Posts Tagged ‘Dunia’

https://tausyah.wordpress.com/Wanita Shalehah dan Istri Shalehah

Wanita Shalehah dan Istri Shalehah

Telah termaktub dalam sebuah kisah tentang seorang pemuda yang begitu terpesona dengan kecantikan seorang wanita, betapa hatinya senantiasa dalam kegelisahan sejak pandangan pertamanya. Dan bergetarlah hatinya dengan getaran yang semakin menjadi-jadi, setiap kali bayangan wanita itu terlintas dalam lamunannya. Betapa tersiksanya ia dengan perasaan cintanya pada wanita itu, ia benar-benar terpedaya dengan segala keindahan wanita yang tidak ada duanya baginya. Hingga kemudian iapun memberanikan diri untuk mengirimkan sebuah surat kepada wanita itu melalui seorang budaknya yang diletakkan di atas nampan perak dan ditutupi dengan kain sutera berwarna kuning.

“wahai engkau yang sudah membuat diriku  dimabuk kepayang setelah memandang wajahmu, kiranya hasrat untuk menyampaikan perasaanku bisa mengurangi kegundahanku karena senantiasa mengingat dan membayangkan wajahmu.”

Wanita tersebut pun membalas surat dari sang pemuda,

“wahai pemuda, kiranya apakah yang membuat dirimu amat tertarik melihat ku…?”

Sambil melancarkan jurus rayuannnya sang pemudapun membalas,

“aku begitu terpesona dengan keindahan matamu…” (lebih…)

https://tausyah.wordpress.com/Cahaya Di Atas Cahaya

Cahaya Di Atas Cahaya

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Selamat Rahmad dan Berkah ALLAH, semoga tetap padamu..

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Firman ALLAH Ta’ala :

يَعْلَمُونَ ظَاهِراً مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. Ar-Ruum: 007.

Betapa besar arti sebuah pintu bagi kehidupan manusia, dengan dia (Pintu) itu hingga engkau dapat berlindung dari sekalian kejahatan malam dan siang didalam rumahmu. Pintu adalah suatu pemberi kabar bagimu atas sekalian apa-apa yang berada dibalik pintu itu, apakah ia suatu kabar yang baik ataukah suatu kabar yang buruk. (lebih…)

Ilmuwan Islam

Ilmuwan-Islam

Dengan menukir ke masa keemasan islam pada masa yang silam, sejenak tentu kita bangga mengetahui bahwa segala macam ilmu yang ada pada kita saat sekarang ini adalah berkat jasa-jasa ilmuwan muslim dunia yang sudah hampir seribu tahun yang lalu, ketika umat muslim adalah pembawa obor pengetahuan pada zaman kegelapan. Mereka menciptakan peradaban Islam, didorong oleh penelitian dan penemuan ilmiah, yang membuat bagian dunia lainnya iri selama berabad-abad.

Dalam kata-kata Carli Fiorina, seorang CEO Hewlett Packard yang visioner dan berbakat tinggi, “Adalah para arsitek yang mendesign bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi. Adalah para matematikawan yang menciptakan aljabar dan algoritma yang dengannya komputer dan enkripsi data dapat tercipta. Adalah para dokter yang memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat baru untuk penyakit. Adalah para astronom yang melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan membuka jalan bagi perjalanan dan eksplorasi antariksa. Adalah para sastrawan yang menciptakan ribuan kisah; kisah-kisah perjuangan, percintaan dan keajaiban. Ketika negeri lain takut akan gagasan-gagasan, peradaban ini berkembang pesat dengannya dan membuat mereka penuh energi. Ketika ilmu pengetahuan terancam dihapus akibat penyensoran oleh peradaban sebelumnya, peradaban ini menjaga ilmu pengetahuan tetap hidup, dan menyebarkannya kepada peradaban lain. Tatkala peradaban barat modern sedang (lebih…)

https://tausyah.wordpress.com/Khawarizmi

Bapak Aljabar

Seorang ilmuwan muslim yang bernama lengkap Abu ‘Abdallah Muhammad ibnu Musa al-Khwarizmi itu kerap dijuluki sebagai Bapak Aljabar, karena sumbangan ilmu pengetahuan Aljabar dan Aritmatika yang beliau tekuni. Ia merupakan seorang ahli matematika dari Persia yang dilahirkan pada tahun 194 H/780 M, tepatnya di Khwarizm, Uzbeikistan.  Karena itulah,  ia kerap kali disapa dengan panggilan Khawarizmi.

Selain terkenal sebagai seorang ahli matematika yang agung, ia juga adalah astronomer, dan geografer yang hebat. Berkat kehebatannya,  Khawarizmi  terpilih sebagai ilmuwan penting  di pusat keilmuwan yang paling bergengsi pada zamannya, yakni Bait al-Hikmah  atau House of Wisdom yang didirikan khalifah Abbasiyah  di metropolis intelektual dunia, Baghdad.

Bait al-Hikmah  merupakan lembaga yang berfungsi sebagai pusat pendidikan tinggi. Dalam kurun dua abad, Bait al-Hikmah ternyata berhasil melahirkan banyak pemikir dan intelektual Islam. Di antaranya, nama-nama ilmuwan seperti Khwarizmi.

Khawarizmi adalah seorang ilmuwan jenius pada masa keemasan Islam di kota Baghdad, pusat pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah. Ia  sangat berjasa besar dalam mengembangkan ilmu aljabar dan aritmetika. (lebih…)

https://tausyah.wordpress.com/Penjara Dunia

Penjara Dunia

Ibnu Hajar rahimahullah dulu adalah seorang hakim besar Mesir di masanya. Beliau jika pergi ke tempat kerjanya berangkat dengan naik kereta yang ditarik oleh kuda-kuda atau keledai-keledai dalam sebuah arak-arakan.

Pada suatu hari beliau dengan keretanya melewati seorang yahudi Mesir. Si yahudi itu adalah  seorang  penjual  minyak.  Sebagaimana  kebiasaan  tukang  minyak,  si  yahudi  itu pakaiannya kotor. Melihat arak-arakan itu, si yahudi itu menghadang dan menghentikannya.

Si yahudi itu berkata kepada Ibnu Hajar: “Sesungguhnya Nabi kalian berkata

” Dunia itu penjaranya orang yang beriman dan surganya orang kafir. ” (HR. Muslim)

Namun kenapa engkau  sebagai seorang beriman menjadi seorang hakim besar di Mesir, dalam arak-arakan yang mewah, dan dalam kenikmatan seperti ini. Sedang aku -yang kafir- dalam penderitaan dan kesengsaraan seperti ini.” (lebih…)

https://tausyah.wordpress.com/frank-ribery

Frank Ribery

Pada 2006, ketika timnas Prancis akan berhadapan dengan tim Swiss pada Piala Dunia, sorot kamera wartawan yang berkeliaran di lapangan menampakkan gambar sekilas Franck Ribery tengah berdoa, seperti yang dilakukan seorang muslim. Itu menimbulkan tanda tanya besar di masyarakat luas. Tapi justru itulah cara Franck Ribery menunjukkan kepada dunia bahwa dirinya telah menjadi seorang muslim.

Sebab, tak lama setelah itu pemberitaan tentang dirinya sebagai muallaf merebak ke seantero dunia. Ribery mengatakan, dia memilih ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW karena menemukan kedamaian.

Baginya, Islam adalah sumber kekuatan dan keselamatan. ”Islam adalah sumber kekuatan saya di dalam dan di luar lapangan sepakbola. Saya mengalami kehidupan yang cukup keras dan saya harus menemukan sesuatu yang membawa saya pada keselamatan, dan saya menemukannya pada agama Islam,” tutur Ribery. (lebih…)

Ibnu Sina Dan Kitab KesehatanAl Qanun 11 al-Tibb yang di Barat dikenal dengan Canons, boleh dikata merupakan ‘kitab suci’ ilmu kesehatan pada masanya. Tanpa merujuk ke buku tersebut, ilmu obat-obatan dan farmakologi dirasakan tidak akan sempurna. Tidak heran bila Ibnu Sina, pengarang buku tersebut begitu dihargai kejeniusan dan kontribusinya dalam ilmu kedokteran, sampai sekarang. Bahkan potret Ibnu Sina, hingga kini menjadi salah satu pajangan dinding besar gedung Fakultas Kedokteran Universitas Paris.

Ibnun Sina yang memiliki nama lengkap Abu Ali al-Hussein Ibn Abdallah, lahir di Afshana dekat Bukhara (Asia Tengah) pada tahun 981. Pada usia sepuluh tahun, dia telah menguasai dengan baik studi tentang Al Quran dan ilmu-ilmu dasar. Ilmu logika, dipelajarinya dari Abu Abdallah Natili, seorang filsuf besar pada masa itu. Filsafatnya meliputi buku-buku Islam dan Yunani yang sangat beragam.

Kemampuannya dalam bidang pengobatan sudah begitu mumpuni di usianya yang masih belia. Bahkan ketika usianya baru tujuh belas tahun, dia sudah berhasil menyembuhkan penguasa Bukhara, Nun Ibn Manshur. Padahal sebelumnya para pakar kesehatan kerajaan sudah menyerah, tak satu pun yang mampu mengatasi penyakit sang raja.

Atas jasanya itu, Manshur bermaksud memberinya hadiah. Namun Ibnu Sina justru lebih memilih izin dari sang raja untuk diperkenankan meggunakan perpustakaan kerajaan yang dikenal memiliki koleksi buku-buku yang unik.

Setelah ayahnya meninggal, Ibnu Sina merantau ke Jurjan, dan bertemu dengan Abu Raihan al-Biruni, yang kala itu sangat termashur. Setelah itu dia pindah ke Rayy, dan melanjutkan perjalanan ke Hamadan, tempat yang memberinya inspirasi untuk bukunya yang terkenal, Al Qanun 11 al-Tibb.

Di Hamadan dia juga menyembuhkan sang penguasa, Syams al-Daulah, dari penyakit perut yang akut, sebelum melanjutkan lagi perjalanannya menuju Isfahan (kini Iran) untuk menyelesaikan karya-karyanya yang monumental.

Al Qanun fi al-Jibb

Al Qanun fi al-Tibb atau Norma-norma Kedokteran adalah sumbangan terbesar Ibnu Sina yang di Barat dikenal dengan Avicenna, terhadap ilmu pengetahuan. Karya yang matnpu bertahan selama enam abad ini diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard dari Cremena pada abad ke-12. Sejak saat itu Qanun menjadi buku wajib di sekolah-sekolah medis di Eropa. Pada abad ke-15 buku ini mengalami cetak ulang sebanyak enam belas kali. Lima belas cetakan dalam bahasa Latin, satu cetakan dalam bahasa Yahudi. Sedangkan pada abad berikutnya, Qanun mengalami cetak ulang sebanyak dua puluh kali.

Cameron Gruner pada tahun 1930 menerjemahkan sebagian isi buku itu ke bahasa Inggris dengan judul Risalah atas Norma Medis Avicenna. Dan selama lebih dari lima abad, Qanun menjadi pemandu bagi ilmu kedokteran di Barat. Tidak heran bila Dr. William Osier, penulis buku Evolution of Modern Science, mengatakan bahwa Qanun telah menjadi semacam ‘kitab suci’ kesehatan yang bertahan lebih lama dibanding karya mana pun.

Qanun boleh dikata merupakan Ensiklopedi Pengobatan yang sangat lengkap. Buku ini menelaah ulang pengetahuan kedokteran, baik dari sumber Islam maupun sumber-sumber kuno. Ibnu Sina tidak hanya menggabungkan pengetahuan yang telah ada tapi juga menciptakan karya-karya orisinal yang meliputi beberapa pengobatan umum, obat-obatan (760 macam), penyakit-penyakit mulai dari kepala hingga kakl, khususnya Patologi (ilmu tentang penyakit) dan Farmakopeia (Farmakope).

Di antara beberapa kontribusinya yang merupakan pengembangan besar adalah identifikasinya terhadap sifat-sifat penyakit menular seperti Pththsis dan Tuberculosis (TBC), penyebaran penyakit melalui air dan tanah, dan interaksi antara ilmu psikologi dan kedokteran. Ibnu Sina pula yang pertama kali menjelaskan tentang Meningitis (radang selaput otak) serta memberi penjelasan yang padat tentang anatomi, ginekologi, kesehatan anak, serta menemukan perawatan untuk Lachrymal Fistula, disusul dengan penyelidikan medis terhadap saluran pembuluh darah.

Hingga kini Qanun masih menjadi acuan para pakar untuk penyelidikan anatomi, karena buku ini mampu menjelaskan deskripsi secara gratis maupun penjelasan rinci mengenai Sclera, Kornea, Koroid, Iris, Retina, Lensa, Urat syaraf, juga Optic Chiasma. Dalam mendalami anatomi, Ibnu Sina menentang sikap praduga atau prakiraan. Dia mengimbau para pakar ilmu fisik dan ilmu bedah untuk kembali mendasarkan pengetahuannya pada studi tentang tubuh manusia. Dia mengamati bahwa Aorta sebenarnya terdiri dari tiga saluran yang terbuka saat darah mengalir dari dan di dalam jantung selama kontraksi, dan tertutup selama relaksasi, sehingga tidak akan terjadi luapan aliran darah ke dalam jantung.

Dia juga menegaskan bahwa otot dapat digerakkan karena adanya syaraf yang terdapat di dalamnya. Demikian pula rasa sakit yang dirasakan pada bagian otot, juga disebabkan adanya urat syaraf yang menerima rangsangan rasa sakit tersebut.

Lebih jauh dia mengadakan observasi dan menemukan bahwa ternyata di dalam organ hati, limpa dan ginjal, tidak ditemukan urat syaraf. Sebab urat syaraf justru tertanam pada lapisan luar organ-organ itu.

Karya-karya Lainnya

Selain ilmu pengobatan dan kesehatan, Ibnu Sina juga menyumbangkan pemikirannya pada ilmu matematika, fisika, musik, dan bidang-bidang lain. Penyelidikannya dalam bidang astronomi membuatnya berhasil merancang perangkat semacam Vernier yang meningkatkan ketepatan pengukuran suatu alat. Di bidang fisika, sumbangan pemikirannya mengenai bermacam bentuk energi, kalori, cahaya, mekanika, konsep gaya, ruang hampa udara, dan bilangan tak terhingga.

Dalam bidang kimia, Ibnu Sina adalah salah satu dari sekian banyak orang yang tidak percaya pada transmutasi kimia logam. Pandangan ini ditentang secara radikal pada masa itu. Risalahnya mgngenai mineral merupakan salah satu sumber utama geologi yang digunakan oleh para ensiklopedis Kristen pada abad ke-13.

Penemuannya di bidang musik merupakan perbaikan dari karya Farabi (al-Pharabius), yakni dengan menemukan suatu rumus bahwa jika serangkaian konsonan dirumuskan (n + 1) / n, maka telinga tidak dapat membedakan konsonan tersebut pada n – 45. Lebih jauh dia mengatakan, penggandaan terhadap satuan seperempat dan seperlima pada konsep ini merupakan langkah benar menuju sistem harmonisasi.

Karya Ibnu Sina dalam bidang filsafat yang terkenal adalah Al-Najat, Isyarat, dan al-Shifa (buku yang berisi tentang penyembuhan penyakit) merupakan ensiklopedi filosofis. Di dalamnya berisi jangkauan pengetahuan yang luas, dari filsafat hingga ilmu pengetahuan. Filsafat Ibnu Sina merupakan penggabungan tradisi Aristotelian, pengaruh Neoplatonic dan teologi Islam.

Ibnu Sina mengelompokkan seluruh bidang ilmu ke dalam dua kategori besar, yakni: pengetahuan teoritis dan pengetahuan praktis. Pengetahuan teoritis meliputi fisika, matematika, dan metafisika, sedangkan pengetahuan praktis meliputi etika, ilmu ekonomi, dan ilmu politik.

Jenius yang satu ini tidak pernah berhenti mengembara, baik secara fisik maupun secara batin. Secara fisik, dia terus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, untuk memuaskan rasa ingin tahunya terhadap segala hal, serta untuk dapat belajar, belajar, dan belajar. Karena terlalu banyak memeras otak dan diperparah oleh gejolak politik pada masa itu, kesehatannya semakin memburuk. Akhirnya, pada tahun 1037 dia kembali ke Hamadan, dan meninggal di sana. (amanah)


IBNU SINA : “Bapak Kedokteran Dunia”

Abu Ali al Husain ibn Abdallah ibn Sina adalah nama lengkap Ibnu Sina, yang lebih dikenal sebagai “Aviciena” oleh masyarakat barat. Dia adalah salah seorang tokoh terbesar sepanjang zaman, seorang jenius yang mahir dalam berbagai cabang ilmu. Dia lah pembuat ensiklopedi terkemuka dan pakar dalam bidang Kedokteran, Filsafat, Logika, Matematika, Astronomi, musik, dan puisi.

Ibnu Sina dilahirkan pada tahun 980 M / 370 H di Afshinah, sebuah desa kecil tempat asal ibunya, di dekat Bukhara. Ayahnya, Abdullah, adalah seorang Gubernur Samanite yang kemudian ditugaskan di Bukhara. Sejak kecil ia telah memperlihatkan intelegensianya yang cemerlang dan kemajuan yang luar biasa dalam menerima pendidikan, ia telah hafal al-Qur’an pada usia 10 tahun.

Nama Ibnu Sina semakin melejit tatkala ia mampu menyembuhkan penyakit raja Bukhara, Nooh ibnu Mansoor. Saat itu ia baru berusia 17 tahun. Sebagai penghargaan, sang raja meminta Ibnu Sina menetap di istana, setidaknya sementara selama sang raja dalam proses penyembuhan. Namun Ibnu Sina menolaknya dengan halus. Sebagai imbalan ia hanya meminta izin untuk menggunakan perpustakaan kerajaan yang kuno dan antik. Tujuannya adalah mencari berbagai referensi dasar untuk menambah ilmunya agar lebih luas dan berkembang. Kemampuan ibnu Sina yang cepat menyerap berbagai cabang ilmu pengetahuan membuatnya menguasai berbagai macam materi intelektual dari perpustakaan Kerajaan pada usia 21.

Setelah ayahnya wafat, ia meninggalkan Bukhara karena gangguan politik dan pergi ke kota Gorgan, yang tekenal dengan kebudayaannya yang tinggi. Dia diundang dengan tulus oleh Raja Khawarizm, pelindung besar kebudayaan dan pendidikan. Di Gorgan ia membuka praktek dokter, bergerak dalam bidang pendidikan, dan menulis buku. Setelah itu, Ibnu Sina melanjutkan lagi perjalannya, antara lain ke Kota Ravy dan Kota Hamadan.

Sampai kini ilmunya yang ditulis dalam buku “Al Qanun Fi al-Tib” tetap menjadi dasar bagi perkembangan ilmu kedokteran dan pengobatan dunia. Karena itu Ibnu Sina menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan ilmu kedokteran dunia. Bukunya “Al Qanun” “diterjemahkan” menjadi “The Cannon” oleh pihak Barat, yang kemudian menjadi rujukan banyak ilmuwan abad pertengahan. Buku itu diantaranya berisi eksiklopedia dengan jumlah jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan. Bahkan diperkenalkan penyembuhan secara sistematis dan dijadikan rujukan selama tujuh abad kemudian (sampai abad ke-17).

Ibnu Sina meninggal pada tahun 1073, saat kembali di kota yang disukainya, Hamadan. Walau ia sudah meninggal, namun berbagai ilmunya sangat berguna dan digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang kini diderita umat manusia. (An)

LINK :
http://www.nlm.nih.gov/hmd/arabic/E8.html

https://tausyah.wordpress.com