Rasulullah Selalu Minta Perlindungan pada Allah dari Berhutang

Posted: 9 Juni 2010 in Mu'amalah ( Hubungan Pekerjaan )
Tag:

Satu hal yang perlu diketahui oleh setiap muslim tentang hukum agamanya, iaitu agama menyuruh supaya dia berlaku lurus dan sederhana dalam hidup dan kehidupannya. Firman Allah:

“Dan jangan kamu berlebih-lebihan sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang berlebih-lebihan.” (al-An’am: 141)

“Jangan kamu boros, kerana sesungguhnya orang yang boros adalah kawan syaitan.” (al-Isra’: 26-27)

Kalau al-Quran menuntut kepada orang-orang mu’min supaya menginfaqkan harta kekayaannya, maka al-Quran tidak menuntut kepada mereka melainkan supaya menginfaqkan sebahagian harta, bukan semuanya. Sebab siapa yang mendermakan sebahagian hartanya, maka sedikit sekali dia akan berkekurangan,

Dengan kesederhanaan ini maka seorang muslim tidak lagi perlu berhutang, lebih-lebih Nabi sendiri tidak suka seorang muslim membiasakan berhutang. Sebab hutang dalam pandangan seorang muslim yang baik, adalah merupakan kesusahan di malam hari dan suatu penghinaan di siang hari. Justru itu Nabi selalu minta perlindungan kepada Allah dari berhutang.

Doa Nabi itu sebagai berikut: “Ya Tuhanku! Aku berlindung diri kepadamu dari terlanda hutang dan dalam kekuasaan orang lain.” (RiwayatAbu Daud)

Dan ia bersabda pula: “Aku berlindung diri kepada Allah dari kekufuran dan hutang. Kemudian ada seorang laki-laki bertanya: Apakah engkau menyamakan kufur dengan hutang ya Rasulullah? Ia menjawab: Ya!” (Riwayat Nasa’i dan Hakim)

Dan kebanyakan doa yang dibaca di dalam sembahyangnya ialah: “Ya Tuhanku! Aku berlindung diri kepadaMu dari berbuat dosa dan hutang. Kemudian ia ditanya: Mengapa Engkau banyak minta perlindungan dari hutang ya Rasulullah? Ia menjawab: kerana seseorang kalau berhutang, apabila berbicara berdusta dan apabila berjanji menyalahi.” (Riwayat Bukhari)

Ia menjelaskan, bahawa dalam hutang itu ada suatu bahaya besar terhadap budipekerti seseorang.

Beliau tidak mahu menyembahyangi janazah, apabila diketahui bahawa waktu meninggalnya itu dia masih mempunyai tanggungan hutang padahal dia tidak dapat melunasinya, sebagai usaha untuk menakut-nakuti orang lain dari akibat hutang. Sehingga apabila dia mendapat ghanimah, maka beliau sendiri yang menyelesaikan hutangnya itu.

Dan sabdanya: “Akan diampuni orang yang mati syahid semua dosanya melainkan hutang.” (Riwayat Muslim)

Berdasar penjelasan ini, maka seorang muslim tidak boleh berhutang kecuali kerana sangat perlu. Dan kalaupun dia terpaksa harus berhutang, samasekali tidak boleh melepaskan niat untuk membayar. Sebab dalam hadis Rasulullah s.a.w. disebutkan: “Barangsiapa hutang wang kepada orang lain dan berniat akan mengembalikannya, maka Allah akan luluskan niatnya itu; tetapi barangsiapa mengambilnya dengan Niat akan membinasakan (tidak membayar), maka Allah akan merusakkan dia.” (Riwayat Bukhari)

Kalau seorang muslim tidak dibolehkan hutang tanpa rente, padahal hutang adalah mubah, kecuali kerana dharurat, dan didesak oleh suatu keperluan, maka bagaimana lagi kalau hutangnya itu bersyarat harus dibayar dengan rente?!

Komentar
  1. […] mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan […]

    Suka

  2. […] “ayatinaa” yang memiliki makna “Ayat ALLAH”, dijelaskan oleh ALLAH bahwa tanda-tanda kekuasaanNya ada jugadalam diri manusia. Menurut Ahmad Khan Ayat-ayat ALLAH ada juga dalam DNA (Deoxy […]

    Suka

  3. […] “ayatinaa” yang memiliki makna “Ayat ALLAH”, dijelaskan oleh ALLAH bahwa tanda-tanda kekuasaanNya ada jugadalam diri manusia. Menurut Ahmad Khan Ayat-ayat ALLAH ada juga dalam DNA (Deoxy […]

    Suka

  4. […] mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan […]

    Suka

  5. […] yang disebut berpacaran, hingga bahkan kedua orang tua mereka amatlah ridho dengan perzinahan putra atau putri dengan laki-laki atau wanita lain yang bukan mahromnya, yang mereka mengambil hubungan […]

    Suka

  6. […] mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan […]

    Suka

  7. […] mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan […]

    Suka

Tinggalkan komentar