es dalam surah An-Nuur ayat 43:

“Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran -butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung -gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkaN penglihatan.” (QS. 24:43)

Lautan

Sebagaimana ayat-ayat Qur’an telah memberikan bahan perbandingan dengan ilmu pengetahuan modern mengenai siklus air dalam alam pada umumnya, hal tersebutakan kita rasakan juga mengenai lautan.

Tidak ada ayat AL-Qur’an yang mengisahkan mengenai kelautan yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Begitu juga perlu digaris bawahi bahwa tidak ada ayat Qur’an yang membicarakan tentang lautan menunjukkan hubungan dengan kepercayaan -kepercayaan atau mitos atau takhayul yang Terdapat pada jaman Qur’an diwahyukan.

Beberapa ayat yang mengenai lautan dan pelayaran mengemukakan tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang nampak dalam pengamatan sehari-hari, dimana semua itu untuk dipikirkan.

Ayat-ayat tersebut adalah :

“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah Menundukkan (Pula) bagimu Sungai-sungai.” (QS. 14:32)

“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya Kamu bersyukuR.” (QS. 16:14)

“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda -tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi Banyak bersyuKur.” (QS. 31:31)

“Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan, kecuali karena Rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai pada waktu tertentu.” (QS. 36:41-44)

Pada dini hari para nelayan bertolak kelaut mencari ikan, mereka mengembangkan layar perahunya karena mengharapkan angin darat meniup perahu mereka kelaut.

Begitu pula sebaliknya bila mereka hendak pulang, mereka mengembangkan layar perahunya mengharapkan angin laut menghantarkan mereka kedarat.

Begitulah pertolongan Allahus Shamad (Allah tempat bergantung segala sesuatu), karena Allah juga Rabbul Mustadh’afin.

Peristiwa diatas ini telah dimuat dalam Al-Qur’an dengan manis :

“…bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia…” (QS. 2:164)

Hal ini terjadi karena memang udara didarat pada siang hari terasa panas, menjadikan udara tersebut memuai (mengembang) sehingga karena kepadatannya udara tersebut bergerak ketempat yang relatif lebih renggang dilaut. Sedangkan panasnya laut pada malam hari membuat udara memuai (mengembang) Sehingga kareNa kepadatannYa pula udara tersebut berGerak ketempaT yang relatiF lebih renggAng didarat, Sesuai sifatnYa.

Udara yang bergerak disebut angin, membawa serta awan yang mengundang air atau butir-butir es (bila membatu). Hal ini menjadi keterangan AL-Qur’an pada potongan ayat selanjutnya, sebagai berikut :

“…dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi (atmosfir)..” (QS. 2:164)

Secara lengkap penulis cantumkan keseluruhan Surah Al-Baqarah ayat 164
Tersebut sbb :

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala Jenis hewan, Dan pengisaraN angin dan aWan yang dikeNdalikan antaRa langit dan bumi (atm0sfIr); sungguh (terdapat) taNda-tanda (keEsaan dan kebEsaran allah) bagi kaum yaNg memikirkan.” (QS. 2:164)

Perjalanan awan tersebut dalam ayat diatas adalah merupakan salah satu dari proses siklus air, air yang berasal dari manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan maupun dari alam sekitarnya seperti sungai, danau, kolom, got, selokan, parit, WC dam kamar mandi bergerak dari tempat yang tinggi ketempat yang Relatif lebih rendah, sehiNgga pada akhIrnya sebagiaN bisa sampai kelaut.

Dilautlah udara (disamping penguapan pada tempat-tempat lain), uap air diudara berkumpul membentuk awan.

Bersama angin gumpalan-gumpalan awan tersebut terbawa, dan oleh kelembaban tertentu (misalnya oleh gunung atau hutan) berubah kembali menjadi bintik-bintik hujan.

Peristiwa perjalanan awan lebih lengkap difirmankan oleh Allah dalam Surah An -Nuur 24 ayat 43 berikut ini:

“Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran -butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung -gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.” (QS. 24:43)

Ada lagi fakta mengenai lautan untuk diamati, fakta tersebut dapat diambil dari ayat-ayat Qur’an tentang lautan dan fakta tersebut menunjukkan suatu aspek yang khusus.

Tiga ayat membicarakan sifat-sifat sungai yang besar jika sungai itu menuang kedalam lautan.

Suatu fenomena yang sering kita dapatkan adalah bahwa air lautan yang asin, dengan air sungai-sungai besar yang tawar tidak bercampur seketika.

Orang mengira bahwa Qur’an membicarakan sungai Euphrat dan Tigris yang setelah bertemu dalam muara, kedua sungai itu membentuk semacam lautan yang panjangnya lebih dari dari 150 Km, dan dinamakan Syath al Arab.

Didalam teluk pengaruh pasang surutnya air menimbulkan suatu fenomena yang bermanfaat yaitu masuknya air tawar kedalam tanah sehingga menjamin irigasi yang memuaskan.

Untuk memahami teks ayat, kita harus ingat bahwa lautan adalah terjemahan kata bahasa Arab ‘Bahr’ yang berarti sekelompok air yang besar, sehingga kata itu dapat dipakai untuk menunjukkan lautan atau sungai yang besar seperti Nil, Tigris dan Euphrat.

Tiga ayat yang memuat fenomena tersebut adalah sbb :

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (QS. 25:53)

“Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit.Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar Membelah laut supaya kamu Dapat mencari karunia-Nya Dan supaya kaMu bersyukur.” (QS. 35:12)

“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.” (QS. 55:19, 20 & 22)

Selain menunjukkan fakta yang pokok, ayat-ayat tersebut menyebutkan kekayaan -kekayaan yang dikeluarkan dari air tawar dan air asin yaitu ikan-ikan dan hiasan badan : Batu-batu perhiasan dan mutiara. Mengenai fenomena tidak campurnya air sungai dengan air laut dimuara-muara hal tersebut tidak khusus untuk Tigris dan Euphrat yang memang tidak disebutkan namanya dalam ayat walaupun ahli-ahli tafsir mengira bahwa dua sungai besar itulah yang dimaksudkan.

Sungai-sungai besar yang menuang kelaut seperti Missisipi dan Yang Tse menunjukkan keistimewaan yang sama; campurnya kedua macam air itu tidak terlaksa seketika tetapi memerlukan waktu.

Atmosfir Bumi

Dalam beberapa aspek yang mengenai langit secara khusus dan yang telah kita bicarakan dalam posting-posting yang lalu, Qur’an memuat beberapa paragraf yang ada hubunnnya dengan fenomena-fenomena yang terjadi dalam atmosfir.

Mengenai hubungannya paragraf-paragraf Qur’an tersebut dengan hasil-hasil Sains Modern, kita dapatkan seperti yang sudah-sudah dilain persoalan tidak adanya kontradiksi dengan pengetahuan ilmiah yang sudah dikuasai manusia sekarang tentang fenomena-fenomena yang disebutkan.

Ketinggian (Altitude)

Sesungguhnya ini adalah pemikiran sederhana terhadap rasa, ‘tidak enak’ yang dirasakan orang ditempat yang tinggi, dan yang akan bertambah-tambah jika orang itu berada dalam tempat yang lebih tinggi lagi, hal ini dijelaskan dalam Surah Al-An’aam ayat 125:

“…niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki kelangit….” (QS. 6:125)

Bila Muhammad bukan utusan Allah, pasti ia tidak mengetahui bahwa kalau diluar angkasa tidak ada udara yang mengandung oksigen.

Benda apapun yang dilemparkan tinggi-tinggi akan jatuh kembali kebumi, begitu juga bila seorang peloncat tinggi meloncar, ia akan jatuh kembali kebumi.

Burung dapat terbang karena dengan susah payah harus menggerakkan sayapnya untuk mendorong udara, sekalipun berat badannya cukup ringan.

Semua ini karena adanya gaya tarik bumi yang disebut gravitasi.
besar atau keCilnya gaya tArik bumi dipEngaruhi 0leh besar kecilnYa berat jeniS suatu benda. Dengan demiKian semakin Ringan suatu Benda, maka sEmakin kecil Gaya tarik buMi pada benda tersebut, kaRena berat riNgan suatu beNda yang sama v0lumenya diTentukan 0leh besar kecil Berat jenisnyA.

“Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang di angkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. sesungguhnya pada yang demikian itu benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.” (QS. 16:79)

“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu.” (QS. 6:38)

Air yang verat jenisnya lebih besar daripada minyak tanah, selalu berada dibagian bawah bila dicampurkan, karena gaya tarik bumi terhadap air lebih besar dibandingkan minyak tanah.

Helium yang ringan mempunyai gaya tarik bumi kecil sekali, sehingga bila dimasukkan kedalam balon mainan anak-anak, balon akan terbang tinggi karena masih banyak udara lain yang berebutan ingin lebih kebumi ditarik bumi.

Batu yang dilemparkan keatas akan mengalami perlambatan sampai mencapai puncaknya dengan kecepatan sama dengan 0 (nol).

Selanjutnya jatuh kembali kebumi mengalami percepatan.
kecepatan benDa terbesar aDalah pada saAt pertama seWaktu benda jAtuh kebumi aPabila tepat Jatuh dan temPat melempar Sama tinggi dAn tanpa pengAruh lain.

Semakin kuat tenaga yang dimiliki untuk melemparkan benda semakin tinggi pula titik puncak yang dicapai. Dan kekuatan yang diperlukan tersebut adalah kekuatan untuk melawan
Gravitasi bumI.

Dapat dibayangkan betapa banyaknya tenaga dan kekuatan yang diperlukan untuk melepaskan pesawat luar angkasa meninggalkan atmosfir.

Bahkan Challenger yang meledak pada percobaan penerbangan angkasa luar Amerika Serikat, tenaganya melebihi ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pada waktu perang Dunia kedua.

Pesawat luar angkasa pertama milik Amerika Serikat yang mencapai bulan, yaitu Apollo 11, memerlukan kekuatan sedemikian besarnya untuk dapat mencapai bulan, sehingga tidak cukup hanya kekuatan ledakan pertama di Cape Kenedy, tetapi beberapa kali harus melepaskan alasnya untuk kekuatan baru. begitu juga LUnix dan S0yuZ miliki Uni S0viet (Rusia).

Sejak nuklir ditemukan manusia, para pembuat pesawat luar angkasa semakin bergairah karena kekuatannya dapat dipergunakan lebih maksimal.

Benda biasa yang dibakar umumnya menjadi abu, menguap keudara dan sisanya menjadi energi, tetapi nuklir dapat habis seluruhnya untuk menciptakan energi (tenaga) ataupun kekuatan.

Begitu besarnya perhatian dan keinginan para ahli luar angkasa, untuk memperoleh kekuatan agar dapat mengimbangi gaya tarik bumi (gravitas), lepas landas keluar angkasa menembus penjuru langit.

Ini semua sudah dibicarakan dalam Al-Qur’an :

“Hai jama’ah jin dan manusia,jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”. (QS. 55:33)

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang ?. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang ?” (QS. 67:3)

Listrik di Atmosfir

Listrik yang ada diatmosfir dan akibat-akibatnya seperti guntur dan butir-butir es disebutkan dalam beberapa ayat sbb :

“Dia-lah yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung. Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia Kehendaki, daN mereka berbAntah-bantahaN tentang AllAh, dan dia-lAh Tuhan Yang Maha keras sIksa-Nya.” (QS. 13:12-13)

Surah An-nur ayat 43.

“Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran -butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung -gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu Hampir-hampir menghilangkaN penglihatan.” (QS. 24:43)

Dalam dua ayat tersebut digambarkan hubungan yang erat antara terbentuknya awan -awan berat yang mengandung hujan atau butiran-butiran es dan terbentuknya guntur.

Yang pertama sangat dicari orang karena manfaatnya dan yang kedua ditolak orang. Turunnya guntur adalah keputusan Allah. Hubungan antara kedua fenomena atmosfir sesuai dengan pengetahuan tentang listrik atmosfir yang sudah dimiliki oleh manusia sekarang.

Bayangan

Fenomena yang sangat luar biasa dijaman kita, yaitu bayangan dan pergeserannya disebutkan dalam ayat-ayat berikut :

“Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu.” (QS. 25:45)

“Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang dilangit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya diwaktu pagi dan petang hari.” (QS. 13:15)

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri.” (QS. 16:48)

Diluar hal-hal yang menunjukkan tunduknya segala ciptaan Tuhan termasuk bayangan, kepada penciptanya Yang Maha Kuasa, dan disamping Tuhan memperlihatkan kekuasaanNya, ayat-ayat Qur’an juga menyebutkan hubungan antara bayangan dan matahari.

The End.

Taken From :

  1. Al-Qur’an Sumber Segala Disiplin Ilmu Drs. Inu Kencana Syafiie
    Gema Insani Press Jakarta Indonesia 1996
  2. Bibel, Qur’an dan Sains Modern dr. Maurice Bucaille
    bulan Bintang – Indonesia 1984
  3. Dari Sains ke Stand AlQur’an Dr. Imaduddin Khalil Arista – Indonesia 1993
  4. Asal usul manusia menurut Bibel, Al-Qur’an dan Sains Modern Dr. Maurice Bucaille Penerbit Mizan – Indonesia 1996