Tiga Cara Bersyukur

Posted: 7 Juni 2010 in Renungan
Tag:

”Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Alnahl [16]: 18).
Bersyukur merupakan salah satu kewajiban setiap orang kepada Allah. Begitu wajibnya bersyukur,
Nabi Muhammad yang jelas-jelas dijamin masuk surga, masih menyempatkan diri bersyukur
kepada Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan, Nabi selalu menunaikan shalat tahajud, memohon
maghfirah dan bermunajat kepada-Nya. Seusai shalat, Nabi berdoa kepada Allah hingga shalat
Subuh.
Bersyukur merupakan salah satu ibadah mulia kepada Allah yang mudah dilaksanakan, tidak
banyak memerlukan tenaga dan pikiran. Bersyukur atas nikmat Allah berarti berterima kasih kepada
Allah karena kemurahan-Nya. Dengan kata lain, bersyukur berarti mengingat Allah yang
Mahakaya, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Penyantun.
Para ulama mengemukakan tiga cara bersyukur kepada Allah. Pertama, bersyukur dengan hati
nurani. Kata hati alias nurani selalu benar dan jujur. Untuk itu, orang yang bersyukur dengan hati
nuraninya sebenarnya tidak akan pernah mengingkari banyaknya nikmat Allah. Dengan detak hati
yang paling dalam, kita sebenarnya mampu menyadari seluruh nikmat yang kita peroleh setiap detik
hidup kita tidak lain berasal dari Allah. Hanya Allahlah yang mampu menganugerahkan nikmat-
Nya.
Kedua, bersyukur dengan ucapan. Lidahlah yang biasa melafalkan kata-kata. Ungkapan yang paling
baik untuk menyatakan syukur kita kepada Allah adalah hamdalah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah
bersabda, ”Barangsiapa mengucapkan subhana Allah, maka baginya 10 kebaikan. Barangsiapa
membaca la ilaha illa Allah, maka baginya 20 kebaikan. Dan, barangsiapa membaca alhamdu li
Allah, maka baginya 30 kebaikan.”
Ketiga, bersyukur dengan perbuatan, yang biasanya dilakukan anggota tubuh. Tubuh yang diberikan
Allah kepada manusia sebaiknya dipergunakan untuk hal-hal yang positif. Menurut Imam al-
Ghazali, ada tujuh anggota tubuh yang harus dimaksimalkan untuk bersyukur. Antara lain, mata,
telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan, dan kaki. Seluruh anggota ini diciptakan Allah sebagai
nikmat-Nya untuk kita. Lidah, misalnya, hanya untuk mengeluarkan kata-kata yang baik, berzikir,
dan mengungkapkan nikmat yang kita rasakan. Allah berfirman, ”Dan terhadap nikmat Tuhanmu,
hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” (QS Aldhuha [93]: 11).

https://tausyah.wordpress.com

Komentar
  1. […] Tuhan menyesal atau tidak? a. Tuhan tidak punya sifat menyesal (I Samuel 15: 29,Bilangan 23: 19) b. Tuhan menyesal (Kejadian 6: 5-6, I Samuel 15: 10-11,35, Samuel 24: 16, Yeremia 26:3, Yeremia 42:10, Keluaran 32: 14) […]

    Suka

  2. […] selebihnya kepada saudara.” Kata saudagar Yunus lagi. “Biarlah, tidak perlu. Aku telah merasa senang dan beruntung dengan harga yang empat ratus dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling murah lima […]

    Suka

  3. […] wajar.  Sehingga  kita  bisa mengambil jarak dari sumber kekecewaan dengan tidak kehilangan obyektivitas & kejernihan hati, kita menjadi lebih tegar, meskipun proses yang dibutuhkan untuk menghapus […]

    Suka

  4. Heru Hardiyanto berkata:

    […] wajar.  Sehingga  kita  bisa mengambil jarak dari sumber kekecewaan dengan tidak kehilangan obyektivitas & kejernihan hati, kita menjadi lebih tegar, meskipun proses yang dibutuhkan untuk menghapus […]

    Suka

  5. […] sifat yang hendak memecah belah persaudaraan lagi agar timbul bagi kedua belah pihak permusuhan dan kebencian dengan mempengaruhi sekalian keadaan di antara diri yang satu dengan yang […]

    Suka

  6. […] Apakah betul saya sudah siap berpindah agama? Apa yang akan ada dalam pikiran teman – teman dan keluarga kalau saya menjadi muslim? Apakah saya siap untuk  mengubah banyak hal dalam perilaku keseharian […]

    Suka

Tinggalkan komentar