Ibnu Arabi Dihukumi Kafir

Posted: 23 Juni 2010 in Kajian
Tag:

IBNU ARABI DIHUKUMI KAFIR

Oleh : H Hartono Ahmad Jaiz
Ajaran Ibnu  Arabi yang sangat menyimpang  dari  Islam  itu banyak mempengaruhi  ummat Islam. satu segi  karena  syair-syair bahkan  kata-kata yang dituduhkan sebagai Hadits (padahal  palsu) dibuat dengan ungkapan yang mudah dihafal dan enak didengar. Segi yang  lain, karena ummat Islam merasa perlu menghormati Nabi  SAW sedemikian  rupa, sedangkan syair-syair dan adat yang disebarkan justru banyak yang berbau ajaran tasawwuf model Ibnu Arabi.

Jauhnya kesesatan aqidah akibat tersebarnya faham Ibnu  Arabi itu  bukan hanya melanda ummat Islam awam, namun sampai ke  orang yang  disebut  cendekiawan Muslim. Hingga seorang  DR  Nurcholish Madjid ketua Yayasan Wakaf Paramadina di Jakarta pernah  mengemu­kakan  pendapat, mengutip Ibnu Arabi, hingga  mendapat  tanggapan keras dari ummat Islam.

Dr. Nurcholish  Majid  menjawab  pertanyaan  pada   Pengajian “Paramadina”  di Kebayoran Baru tanggal 23 Januari  1987.  Perta­nyaan  Lukman  berbunyi: “Salahkah Iblis, karena  dia  tidak  mau sujud kepada Adam, ketika Allah menyuruhnya. Bukankah sujud hanya boleh kepada Allah?”

Dr  Nurchalish Madjid, yang memimpin pengajian  itu,  menjawab –secara  sambil lalu– dengan satu kutipan dari  pendapat  Ibnu Arabi,  dari  salah satu majalah yang terbit di  Damascus,  Syria bahwa:

“Iblis kelak akan masuk syurga, bahkan di tempat yang terting­gi  karena  dia tidak mau sujud kecuali kepada  Allah  saja,  dan inilah tauhid yang murni.”

DR  Nurchalish Madjid tidak memberi komentar  apa-apa,  setuju atau  tidaknya dia sendiri, dengan ucapan Ibnu Arabi  itu,  tidak pula  diterangkannya,  siapa Ibnu Arabi itu. (Yayasan  Islam  Al-Qalam  Ma’had Ad-Diraasaatil Islamiyyah Jakarta, Jawaban  Tuntas untuk  Dr Nurchalish Madjid tentang Ibnu Arabi dan  Syetan Masuk Syurga, 1407H, hal 1).

Selanjutnya, Ma’had itu menjelaskan duduk soal kesesatan  Ibnu Arabi, dan sejumlah ulama yang telah mengkafirkan, atau memurtad­kannya, akibat tulisan-tulisan Ibnu Arabi yang sangat  bertentan­gan dengan aqidah Islam.

Ibnu Arabi dan pokok-pokok ajaran sesatnya

Ibnu Arabi, nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad ibn Ali Muhyid­din  Al-Hatimi  at-Thai al-Andalusi, dikenal  dengan  Ibnu  Arabi (bukan  Ibnul  Arabi yang ahli tafsir). Ibnu Arabi  ini  dianggap sebagai  tokoh  tasawwuf  falsafi, lahir di  Murcia  Spanyol,  17 Ramadhan  560  H/ 28 Juli 1165M, dan mati di Damaskus, Rabi’uts Tsani 638H/ Oktober 1240M.

Inti  ajarannya didasarkan atas teori wihdatul wujud (manunggaling kawula Gusti/menyatunya makhluk dengan Tuhan) yang  menghasilkan wihdatul adyan (kesatuan agama, tauhid  maupun  syirik) sebagai  hasil dari gabungan teori-teori al-ittihad  (manunggal, melebur jadi satu antara si orang sufi dan Tuhan) dengan mengadakan al-ittishal atau emanasi. Atau sebagai hasil dari gabungan pemikiran tentang teori Nur Muhammadi (yang pertama kali diciptakan adalah Nur Muhammad, kemudian dari Nur Muhammad itu  diciptakan  makhluk-makhluk lain) dari Al-Khaliq dengan pemikiran Al-Aqlu  al-awwal (akal pertama) –seperti telah  diterangkan pada bab  Nur Muhammad atau Hakekat Muhammad tersebut di atas–.  Ibnu Arabi banyak dipengaruhi oleh filsafat Masehi atau Nasrani.

Berikut  ini ringkasan pandangan Ibnu Arabi  yang  nyata-nyata bertentangan dengan Islam, diringkas oleh Yayasan Islam Al-Qalam, satu  induk  dengan  LPPI (Lembaga  Pengkajian  dan  Pengembangan Islam) yang banyak menyoroti aliran-aliran sesat.

Pandangan Ibnu Arabi berkisar pada:

– Berusaha menghancurkan/ membatalkan agama dari dasarnya.

– Semua orang berada pada As-Shirath Al-Mustaqim (jalan lurus).

– Wa’ied (janji) dari Allah tidak ada sama sekali.

– Khatim  al-Awliya’ (penutup para wali) lebih  tinggi daripada Khatim Al-Anbiya’ (penutup para nabi), karena wilayah (kewalian) lebih tinggi daripada Nubuwwah (kenabian).

Ibnu Arabi banyak mengarang buku untuk  menyiarkan  ajaran-ajaran dan pendapatnya. Bukunya yang paling terkenal adalah  al-Futuhat al-Makkiyyah dan Fushul Al-Hukm.

Sorotan  tajam  terhadap pendapat Ibnu Arabi  telah  dilakukan oleh  para  ulama dan dituangkan dalam tulisan yang  cukup  mudah dideteksi  tentang penyelewengan yang disebarkan Ibnu Arabi  itu. Di  antara  pendapat  dari Ibnu Arabi  dan  pengikut-pengikutnya adalah:

– Wali lebih tinggi dari nabi (Masra’ At-Tasawwuf, 22).

–  Untuk sampai kepada Allah, tidak perlu mengikuti  ajaran  para nabi (syara’), (Masra’ At-Tasawwuf, 20).

– Semua ini adalah Allah, tidak ada nabi/rasul atau malaikat. Allah adalah manusia besar. ( Fushush Al-Hukm, 48,  Masra’  At-Tasawwuf, 38).

– Tidak sah khilafah kecuali kepada insan kamil.

– Allah membutuhkan pertolongan makhluk. (Fushush Al-Hukm, 58-59).

– Nabi Nuh as. termasuk orang kafir (Masra’ at-Tasawwuf, 46-47).

– Da’wah kepada Allah adalah tipu daya. (Fushush Al-Hukm,  772/Masra’ At-tasawwuf, 66).

– Al-haq adalah al-khalq/ makhluq (Masra’ At-Tasawwuf,  62).

– Hukum alam adalah Allah itu sendiri. (Masra’ At-Tasawwuf, 70).

– Hamba adalah Tuhan. (Fushush Al-Hukm, 92-93; Masra’ at-Tasaw­wuf, 75).

– Neraka adalah surga itu sendiri. (Fushush Al-Hukm, 93-94).

– Al-Quran mempunyai dua arti, lahir dan batin.

– Dalam anggapan Ibnu Arabi, dia berkumpul dengan para nabi.

– Perbuatan hamba adalah perbuatan Allah itu  sendiri.  (Fushush Al-Hukm, 143).

– Ad-dhal (orang yang sesat) adalah al-muhtadi (orang yang mendapat petunjuk), al-kafir adalah al-mu’min. (Masra’ at-Tasawwuf, 108).

– Hawa nafsu adalah tuhan terbesar.

– Fir’aun adalah mukmin dan terbebas dari siksa neraka. (Fushush Al-Hukm, 181; Masra’ At-Tasawwuf, 111).

– Wanita adalah tuhan. (Fushush Al-Hukm, 216; Masra’ at-tasawwuf, 143).

– Hakekat ketuhanan tampak jelas dan utuh pada nabi-nabi as.

– Fir’aun adalah tuhan Musa. (Fushush Al-Hukm, 209; Masra’ at-Tasawwuf, 122).

Setelah  mengemukakan pendapat-pendapat Ibnu Arabi  tersebut, yayasan Al-Qalam yang membantah Dr Nurchalish Madjid lewat  risalah  kecil itu berkomentar: “Demikianlah pendapat-pendapat Ibnu Arabi dan pengikut-pengikutnya yang kacau balau, dan jelas bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah, bertebaran dalam  kitab-kitab yang  mereka tulis.” (Jawaban Tuntas untuk Dr  Nurchalish Madjid, hal 4).

Semua pendapat yang kacau balau dari Ibnu Arabi itu, menurut Yayasan  Al-Qalam, tampak jelas pada tulisan-tulisan atau  syair-syair  yang  tercantum dalam kitab-kitab yang ditulis  oleh  Ibnu Arabi dan pengikut-pengikutnya antara lain Ibnu Faridh.

Menurut pengakuan Ibnu Arabi, kitab Futuhat al-Makiyyah adalah Imla’ (dikte) langsung dari Allah SWT kepadanya. Sementara itu Kitab Fushul Al-Hukm karangan Ibnu Arabi pula adalah pemberian langsung dari Rasulullah saw. kepadanya. (Ensyclopedi Britanica: 12/33). Padahal,  jarak waktunya sangat  jauh. Rasulullah  saw. wafat abad ke tujuh Masehi, sedang Ibnu Arabi hidup pada abad ke 13 Masehi.

Banyak ulama yang mengkafirkan Ibnu Arabi

Selanjutnya, risalah Jawaban Tuntas untuk Dr Nurchalish Madjid menjelaskan: Karena pendapat-pendapat Ibnu Arabi (yang bertentangan  dengan Islam) ini, maka banyak ulama yang mengkufurkan  atau mengilhadkannya  atau  menghukumi murtad, walaupun  ada  sebagian kecil yang menerima pendapatnya bahkan menyiarkannya.

Disebutkan  dalam daftar, ada 37 ulama yang  mengkafirkan  atau memurtadkan Ibnu Arabi.

Di antara ulama yang yang menghukumi Ibnu Arabi menjadi kafir, mulhid atau murtad adalah:

1. Ibnu Sayyid An-Nas (wafat 734H).
2. Ibnu Daqieq Al- ‘Ied (w 702H).
3. Ibnu Taimiyyah (w 728H).
4. Ibnu Al-Qayyim Al-Jauzi (w 751H).
5. Qadhi ‘Iyyadh (w 744H).
6. Al-‘Iraqi (w 826H).
7. Ibnu hajar Al-‘Asqalani (w 852H).
8. Alauddin al-Bukhari.
9. Abu Zur’ah.
10. Al-Udhd (w 757H).
11. Al-Jurjani (w 814H).
12. At-Taftazani (w 792H).
13. Muhammad ibnu Ali bin Yaqub (w 814H).
14. Abi Hayyan (w 654H).
15. Taqiyuddin As-Subqi
16. Isa Ibnu Mas’ud Az-Zawawi (w 743H).
17. Ali Ibnu Yaqub Al-Bakri
18. Al-Baalisi (w 829H).
19. Ibnu Nuqas (w 763H).
20. Ibnu Hisyam (w 761H).
21. Syamsuddin Ibnu Muhammad Al-Aizari.
22. Lisanuddin Ibnul Khatib (w 766H).
23. Muhammad Ibnu Ahmad al-Bishati.
24. Ibnu Khayyath (w 811H).
25. Ismail Ibn Abi Bakri Al-Muqri (w 875H).
26. Izzuddin Ibn Abdissalam (w 660H).
27. Ibrahim Ibnu daud Al-‘Amidi (w 797H).
28. Abu Bakar Ibnu ‘Ashim Al-Kinani.
29. Sulaiman Ibnu Yusuf Al-Yusufi (w 739H).
30. Ali Ibnu Abdillah Al-Ardabili (w 746H).
31. Musa Ibnu Muhammad Al-Anshari (w 803H).
32. Burhanuddin Al-Biqa’i (w 858H).
33. Ibnu Khaldun (w 808H).
34. An-Nawawi (w 676H).
35. Az-Zahabi (w 748H).
36. Al-Bulqini (w 805H).
37. Al-Maushili.

Dari  nama mereka di atas ini, jelas mereka  adalah  merupakan imam-imam  dunia dan  merupakan panutan dari  ummat  Islam,  dan mereka  ini merupakan tokoh-tokoh ulama dari segala  cabang  ilmu islamy: ‘Aqidah, tasawwuf, Hadits, Ushul Fiqh, Sejarah  ketatane­garaan,  Sosiologi dan lain-lain. (Jawaban Tuntas untuk  Dr Nurcholish Madjid, hal 6).

Cukup  jelas, sejumlah ulama tingkat dunia telah  mengkafirkan Ibnu Arabi karena pendapat-pendapatnya dalam buku-bukunya berten­tangan  dengan  aqidah Islam. Sayang sekali,  ummat  Islam  masih banyak yang aqidahnya tercemar oleh faham sufi falsafi model Ibnu Arabi.  Hingga ketika penulis menjelaskan masalah sesatnya faham Nur  Muhammadi  kepada jama’ah masjid dalam  pengajian,  ternyata mereka  bermuka merah sambil ada yang berkata bahwa banyak  orang yang mempercayai Nur Muhammad memang ciptaan awal makhluk. Kemudian mereka baru bisa memahami, bila ungkapan Hadits palsu Laulaaka laulaaka lama khalaqtul aflaak, (seandainya bukan karena  kamu (muhammad),  seandainya bukan karena kamu (Muhammad),  pasti  aku tidak menciptakan seluruh alam); itu artinya Allah terikat dengan makhluk.  Itu aqidah yang salah. Karena Allah tidak terikat  oleh siapapun. Dia Maha Mutlak, tidak terikat.

Komentar
  1. […] ini telah melukiskan sebuah cara untuk mengukur cinta kita pada Allah. Sementara banyak orang yang berdo’a agar mendapat ini dan itu, seorang pencinta […]

    Suka

  2. […] (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami kan menyiapkan […]

    Suka

  3. […] sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan seorang wanita, melainkan si wanita itu bersama mahramnya” [Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari 1862 dan Muslim 4/104 atau 1341 dan lafadz inidari […]

    Suka

  4. […] sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan seorang wanita, melainkan si wanita itu bersama mahramnya” [Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari 1862 dan Muslim 4/104 atau 1341 dan lafadz inidari […]

    Suka

  5. […] wa Ta’ala yang telah mengkabarkan kepada kita para ummat-Nya, bahwasanya tiap-tiap sesuatu bermula adalah mesti ada awal dan adapula akhirnya, jika ada hidup maka tentu ada mati, jika ada awal […]

    Suka

Tinggalkan komentar