Arsip untuk 18 Juni 2010

BAGHDAD (iol) – Tragedi peledakan gereja di Irak lewat bom mobil, Ahad (1/8), menyisakan sebuah pertanyaan, bagaimanakah sebenarnya Kristen di negeri seribu satu malam itu?

Saat ini penganut Kristen di Irak berjumlah sekitar 700 ribu jiwa dari 24 juta penduduk Irak.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Irak Sementara, yang disahkan pada Maret 2004, dan masih tetap diberlakukan sampai pemilu Januari 2005 mendatang, disebutkan bahwa Irak menganut prinsip kebebasan setiap agama.

Pada pasal ke-7 dari UUD Irak disebutkan, Islam adalah agama resmi negara Irak dan sumber hukum, selain itu juga menjamin kebebasan agama secara luas bagi agama-agama lainnya dan kebebasan untuk melakukan aktifitas-aktifitas keagamaan.

Selain itu UUD itu juga mengakui dua suku utama yaitu suku Arab dan Kurdi ditambah lagi suku-suku lainnya, dan UUD menegaskan hak-hak legalnya.

Pada Desember 1972 pihak rezim Saddam telah menentukan suku-suku yang diakui yaitu Asywariyyah, Kaldiniyyah dan Siryaniyyah.

Mayoritas suku Kaldaniyyah menganut Kristen Katolik yang tata cara peribadatannya bergaya Kristen Ketimur-timuran. Dan Thariq Aziz, mantan Perdana Menteri di era Saddam yang saat ini dipenjarakan adalah salah satu tokoh dari suku Kaldaniyyah. Adapun Kristen dari suku Asywariyyah mencapai sekitar 50 ribu orang.

Di Irak juga terdapat Katolik Suryaniyyah dan Ortodok serta Armin Katolik dan Ortodok. Sejak protektorat Inggris di daerah Irak, maka muncullah Protestan dan Katolik dari gereja Latin.

Sampai sekarang masih terdapat penganut Kristen Irak yang dapat berbicara dengan bahasa Aramiyyah Suryaniyyah yang dahulu dipergunakan sebagai bahasanya Al-Masih (Yesus). Di tahun 70-an pernah terbit majalah-majalah budaya dengan dua bahasa yaitu Aramiyyah dan Arab, demikian juga acara-cara radio dan televisi dengan bahasa Aramiyyah. Sementara di Kurdistan Irak tercatat sekitar 150 ribu penganut Kristen, mayoritas mereka berasal dari suku Kaldaniyyah.

Kaum Kristen sendiri dalam pemerintahan Iyyad ‘Alawi medudukan satu wakilnya yaitu Pascal Isywa, Menteri Urusan Orang Asing dan Imigrasi Irak.

Karena perang yang terus berkecamuk dam kemiskinan yang melilit, akhirnya beberapa penganut Kristen Irak memilih untuk hengkang dari Irak. Tercatat sekitar 500 ribu penganut Kristen Irak hengkang dalam 15 tahun terakhir.(lys/eramuslim)

Al-Qur`an Imitasi

Posted: 18 Juni 2010 in Pemurtadan
Tag:

Berbagai cara ditempuh oleh kaum kuffar untuk memurtadkan umat Islam. Al-Qur‘an, kitab suci dan pedoman hidup umat Islam jadi komoditi pemurtadan.

Al-Qur`an Imitasi
Seorang pastor evangelis Amerika yang mengaku kelahiran Palestina, mengarang Al-Qur‘an imitasi bernama “Al-Furqanul-Haqq” (The True Furqan), yang diterbitkan oleh lembaga yang menyebut dirinya Komite Eksekutif Proyek Omega 2001. Pastor yang bernama asli Dr Anis A. Shorrosh itu memakai nama samaran Al-Safee dan Al-Mahdi dalam kitab ini.

Al-Qur‘an tiruan pendeta ini sontak menggegerkan umat karena disebarkan ke internet. Bahkan edisi cetaknya beredar sampai ke Jawa Timur sejak akhir April 2002 di kantong-kantong Muslim seperti Jombang, Bangil, dan Madura. Isinya berupa tiruan terhadap surat dalam al-Quran.

Kitab setebal 368 halaman dengan sampul depan warna hijau bertuliskan kaligrafi Arab warna emas ini memuat beberapa nama surat, di antaranya: surat Al-Iman, At-Tajassud, Al-Muslimun, dan Al-Washaya. Semua isinya memuji-muji Yesus.

Gaya penyajian dan pilihan bahasa Arab klasik yang dipakai dalam Qur‘an palsu ini, agak mirip gaya bahasa Al-Qur‘an. Bagi orang yang tidak memahami seluk-beluk bahasa Arab secara mendalam, bisa terkecoh, mengira The True Furqan sebagai Al-Qur‘an. Sebab kata “Al-Furqan” sendiri sinonim dengan kata “Al-Qur‘an.”

Tujuan penyebaran Al-Furqanul-Haqq ke tengah-tengah masyarakat Muslim ini jelas terbaca, yaitu untuk menanamkan keraguan umat Islam terhadap kitab suci Al-Qur‘an. Targetnya, agar umat Islam memandang Al-Qur‘an sebagai kitab yang sudah menyimpang.

Otentisitas Al-Qur‘an memang tidak bisa di­ganggu gugat, karena Allah sendiri yang menjamin keasliannya. Allah menya­­takan dalam Al-Qur‘an:

“Sesungguhnya Kami menurunkan adz-Dzikr (Al-Qur`an) ini dan sungguh Kamilah Pen­ja­ganya” (Al-Hijr 9).

Imam Ibnu Katsir menya­takan, makna ayat di atas adalah bahwa Allah SWT menjadi penjaga Al-Qur‘an dari perubahan atau pergantian (Tafsir Al-Qur‘anil ‘Azhîm, II, hlm. 666). Karenanya, secara i’tiqadi, Al-Qur‘an senantiasa terjaga dari perubahan, penggantian, perombakan, atau peniruan apapun. Semuanya dijamin oleh Allah SWT.

Meski demikian, bukan berarti upaya kaum kuffar untuk memanipulasi dan menggerogoti Al-Qur‘an berhenti. Maka mereka menempuh untuk mengaburkan keyakinan umat Islam terhadap Al-Qur‘an. Mereka inginkan agar umat Islam tidak meyakini Al-Qur‘an sebagai wahyu Allah, karena bisa ditandingi dengan Al-Qur‘an tiruan yang bernama Al-Furqaul-Haqq (The True Furqan).

Pelesetan Al-Qur`an untuk Misi

Selain ada Al-Qur‘an palsu, bertebaran pula buku-buku plesetan ayat-ayat Al-Qur‘an dan Hadits. Ayat-ayat suci ini dikutip sepotong-sepotong lalu dirakit sehingga tersimpulkan seolah-olah tuhan dan juru selamat manusia adalah Nabi Isa alias Yesus Kristus. Bentuk pelesetan ini dipublikasikan dalam buku-buku dan brosur.

Buku-buku pelesetan Al-Qur‘an yang sudah beredar antara lain: Keselamatan di dalam Islam, Ayat-ayat Penting di dalam Islam, As-Shodiqul Masduq (Kebenaran Yang Benar), As-Sirrullahil-Akbar (Rahasia Allah Yang Paling Besar), Selamat Natal Menurut Al-Qur’an, Telah Kutemukan Rahasia Allah Yang Paling Besar, Ya Allah Ya Ruhul Qudus, Aku Selamat Dunia dan Akhirat, Wahyu Tentang Neraka, Wahyu Kesela­matan Allah, dan lain-lain.

Buku-buku pelesetan karya Poernama Winangun: “Upacara Ibadah Haji”, “Ayat-ayat Al-Qur’an Yang Menyelamatkan”, “Isa Alaihis Salam Dalam Pandangan Islam”, “Siapakah Yang Bernama Allah” dan “Riwayat Singkat Pusaka Peninggalan Nabi Muhammad saw.”.

Contoh brosur pelesetan: brosur Dakwah Ukhuwah, brosur Shirathal Mustaqim dan brosur Al-Barakah. Judulnya antara lain: Rahasia Jalan ke Surga, Allahu Akbar Maulid Nabi Isa as”, Kesaksian Al-Qur‘an tentang Keabsahan Taurat dan Injil”, dan lain-lain.

Isi buku dan brosur pelesetan rata-rata sama, yaitu mengutip dan mencomot Al-Qur’an dan Hadits yang diramu dan dicocok-cocokkan tanpa mengindahkan kaidah tafir, untuk mendukung doktrin kristiani bahwa Nabi Isa (Yesus) adalah Tuhan dan Juruselamat penebus dosa manusia.

Al-Qur`an Bergambar Yesus

Al-Qur‘an bercover Yesus terungkap di SLTP 1 Pakan Kamis, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat.

Pagi itu, Kamis (17/5), di ruang kelas I-1 ada dua siswa tampil ke depan hendak membacakan ayat suci Al-Qur‘an, namun batal. Ketika salah seorang dari mereka dengan siku tangannya tanpa sengaja menggeser Al-Qur‘an, kitab suci itu terjatuh. Secepatnya ia menangkap, meski hanya dapat cover-nya. Sementara, Al-Qur‘annya terjatuh.

Para siswa kaget. Bukan karena Al-Qur‘an itu jatuh, tetapi lebih pada pemandangan yang mereka lihat di pelapis dalam cover tebal. Di sana, tertempel kertas bertuliskan huruf-huruf Latin, antara lain, “Yesus Kristus” yang kemudian diikuti sejumlah kalimat lain.

Pada bagian lain terbaca pula kata-kata “Bunda Mariah, domba gembala, gereja” serta bait-bait lagu gereja. Karena kertas itu dilem ke cover Al-Qur`an, sehingga ketika dibuka, kata-kata yang ada di sana ikut tercopot sehingga tidak terbaca semuanya.

Spontan, para siswa pun berteriak. Irmawati, seorang guru agama, sebelumnya mengaku tak percaya. Setelah melihat Al-Qur‘an yang terjatuh ada tulisan tersebut, barulah ia mempercayainya. “Saya sangat kaget,” katanya. Ia langsung mengadukan itu kepada kepala sekolah.

Irmawati juga mengaku memiliki Al-Qur‘an sejenis yang di belakang covernya ada kata-kata Yesus, Budha, Wihara, dan entah apa lagi. Kasus itu pun dibawa ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang kemudian diteruskan ke kepolisian.

Kata-kata Yesus Kristus dengan huruf Latin ini dibuat pada sampul dalam Al-Qur‘an. Persisnya di tulang tempat helai demi helai Al-Qur‘an dilem dan dijahitkan. Kalau kulit Al-Qur‘an tidak dicopot, maka tulisan Yesus Kristus dan sejumlah bait lagu-lagu gereja yang ditulis di situ tidak akan pernah diketahui.

Kepsek Jufrialdi mengatakan pada akhir Februari 2004, ia bertemu dengan tokoh masyarakat Tilatang Kamang, Buya Haji Usman Husen. Karena Usman orang ternama, apalagi ia ketua Golkar Kabupaten Agam serta anggota DPRD Sumbar, maka Jufrialdi meminta agar sekolahnya dibantu pengadaan Al-Qur‘an dan mukena.

Pada 3 Maret 2004, di saat-saat kampanye legislatif, orang suruhan Usman, Linda, membeli 200 buah Al-Qur‘an di Toko Asria di Pasar Aur Kuning, Bukittinggi. Karena jumlahnya banyak, Kepsek Jufrialdi berinisiatif membagikan ke sekolah-sekolah lain. Sebanyak 60 buah Al-Qur‘an tinggal di SLTP 1, sisanya, sebanyak 20 buah diberikan ke SLTP 2, 10 untuk SLTP 3, 10 untuk SLTP 4, dan 20 untuk SLTP 5, serta sisanya untuk SMA I yang semuanya berada di Kecamatan Tilatang Kamang.

Kapolresta Bukittinggi, AKBP M Zaini, mengatakan pihaknya kini sedang melakukan penyidikan secara khusus atas kasus tersebut. “Saya tidak mau gegabah, nanti malah salah kaprah,” katanya. Sejumlah saksi telah diperiksa, termasuk pemilik toko yang menjual Al-Qur`an itu. Sementara, toko-toko lainnya tidak menjual Al-Qur`an sejenis.

Kakanwil Depag Sumbar Dalimi Abdullah menyatakan pihaknya telah membawa surat dan dua Al-Qur‘an itu ke Menteri Agama. Sedangkan Ketua MUI Sumbar, Nasrun Haroen, menegaskan masih mencari informasi lebih dalam atas masalah itu.

Salah seorang Ketua MUI Sumbar, Buya Mas’oed Abidin, menyatakan pemerintah harus bertindak, sebab kalau diam, rakyat akan marah. “Ini tidak bisa dikatakan sebagai sebuah kelalaian, mungkin di dalamnya ada unsur kesengajaan dan ini pelecehan terhadap Islam,” tegasnya.

Tokoh masyarakat Tilatang Kamang, Usman Hoesen, yang menyumbangkan Al-Qur‘an itu menyatakan yang bermasalah dari Al-Qur`an itu adalah kulitnya (cover-nya), bukan ayat-ayat di dalamnya. Al-Qur`an yang “disusupi” itu, katanya, berkulit merah. Dari 200 buah yang dibeli, ada 141 buah yang “disusupi” kata-kata Yesus Kristus, sementara sisanya bersih.

Yang disusupi itu merupakan Al-Qur‘an keluaran tahun 1994 yang dicetak Percetakan Madu Jaya Makbul Surabaya. Sementara yang bersih dicetak PT Tanjung Emas Inti Semarang. Di Mapolres saat ini ada 60 buah Al-Qur`an yang diambil dari SLTP I, lainnya masih di kecamatan.

Buku Yesus Berhias ayat Al-Qur‘an

Sementara itu, di Jakarta beredar buku putih berjudul Isa Almasih di dalam Al-Qur’an dan Hadits. Buku putih setebal 73 halaman ini jelas diluncurkan missionaris untuk menggoyang akidah umat Islam. Seluruh bagian dalam buku dari cover depan sampai penutupnya sarat dengan penghujatan ajaran Islam manipulasi sejarah dan pemutarbalikan ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Sampul depan, di atas judul “Isa Almasih di dalam Al-Qur’an dan Hadits” dipampang kaligrafi surat Az Zukhruf 61 “wattabi’uuni haadzaa shiraatum mustaqiim” (ikutilah aku, inilah jalan yang lurus). Di bawah ayat ini, dipajang gambar Yesus sedang berdiri menginjak-injak kitab suci.

Penginjil yang mena­makan dirinya (nama alias) Abd. Yadi, hanya berani berbuat, tidak mau bertanggung jawab. Karena dalam buku putihnya, dia tidak berani mencan­tumkan nama asli­nya, nama penerbit dan alamat jelasnya. Seharus­nya, jika dia meya­kini kebenaran tulisannya, dia harus ber­sikap gentleman dan jangan main lempar batu sembunyi tangan.

Tugas Imam Negara

Dari rangkaian penodaan terhadap Al-Qur‘an yang dilakukan oleh para misionaris tadi, tampak bahwa dibu­at­nya tiruan Al-Qur‘an, pengutipan ayat pada cover buku Kristen, serta pelesetan ayat untuk misi tersebut merupakan satu kesatuan mata rantai untuk menghancurkan tegaknya Islam di muka bumi.

Karena itu, sudah selayaknya kaum Muslim menyadari bahwa upaya untuk menghadang tegaknya Islam dan upaya mengembalikan mereka kepada kekufuran terus berlangsung hingga detik ini. Selain itu, upaya ‘halus’ memurtadkan kaum Muslim dengan cara memalsukan dan melecehkan Al-Qur`an merupakan kemung­karan. Untuk menghadapi kemung­karan itu, Rasulullah SAW menyatakan:

“Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemung­karan, maka ubahlah dengan kekuatan; jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisan; dan jika tidak mampu maka ubahlah dengan hati (tidak setuju dengan kemungkaran tersebut). Itu adalah selemah-lemahnya iman” (HR Ashabus-Sunan).

Hadits itu berlaku umum bagi siapa­pun. Namun, sebenarnya dalam syariat Islam, yang pertama kali harus bertang­gungjawab atas persoalan ini adalah penguasa. Rasulullah saw. menegaskan: “Pemimpin (Imam) itu adalah peng­gembala, dan dialah yang bertanggung­jawab atas rakyat yang digembalakannya.”

Dalam hadits ini jelas bahwa penguasalah yang wajib memelihara dan menjaga rakyatnya dalam segala hal, termasuk dalam hal akidahnya. Makanya, dalam pemilu capres tahun ini umat Islam jangan salah pilih. Pilihlah calon presiden yang bisa menjaga aqidah umat, dan sudah teruji pengalamannya dalam memimpin umat dalam beragama.

Tubuh Kejang, Lalu Meneriakkan Kata “Yesus!”
Hari Jumat, 4 Oktober 2002. Fitri (bukan nama sebenarnya -red) bergegas menuju kampus Politeknik Pertanian Universitas Andalas, Payakumbuh (Sumbar). Sampai di ruang kuliah, mahasiswi berjilbab ini segera mengambil tempat duduk. Dosen belum datang. Teman-temannya tampak sibuk sendiri, mengisi waktu luang. Ada yang ngobrol, menulis, membaca, ada pula yang iseng menjahili temannya.

Suana hiruk pikuk ruang kuliah di Kampus Tanjung Pati itu tiba-tiba terhenti. Bukan karena dosen datang, tapi akibat teriakan seorang akhwat (sebut saja Suci). Dia mengerang, tampak kesakitan. Nafasnya memburu, wajah pucat, tubuh penuh keringat. Tubuh Suci segera dibopong ramai-ramai. Kedua tangan Fitri turut ambil bagian. Suci dibawa ke ruang Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala), tak jauh dari ruang kuliah.

Teriakan Suci makin keras saja. Tubuhnya segera dibaringkan. Fitri memegang kaki Suci, berusaha menggerak-gerakkannya. Kembali akhwat itu mengerang. Matanya melotot. Mulutnya memaki-maki tak karuan.

Fitri sendiri merasakan ada energi aneh dari kedua kaki akhwat karibnya itu. “Rasanya seperti kena setrum listrik,” kenang Fitri.

Namun akhwat berusia 19 tahun ini berusaha tenang. Fitri bahkan berusaha membimbing temannya yang terus mengerang, agar melantunkan lafadz dzikir. “Ayo, sebut asma Allah!” pintanya.

Upaya itu ternyata belum bisa memperbaiki keadaan. Suci terus mengejang dan mengerang. Beberapa teman segera mengganti posisi Fitri yang tampak kecapaian, memegangi kaki Suci.

Fitri meninggalkan ruang Mapala yang mulai terasa pengap. Tubuhnya yang terasa lelah masih dibasahi keringat. Tiba-tiba akhwat ramah ini ingin menangis, keras. Entah apa sebabnya, pokoknya ingin menangis.

Badan Fitri bergetar. Beberapa detik kemudian tubuh semampainya limbung. Merasa tak kuasa menahan jasadnya yang seakan bertambah berat, Fitri menyandarkan diri di bangku Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Setelah itu, pandangan terasa gelap. “Entah apa yang terjadi setelah itu. Tapi sekilas saya mendengar teman-teman ribut dan tubuh saya ramai-ramai digotong,” ujar Fitri sembari terisak.

Fitri juga mendengar, teman-teman mengajaknya berdzikir. Lantunan asma Allah itu samar-samar terdengar, dan Fitri berusaha keras menirukannya. Aneh, yang terdengar teman-temannya bukan ucapan dzikir tetapi, “Yesus…Yesus!”

Erangan dan teriakan Fitri kian menjadi-jadi. Omongannya makin tak terkontrol. Kalau disuruh dzikir, Fitri malah menghardik, “Kalian anjing! Yang benar adalah Yesus!”

Tak urung, teman-temannya dibuat pusing tujuh keliling. Sampai-sampai ada seorang mahasiswi yang menyetel kaset murattal keras-keras agar Fitri mendengar lantunan ayat-ayat Allah. Beberapa saat kemudian, barulah Fitri berangsur-angsur tenang. Teriakannya tak lagi garang.

****

Kejadian di hari Jumat itu masih tertancap dalam di benak Fitri sampai kini. Perasaanya pun dihinggapi rasa dosa tak terkira karena telah mengumpat dan menghardik rekan-rekan karibnya. Meski, itu semua di luar kendali.

Yang lebih mengejutkan, ternyata tak cuma Fitri dan Suci yang mengalaminya. Sebanyak 21 mahasiswa/i lain mengalami peristiwa serupa. Jadi, ada 23 orang!

Kejadian yang sungguh aneh. “Saya tidak tahu, apakah itu yang namanya pemurtadan dengan cara hipnotis?” Fitri bertanya kepada dirinya sendiri.

Jarum jam memorinya segera diputar ke belakang. Ya, ia teringat kejadian sehari sebelumnya.

Ketika hendak meninggalkan kampus, Fitri berpapasan dengan Robert (bukan nama sebenarnya -red). “Kamu lihat temanku apa tidak?” tanya Robert sambil menyebut sebuah nama.

Mahasiswi Politeknik semester 3 ini bingung. Pasalnya, teman yang ditanyakan itu justru sedang jalan bersama Robert. Kebingungan itu membuat Fitri tak sempat mengucapkan sepatah katapun. “Aneh kan, masak teman di sampingnya ditanyakan?”

Meski tak dapat jawaban, Robert tak mengulangi pertanyaan itu. Dia justru menatap dalam-dalam sehingga Fitri agak salah tingkah. Matanya tajam, menusuk, seperti mata elang.

Melihat gelagat yang kurang baik, Fitri bergegas meninggalkan kedua temannya. Dia menuju angkutan kota yang tengah berhenti tak jauh dari tempatnya berdiri. Sejurus kemudian tubuhnya sudah berbaur dengan penumpang.

Matanya mengerling ke arah Robert, sekilas. Ternyata mata elang itu masih mengawasinya. Makin tajam.

Apakah kejadian itu yang mendatangkan petaka di hari berikutnya? “Wallahu a’lam,” Fitri menggeleng sambil mengangkat pundaknya.

Yang jelas, setelah Jumat kelabu itu, Robert tampak kikuk bila bertemu. Begitu pula teman-teman Fitri yang lain, karib Robert, yang sama-sama beragama Kristen. Sekadar senyum pun tak pernah tersungging dari mulut mereka.

Fitri sendiri lama-lama merasa tak enak hati. Maklum, pergaulannya selama ini terjalin cukup akrab. Bagi Fitri, Robert dan kawan-kawan adalah teman kuliah yang tak beda dengan lainnya. Itulah sebabnya, Fitri memberanikan diri untuk duluan menyapa.

Namun tanggapan Robert tampak dingin-dingin saja. Yah, apa boleh buat. Fitri segera berlalu, meninggalkan temannya yang kini menjelma menjadi sosok misterius itu.

Empat hari kemudian terdengar kabar bahwa Robert mau pindah kuliah. Entah kemana. Salah seorang teman memberi kabar kepada Fitri, katanya Robert mau minta maaf. “Mau minta maaf tentang apa?” tanya Fitri dalam hati.

Sampai saat ini, benak Fitri masih diliputi tanda tanya. Apa mau Robert? Kenapa dia menatap secara misterius? Kenapa Fitri dan teman-temannya mengalami kejadian aneh? Kenapa dirinya sampai bisa mengeluarkan makian kotor dan berteriak-teriak memuji Yesus? Kenapa Robert mau minta maaf?

“Wallahu a’lam!” Fitri menggeleng, lagi-lagi sambil mengangkat pundaknya.*

Diadaptasi dari dokumen Pusat Advokasi Hukum dan HAM (PAHAM) Padang, oleh Dodi dan Pambudi dari Hidayatullah


Hantu Pemurtadan Gentayangan di Sekolah

Jangan terkecoh dengan penampilan sekolah umum. Bisa jadi itu adalah sekolah Nasrani yang terselubung

Anda yang saat ini sedang sibuk mencari sekolah untuk putra-putri tercinta, waspadalah! Baru-baru ini, tim Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan (Fakta) “mengamankan” 50-an Injil dari SMP dan SMK “Bina Kusuma” di Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Kitab-kitab itu diperoleh dari siswa/i beragama Islam yang sekolah di lembaga swasta tersebut. “Sekolah itu tampil dengan status swasta umum, tidak sebagai sekolah Kristen,” kata Abu Deedat Syihabuddin, Sekjen Fakta.

Metode Kristenisasi lewat sekolah kini menjadi trend baru. Yaitu melalui sekolah-sekolah swasta yang sebenarnya menyembunyikan misi pemurtadan. Akibatnya, banyak ummat Islam yang terkecoh. “Maunya menyekolahkan anak di sekolah swasta, eh… ternyata itu punya misionaris atau zending,” lanjut Abu Deedat.

Sekolah swasta semacam ini pada mulanya tak segan mengangkat guru-guru Muslim. Bahkan sebuah sekolah di daerah Bintara, Bekasi (Jawa Barat), sengaja mengangkat mantan guru madrasah menjadi kepala sekolahnya. Maksudnya, agar kaum Muslimin di sekitarnya tak ragu untuk menyekolahkan anaknya di sana.

Namun sang kepala sekolah tersebut kini telah didepak, diganti yang beragama Nasrani. Beberapa guru Muslim pun mengalami nasib yang sama. Nama sekolah berubah, menjadi lebih tampak nuansa Nasraninya. Pelajaran agama Islam ditiadakan.

Modus operandi semacam itu juga terjadi di wilayah Yogyakarta. Sekolah-sekolah Nasrani biasanya “membungkus” dirinya dengan nama-nama yang kental Jawa-nya, seperti Marsudi Luhur, Pangudi Luhur, Sanjaya, Widodo, dan semacamnya. Bahkan ada sebuah taman kanak-kanak di Pakem (sekitar 15 km arah utara Yogyakarta) beridentitas TK “ABA”, padahal itu lembaga pendidikan Nasrani. Selama ini, menyarakat mengetahui nama TK “ABA” selalu identik dengan taman kanak-kanak yang dikelola Muhammadiyah.

Saat ini ada sekitar 1300 siswa/i Muslim di Yogyakarta yang terjebak di sekolah Nasrani. Diduga mereka bahkan mereka telah murtad.

Tidak mengherankan, sebab sekolah swasta seperti di atas memang mengemban semangat “dakwah” sebagaimana lembaga pendidikan Nasrani pada umumnya. Sekolah Katolik misalnya, akan selalu berpedoman kepada Surat Kongregasi Pendidikan Katolik yang mengemban misi pemurtadan.

Dalam Kongregasi Nomor 35, disebutkan bahwa tujuan sekolah ini adalah “… membangun manusia seutuhnya, karena di dalam Kristus, manusia sempurna, semua nilai manusia dipenuhi dan disatukan. Di sinilah letak ciri khas Katolik dari sekolah”.

Hal serupa tercantum pada nomor 45. Yaitu “Sekolah Katolik mempunyai tugas khusus membentuk murid-muridnya menjadi Kristen seutuhnya…”

Pengajian Bersama
Hantu pemurtadan juga gentayangan di kampus-kampus. Infiltrasinya lebih halus, misalnya dengan mengadakan kajian bersama lintas agama. Salah satunya yang diselenggarakan oleh Forum Stafuka, sebuah kelompok diskusi yang didirikan tanggal 19 April 2000 atas kerjasama Sekolah Tinggi Teologi (STT) Apostolos Jakarta dan HMI Komisariat Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dalam situsnya di internet, Stafuka mengaku beranggotakan lima perguruan tinggi. Yaitu STT Apostolos Jakarta, Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor, dan Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri.

Sementara itu Drs Amal Fathullah Zarkasyi, MA, Pembantu Rektor III ISID, PM Darussalam Gontor membantah pihaknya menjadi anggota Forum Stafuka, dan menyatakan dengan tegas lembaganya anti Kristenisasi dan anti segala bentuk pemurtadan lainnya.

Selain mengadakan kajian bersama, Stafuka juga rutin mengadakan Pekan Komunikasi Agama-agama (PEKA). Acaranya meliputi doa bersama, pentas seni, teater, dan talkshow. PEKA 1 telah berlangsung di Aula Serba Guna dan Aula Madya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1-2 Juni 2001). PEKA 2 berlangsung di Aula IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (9-13 November 2001).

Pada tanggal 21 dan 23 Oktober 2002, Stafuka menggelar “Pengajian Kristologi” di kampus UIN Syarif Hidayatullah. Bertindak sebagai narasumber adalah KAM Jusuf Roni, seorang pendeta yang selama ini reputasinya sudah cukup kesohor sebagai penghina Islam. “Saya heran, Jusuf Roni kok bisa jadi pembicara di lembaga pendidikan Islam,” kata Abu Deedat.

Memang, para mahasiswa UIN, ISID, IAIT, dan IAIN itu masih mengaku beragama Islam. Namun di mata Abu Deedat, mereka hakikatnya sudah murtad. Arti murtad di sini tidak cuma sebatas pada keluar dari agama Islam. “Orang yang telah mengalami pendangkalan aqidah sehingga menganggap bahwa semua agama itu sama benarnya, tergolong murtad juga. Mereka ini sering mengadakan doa bersama, pengajian bersama, dan ritual yang campur aduk dengan berbagai agama.”

Misi pemurtadan secara halus semacam ini digerakkan oleh empat tokoh utama. Pertama, Pendeta KAM Jusuf Roni. Rektor STT Apostolos ini gencar menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan Islam, termasuk pesantren.

Kedua, Bambang Noorsena. Ini adalah pentolan Kristen Ortodoks Syiria (KOS). Dalam hal ritual dan pakaian, orang-orang KOS sangat mirip dengan kaum Muslimin. Di sekitar kawasan Surabaya, banyak orang yang terkecoh dibuatnya.

Ketiga, Pendeta Josias Lengkong. Pimpinan Sekolah Teologi Kalimatulloh Jakarta ini sehari-hari tampil memakai peci. Kalau pas acara wisuda, dosen dan mahasiswanya tampil serupa. Tak beda dengan wisuda anak-anak TPA.

Keempat, Pendeta Eddy Sapto. Yang satu ini lebih berkonsentrasi menggarap kalangan lapis bawah, seperti buruh, petani, dan pengangguran. Setahun lalu Eddy Sapto ketahuan menyekap puluhan orang untuk dimurtadkan. Mereka dijanjikan lapangan kerja lewat Yayasan Dian Kaki Emas Bekasi. Ternyata bukan pekerjaan yang diterima, tetapi Injil dan pelarangan shalat.

Sekolah atau lembaga pendidikan hanyalah salah satu wahana pemurtadan. Masih ada 1001 sarana dan cara lain. Mereka mengepung kaum Muslimin dari segala penjuru. Caranya beragam, mulai dari pembagian peralatan sekolah, bantuan beasiswa, janji lapangan kerja, sampai hipnotis.

Tampaknya gerakan itu cukup berhasil. Salah satu indikasinya, laju tumbuh ummat Islam di Indonesia cenderung stagnan. Berdasar data yang dihimpun Fakta, pertumbuhannya cuma 2,75% per tahun. Bandingkan dengan ummat Katolik yang mencapai 4,6%, atau dua kali lipat pertumbuhan penduduk (2,34%). Sementara ummat Protestan meningkat 4,5%, Hindu 3,3%, dan Budha 3,1%.

Survei antar sensus Biro Pusat Statistik tahun 1990 menunjukkan, ummat Islam mencapai 87,5% dari total penduduk Indonesia yang mencapai 200-an juta jiwa. Namun pada tahun 1999 persentase itu menurun drastis, menjadi cuma 75%.

Jadi, jangan terlena dengan sebutan mayoritas, atau negeri Muslim terbesar di dunia!

(Masjidi, Bachroni, Jumari, Pambudi)


Sebungkus Supermi di Gereja Dekat Sekolah

Kata “Allah” (dengan lafal ‘Alloh’) agak sulit diucapkan oleh anak-anak Muslim di Balang Buki, sebuah kampung terpencil yang berjarak 13 km dari Malino (Sulsel). Mereka lebih fasih mengucap “Tuhan Allah” (dengan lafal ‘Alah’) atau “Yesus Kristus”.

Saban hari, mereka memang dididik oleh guru-guru yang tidak pernah memperkenalkan kata yang tepat untuk itu. Maklum, tunas-tunas muda itu sekolah di SD Bala Keselamatan (BK). Semua guru beragama Kristen. Anak-anak pun tak pernah tahu kalau mereka sebenarnya punya hak mendapat Pelajaran Agama Islam.

Mau bergantung kepada orangtua, susah juga. Bapak-ibu jarang ke masjid atau ikut majelis ta’lim. Saat shalat Jumat saja baris shaf-nya maksimal cuma 2. Sekitar 25 orang lah. Padahal masjid di Balang Buki cuma ada satu. Bandingkan dengan jumlah penduduk Muslimnya yang mencapai 700-an jiwa.

Kalau gereja malah ada dua. Yaitu Gereja Bala Keselamatan dan Gereja Jemaat Paunna Baji. Padahal jumlah pemeluk Kristen cuma ada 14 KK. Sebagian di antaranya adalah mantan Muslim, yang terpesona dengan buju rayu aktivis gereja.

Bagi warga pegunungan yang sering tertutup kabut ini, SD BK adalah pelita di tengah kegelapan. Sekolah yang dirintis sejak tahun 1970 ini menjadi satu-satunya lembaga pendidikan di sana. Untunglah sejak tahun 1990 lalu pemerintah mendirikan SD Inpres. Kini malah sudah ada Madrasah Ibidaiyah. Namun pesona SD BK rupanya terus membekas di hati warga, sampai saat ini.

Fasilitas yang disediakan SD BK memang terasa wah. Gurunya disiplin, karena konon gajinya cukup tinggi. Para siswa sesekali dapat uang saku, bantuan beras, pakaian, sampai Supermi. “Itu diberikan kalau anak-anak pergi ke gereja yang letaknya bergandengan dengan sekolah,” kata seorang warga, sebut saja Muhtadin, yang juga alumnus SD BK.

Siapapun yang sekolah di sini tak dipungut biaya. Berbeda dengan sekolah-sekolah di kota yang memakan dana berjuta-juta. “Di sini cuma-cuma. Gratis,” kata Yosef Suparmin (56), salah satu guru yang juga seorang pendeta.

Menurut Yosef, sekolah dan organisasi Bala Keselamatan memang ingin membantu masyarakat yang kurang mampu. Bentuknya bermacam-macam, ada santunan untuk yatim piatu, bantuan kemanusiaan, beasiswa, dan pendidikan gratis. “Apa yang kami berikan untuk anak-anak Balang Buki adalah bagian dari itu,” katanya.

Tentu saja warga Balang Buki yang sebagian besar cuma menjadi petani sayuran ini girang hati. Salah satunya dirasakan oleh keluarga Muhtadin. Begitu gembiranya sampai-sampai mereka terjerembab ke pelukan gereja.

Muhtadin pun cerita tentang pengalamannya sekolah di SD BK, yang kini juga dialami oleh putri tercintanya, sebut saja Nurul. Anaknya kini duduk di Kelas III SD BK.

Pelajarannya tak berbeda dengan sekolah pada umumnya. Cuma, tidak ada pelajaran Agama Islam meskipun mayoritas siswanya anak-anak Muslim. Saat ini jumlah siswanya ada 60, dan yang beragama Kristen cuma 9 orang.

Tiap mulai dan mengakhiri pelajaran, siswa/i diajak berdoa. Caranya dengan menundukkan kepala sekitar satu menit. Jadi, dengan cara doa ala Kristen, bukan Katolik. “Kalau cara Katolik kan tangannya harus menyentuh dahi, hidung, kemudian telinga kiri dan kanan,” jelas Muhtadin.

Anak-anak juga sering mendapat foto kopian Injil. Guru-guru berpesan, foto kopian itu harus dipelajari baik-baik di rumah.

Tak mengherankan kalau siswa dan keluarganya lantas berbondong-bondong masuk Kristen. Termasuk Muhtadin, yang “dimandikan” saat umur 6 tahun oleh Pendeta Umar (kini sudah meninggal). “Saya disucikan dulu sebelum masuk Kristen,” kenangnya.

Sejak itulah Muhtadin (yang berasal dari keluarga Muslim) tercatat sebagai pengikut Bala Keselamatan. Setelah menikah dan punya anak, otomatis keluarganya pun 100% Kristen. Anaknya yang lahir langsung dibaptis, agar suci. “Saya masih menyimpan surat pembaptisannya,” kata istri Muhtadin.

Untuk memperlancar misinya, aktivis Bala Keselamatan tak cuma menggarap sekolah. Menurut Aliruddin, Kepala Desa setempat, pengerasan jalan sepanjang 5 km yang melintasi Balang Buki juga jasa mereka (1986). “Ini sangat membantu masyarakat yang sebelumnya harus berbecek-becek ketika hujan,” ujarnya.

Warga ramai-ramai mengerjakan proyek itu. Selain agar kampungnya terasa nyaman, juga ada pembagian beras sebanyak 3 ton dan ratusan dus Supermi. “Kami jadi lebih semangat,” kata salah seorang warga yang tak mau disebut namanya.

Otomatis, seiring mulusnya jalan Balang Buki, kian lancar pula laju Kristenisasi. Warga yang murtad terus bertambah, bahkan sempat mencapai 200-an orang.

Untunglah kegiatan para “gembala” agak bisa dikendalikan sejak 1995 lalu. Beberapa organisasi kemasyarakatan dan lembaga pendidikan Islam mulai datang. Warga Muslim yang telah murtad sedikit demi sedikit kembali mengucap syahadat. “Saya sekeluarga Alhamdulillah telah kembali ke pangkuan Islam sejak 3 tahun lalu,” kata Muhtadin.

Kesadaran warga untuk menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan Islam atau sekolah negeri mulai tumbuh. Madrasah Ibtidaiyah Balang Buki kini cukup ramai, meski fasilitasnya masih kalah megah dibanding SD BK.

Kini, anak-anak Balang Buki tak kaku lagi melafalkan kata “Allah”. Bahkan sangat fasih teriak “Allahu Akbar!” (Sarmadani/Pambudi)


“Saya Menyesal”

Saya sekolah di SMA Tarakanita 1, Jl Pulo Raya Jakarta Selatan, tahun 1993-1996. Tidak ada seorangpun yang menggiring saya untuk masuk ke sana. Jadi, itu murni kesalahan saya dan keluarga yang beragama Islam.

Kalau sudah masuk di situ, ya apa mau dikata. Hitam putihnya proses belajar mengajar menjadi hak tuan rumah. Seperti halnya di pesantren, Tarakanita punya misi dakwah sendiri sesuai identitasnya sebagai sekolah Katolik.

Tidak ada pelajaran agama selain Agama Katolik. Dalam pelaksanaanya, ada kelompok-kelompok tersendiri. Yang non-Katolik dipisah. Siswa/i Katolik pun terbagi dua, antara yang sudah dibaptis kedua dan yang belum.

Bagi siswa/i non-Katolik atau yang baru sebatas simpatisan, cuma diberi pelajaran etika. Misalnya etika kepada orangtua, kepada adik, kakak, teman, dan sebagainya. Tentu saja semua mengacu kepada nilai-nilai yang diajarkan dalam Bibel.

Murid yang sudah Katolik beneran (sudah dibaptis kedua -red), mendapat materi pelajaran agama yang mendalam. Barangkali seperti di pesantren atau lembaga pendidikan Islam ya, ada semacam pelajaran aqidah, fiqih, sirah, dan semacamnya.

Alhamdulillah, meski tiap hari bergaul dengan teman-teman non-Muslim, saya tidak terpengaruh. Padahal nilai pelajaran Agama Katolik saya mencapai 9 terus lho!

Teman-teman dan para suster pun sikapnya wajar-wajar saja. Tapi kalau pas berdoa, suaranya keras banget. Suster-suster itu kadang galak.

Seminggu sekali kami harus ikut misa. Untunglah sekolah saya itu letaknya jauh dari gereja sehingga ritual ini diselenggarakan di aula. Di sekolah lain yang sejenis, misanya selalu diadakan di gereja.

Jangan coba-coba membolos. Pasti dikejar-kejar dan dimarahi. Tapi kalau sudah berada di aula, kami bisa santai-santai saja kok. Tak usah mendengarkan acaranya. Mau sambil tiduran, baca komik, atau belajar Matematika, tidak masalah. Yang penting nongol.

Cukup banyak siswa/i beragama Islam yang wajib ikut misa. Di sekolah saya waktu itu, murid yang Muslim mencapai sekitar 40%. Paling banyak. Sekitar 15-20% lainnya non-Muslim sekaligus non-Katolik, seperti Kristen, Hindu, Budha dan Khong Hu Chu. Jadi kalau dihitung-hitung, yang beragama Katolik malah sedikit.

Dalam hal ibadah sesuai keyakinan yang dianutnya, sangat tergantung kepada siswa/i masing-masing. Sekolah tidak memberi alokasi waktu untuk beribadah. Kebetulan, pelajaran sudah usai pukul 12.30 WIB. Saya biasa shalat Dzuhur di mushalla yang letaknya bersebelahan dengan sekolah. Sepi, rasanya adem. Tapi saya sering diteriaki anak-anak kecil di dekat mushalla itu, katanya, “Ada orang Kristen masuk Islam.. ada orang Kristen masuk Islam!”

Barangkali ketekunan untuk tetap beribadah seperti itu yang membuat saya tidak goyah imannya. Teman-teman yang lain, saya tidak tahu.

Kalaupun ada siswa/i yang terpengaruh atau bahkan murtad, saya rasa bukan semata-mata faktor sekolah. Lingkungan pergaulannya juga berperan. Pelajaran agama tidak ada. Otomatis, anak-anak tidak pernah mendapat siraman ruhani yang sesuai dengan agama yang dianutnya. Mereka juga tidak pernah ke masjid, tetapi lebih sering ke bioskop, kafe, atau diskotik. Apalagi kalau orangtuanya tak pernah memperhatikan pembinaan agama, tentu kondisinya akan semakin parah.

Tak heran bila banyak teman saya yang beragama Islam tapi tak bisa melafalkan kata “Alloh”. Mereka lebih fasih mengucap “Allah”. Bacaan Al-Fatihah juga tidak bisa karena memang tak akrab dengan mulutnya.

Tetapi kalau saya lihat, ada juga lho lembaga pendidikan Islam yang akhlaq siswanya lebih buruk dibanding sekolah saya yang notabene kafir. Jadi, saya kira kita tak bisa semata-mata menyalahkan siswa/i yang sekolah di lembaga pendidikan non-Islam. Lembaga pendidikan Islam juga harus mengoreksi diri dengan terus meningkatkan kualitasnya.

Namun tentu saja saya menyesal telah sekolah di lembaga semacam Tarakanita. Seorang teman bilang, uang sekolah yang selama ini dibayarkan oleh orangtua saya ternyata sebagian digunakan untuk misi Katolik. Ada yang untuk membangun gereja, biara, menyekolahkan pastur, suster, dan untuk menjalankan program Kristenisasi di desa-desa.

Astaghfirullah! Kalau ingat hal ini, saya langsung menangis. Tanpa sadar ternyata saya saya telah mendukung kegiatan pemurtadan terhadap saudara-saudara seiman. Dan itu berlangsung selama bertahun-tahun, dengan uang berjuta-juta.

Alhamdulillah, saat ini saya berkesempatan mendalami agama Islam. Sejak dua tahun lalu saya memutuskan untuk berjilbab, meskipun saat ini berada di daerah biangnya pemurtadan atau Kristenisasi. Saya juga kursus Bahasa Arab. Mohon doanya, semoga saya bisa tetap istiqomah menjalaninya. Amin.

Seperti diceritakan oleh Rini (bukan nama sebenarnya), mahasiswi Jurusan Teknik Elektro Ohio State University Amerika Serikat, kepada M Bachroni


Spanduk Penangkal Murtad

Di Yogyakarta, gerakan anti sekolah Nasrani membuahkan hasil nyata. Berkat sosialisasi terus-menerus dan tersedianya lembaga pendidikan Islam yang berkualitas

Saat tahun ajaran baru, kesibukan pengurus Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) Yogyakarta biasanya bertambah. Organisasi yang menghimpun berbagai elemen ummat Islam ini harus menggelar acara rutin, yaitu lomba spanduk antarmasjid se-DIY. “Spanduk anti sekolah Nasrani,” kata Muhammad Jazir ASP, salah seorang pengurus.

Tradisi ini dimulai sejak tahun 2001 lalu, beberapa saat setelah keluar fatwa dari MUI DIY yang mengharamkan kaum Muslimin sekolah di lembaga pendidikan Nasrani. Dengan penuh semangat, FUI menyambutnya. Fatwa itu lantas ditempel di masjid-masjid, tersebar di seluruh penjuru Yogyakarta. Juga memasang spanduk di tempat-tempat strategis.

Namun membuat spanduk untuk memenuhi wilayah Kota Pelajar perlu biaya besar. Kas FUI yang saat itu cuma Rp 1 juta tak mencukupi. Muncullah ide nakal untuk menggelar lomba spanduk antarmasjid.

Meski terkesan nakal, namun ini bukan lomba main-main. Ada kriteria cukup ketat untuk menentukan juaranya, yaitu menyangkut materi, lokasi pemasangan, dan desain. Pemenangnya mendapat hadiah Rp 1 juta, diambil dari kas FUI tadi. “Lumayan kan, bisa untuk menambah kas masjid,” kata Jazir.

Tanpa diduga, peserta membludak. Tahun ajaran 2001/2002 lalu, peserta lomba mencapai 180 masjid. Menurut pengamatan Jazir, banyak pula masjid yang memasang spanduk serupa tetapi tidak mendaftarkan diri sebagai peserta lomba. Jadi bisa dipastikan, di seantero wilayah Yogyakarta jumlahnya mencapai ratusan. “Masjid di daerah Gunung Kidul pun mendaftar, dan minta panitia lomba untuk menilainya ke sana.”

Selain perang spanduk, FUI juga menerbitkan direktori sekolah yang tidak boleh dimasuki para pelajar Muslim. Jelas, yang dimaksud di sini adalah sekolah-sekolah Nasrani. Ini penting, sebab sebagian masyarakat sering terkecoh dengan nama-nama sekolah yang kental nuansa Jawa-nya tetapi sebenarnya itu sekolah Nasrani. Misalnya Marsudi Luhur, Pangudi Luhur, Sanjaya, Widodo, dan banyak lagi. “Dengan adanya direktori, masyarakat tidak akan salah pilih,” kata Jazir.

Gerakan anti sekolah Nasrani mulai menampakkan hasil. Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ada 14 SLTP dan SLTA Nasrani di Kota Yogyakarta yang bangkrut akibat kekurangan murid. “Siswa yang mendaftar ke sekolah menengah Nasrani menurun sekitar 30%. Banyak pula SD Nasrani yang tutup,” kata Sugito, Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Yogyakarta.

Tentu saja “prestasi” itu bukan semata-mata karena spanduk. Di kawasan DIY, lembaga-lembaga pendidikan Islam memang mampu tampil dengan kualitas yang membanggakan. Jazir menyebut seperti SD Muhammadiyah Sapen yang kini buka cabang di puluhan kecamatan, SMU Muhammadiyah 1, MAN III Yogyakarta, dan beberapa sekolah lain yang mampu berprestasi di tingkat regional maupun nasional. “Jadi tak ada lagi alasan bagi kaum Muslimin untuk menyekolahkan anak di lembaga pendidikan Nasrani, yang selama ini dianggap lebih maju dibanding lembaga pendidikan Islam,” ujar Jazir.

Pengalaman menarik pernah terjadi di Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulonprogo, sekitar 30 km arah barat daya Yogyakarta. Di wilayah ini, cuma ada satu sekolah kejuruan, yaitu SMK (STM) Bopkri yang dikelola yayasan Nasrani. Siswa/i beragama Islam pun terpaksa sekolah di sini, tanpa mendapat pelajaran agama Islam.

Pada tahun 2001 berdiri SMK Negeri Samigaluh. Berkat seruan tokoh-tokoh Islam (bahwa sekolah Nasrani adalah haram), sekitar 181 siswa/i memilih “hijrah”. Akibatnya, di SMK Bopkri cuma tersisa beberapa gelintir siswa.

Untuk mencapai SMK Negeri Samigaluh, para siswa harus susah payah jalan kaki karena tak ada alat transportasi. Tokoh-tokoh Islam pun akhirnya urunan (iuran) membeli truk sebagai sarana pengangkut. Alhamdulillah, tunas-tunas bangsa itu kini tak perlu berjalan kaki. Dan yang lebih penting lagi, otaknya tidak tercuci sekolah Nasrani. (Bachroni/Pam)

Sumber Hidayatullah : Edisi 03/XVI 2003

Mengenai Bible

Posted: 18 Juni 2010 in Pemurtadan
Tag:

Kitab ini diturunkan pada Nabi Isa a.s dalam bahasa Yahudi Kuno (Ibrani).

Kitab pertama yang asli telah dimusnahkan oleh Paulus dari pihak Gereja Pauline pada 325 M. Semua naskah Injil yang bertentangan dengan Injil resmi kerajaan Romawi saat itu dibakar. Siapa saja yang memiliki salinan naskah asli dihukum mati. Kitab Injil tertua saat ini ada dalam bahasa Yunani Kuno, bukan Yahudi kuno (Ibrani).

Terdiri dari :
Kitab Perjanjian Lama (Old Testament) yang berisi Taurat dan Zabur
Kitab Perjanjian Baru (New Testament) yang berisi Injil Markus, Matius, Lukas dan Yahya, perkataan Nabi Isa dan surat pendakwah (Paulus ).

Siapakah Yang Menulis Injil.

Di dalam kitab Injil terdapat 2 bagian yaitu Kitab Perjanjian Lama dan Kitab Perjanjian Baru. Namun begitu Umat Kristian melarang penganutan terhadap Kitab Perjanjian Lama. Sebelum diadakan usaha-usaha membentuk kitab Perjanjian Baru, kitab Injil terdiri daripada 75 bab / surah. Surah ini dikarang oleh perseorangan atau kumpulan pendeta. Inilah yang menyebabkan kitab tersebut mengandung banyak pertentangan dan perbedaan yang serius dan nyata. Pengumpul-pengumpul kitab tersebut juga tidak hidup semasa zaman Nabi Isa atau tatkala Nabi Isa masih hidup. Kebanyakan mereka lahir selepas 20-40 tahun setelah peristiwa penyaliban.

Kitab Perjanjian Baru ini baru ada semasa persidangan Nicea pada tahun 325 M di mana semua ketua gereja berkumpul untuk menentukan kembali isi kitab Injil. Sejumlah 27 risalah saja dari sekian banyak risalah ditentukan sebagai yang betul, setelah itu 27 risalah ini dijilidkan menjadi kitab Perjanjian Baru.

Kitab perjanjian ini terdiri dari sejarah dan pelajaran. Bagian sejarah terkandung dalam Injil Matius, Markus, Lukas dan Yahya. Sementara bagian pelajaran terdiri dari 21 risalah yaitu : 14 risalah Paulus, 3 risalah Yahya, 2 risalah Petrus, 1 Yakub dan Yahuda.

Injil Matius

Nama Injil Matius diambil dari nama pendeta Matius dari gereja Alexandria Mesir dalam bahasa Hebrew. Beliau dipercayai sebagai orang pertama yang menghasilkan risalah kandungan sejarah. Hasil karangan Matius ini dikarang 20 – 27 tahun setelah Nabi Isa tiada. Bahkan kitab asli karangan Matius sendiri telah hilang, ini diakui sendiri oleh umat Kristian. Setelah itu injil dalam Bahasa Yunani dijumpai, dan dikatakan sebagai Injil karangan Matius. Banyak tokoh Kristian menolak pendapat bahwa Injil ini merupakan karangan Matius, tetapi sebaliknya merupakan karangan gurunya, Petrus.

Injil Lukas

Injil Lukas diambil dari nama pendeta Lukas dari tahun 25 – 30 M. Beliau juga tidak pernah bertemu Nabi Isa. Banyak tokoh Kristian sendiri mengakui bahwa Injil karangan Lukas merupakan fakta palsu yang bukan merupakan ajaran Nabi Isa. Sebenarnya beliau mengarang injil ini disebabkan tekanan geeja waktu itu. Begitu juga dengan Markus dan Yahya. Kesemuanya tidak pernah hidup sezaman dengan Nabi Isa.

Injil Yahya

Kitab Injil Yahya diambil dari nama pendeta Yahya atau lebih dikenal sebagai Yohanes. Beliau merupakan putera saudara perempuan Maryam yaitu ibu Nabi Isa. Yahya mengarang injilnya dalam bahasa Yunani antara tahun 45 – 65 M. Banyak pendeta meragukan kandungan Injil Yohanes ini. Bahkan Encyclopedia Britanica menegaskan bahwa Injil yahya tidak syak lagi di karang oleh seorang mahasiswa Institusi Iskandariah dan bukannya karangan Yahya.

Persoalan mengapa di dalamnya berisi Taurat juga tidak dapat di jawab dengan pasti dan tepat. Ini mungkin juga merupakan bukti bahwa orang Yahudi selalu ingin memalsukan fakta Injil asli, karena bagi mereka, Yahudi, mereka senang bila dapat menyesatkan kaum Kristian dari ajaran asli Nabi Isa, dan mereka berhasil.

Persidangan Nicea

Menurut perkiraan para ahli sejarah, kitab Injil yang masih asli belum diikuti campur tangan para pendeta, masih ada hingga 325 M. Setelah tahun 325 M, kitab ini mulai dinodai oleh Raja Konstantin Rom pada Persidangan Nicea. Karena semasa persidangan ini terdapat perdebatan dan pertentangan pendapat mengenai ketuhanan dan kenabian Isa, perdebatan dalam ajaran pokok, akidahnya. Satu pendapat (Golongan Arius) mengatakan bahwa Nabi Isa hanyalah seorang manusia dan Nabi yang membawa ajaran agama dari Tuhan. Satu pihak lagi mengatakan bahwa Nabi Isa ialah “anak Tuhan”.

Pendapat tentang Isa “anak tuhan” ini didukung oleh pihak gereja dari Alexandria yang diketuai oleh penolong Bishop Iskandariah bernama Athanasius.

Raja Konstantin mempunyai niat tersirat untuk campur tangan dalam hal agama, demi menjaga hak politiknya agar tidak jatuh ke tangan orang lain. Semasa persidangan tersebut, sebanyak 2048 orang Uskup telah hadir untuk membincangkan perselisihan pendapat mengenai Nabi Isa.

Sebanyak 1730 orang telah setuju bahwa Nabi Isa adalah seorang manusia biasa yang diutus Allah, 318 orang mengatakan bahwa Isa ialah Anak Tuhan. Walau bagaimanapun majoritas pendapat ini ditolak mentah-mentah Raja Konstantin dan mengambil pendapat minoritas, yaitu Nabi Isa adalah seorang anak Tuhan.

Arius ketua pendukung bahwa Nabi Isa bukan anak Tuhan.

Arius (250-336 M) adalah salah seorang murid utama Lucian berbangsa Libya yang juga bersama-sama dengan gurunya menegakkan ajaran Tauhid kepada Allah, Arius merupakan seorang presbyter (ketua majelis agama /gereja) digereja Baucalis Alexandria, salah satu gereja tertua dan terpenting di kota itu pada tahun 318 M.

Sejak mangkatnya Lucian pada tahun 312 M ditangan orang-orang gereja Paulus, perlawanan Arius terhadap doktrin Trinity semakin memuncak, dan dalam perjuangannya ini, Arius mendapatkan dukungan dua orang saudara Kaisar Constantin yang bernama Constantina dan Licunes.

Arius dianggap sebagai seorang pemberontak Trinity dengan mendasarkan

teori:
“Jika Jesus itu benar-benar anak Tuhan atau Tuhan itu sendiri, maka Bapa harus ada lebih dahulu. Oleh karena itu harus ada “masa” sebelum adanya anak. Artinya anak adalah makhluk. Maka anak itu pun tidak selamanya ada atau tidak abadi. Sedangkan Tuhan yang sebenarnya haruslah abadi, berarti Jesus tidaklah sama dengan Tuhan.”

Atas pandangan Arius tersebut, sebanyak 100 orang pendeta Mesir dan Libya berkumpul untuk mendengar pandangan Arius. Pada waktu inilah juga Arius mengemukakan kembali pendangannya :
“Ada masa sebelum adanya Jesus, sedangkan Tuhan sudah ada sebelumnya. Jesus ada kemudian, dan Jesus hanyalah makhluk biasa yang bisa binasa seperti makhluk-makhluk lainnya. Tetapi Tuhan tidak mungkin binasa.”

Arius memperkuat pendapatnya dengan sejumlah ayat-ayat Bible seperti Yohanes 14:8, “Bapa lebih besar daripada Jesus”; Seandainya kita mengakui bahwa Jesus adalah sama dengan Tuhan, maka kita harus menolak kebenaran ayat Yohanes tersebut.

Pendapat Arius ini secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut : „Jika Jesus memang “anak Tuhan”, maka akan segera disertai pengertian bahwa “Bapak Tuhan” haruslah ada terlebih dahulu sebelum adanya sang “Anak”.

Oleh sebab itu tentulah akan terdapat jurang waktu ketika “Anak” belum ada. Oleh karena, “Anak” adalah makhluk yang tersusun dari sebuah “esensi” atau makhluk yang tidak selalu ada. Dan Tuhan merupakan suatu zat yang bersifat mutlak, kekal, tidak terlihat dan berkuasa, maka Jesus tidak mungkin bisa menjadi sifat yang sama sebagaimana sifat Tuhan.

Argumen Arius ini tidak dapat dilawan lagi, maka mulai tahun 321 M Arius dikenal sebagai seorang presbyter pembangkang. Ia mendapat banyak dukungan dari Uskup-uskup daerah Timur. Hal ini membuat Alexandria (yang pernah menghukum mati Origen tahun 250 M) menjadi semakin marah.

Arius pula orangnya yang sangat menentang keras keputusan Nicea pada tahun 325 M, sehingga senantiasa mendapatkan tantangan dari orang-orang gereja Paulus. Pada tahun 336 Arius dibunuh di Constantinopel dalam satu muslihat yang licik.

Setelah pembunuhan ini segala usaha menentang trinitas dilawan habis-habisan. Naskah Injil diseragamkan. Naskah yang tidak sama dengan pihak Gereja Pauline dimusnahkan, dihapuskan di bumi Kerajaan Romawi. Inilah sejarah awal tersesatnya ajaran Kristian.

Mengenai Bible (2)

Dalam persidangan Nicea, beberapa Doktrin diperkenalkan, diantaranya Doktrin Trinitas dan Doktrin Penebusan Dosa. Konsep Trinitas sebenarnya telah direka oleh Athanasius, seorang pegawai Gereja Mesir dari Iskandariah, diterima oleh Majelis Nicaea pada 325 M.

Konsep Trinity [KeEsaan Tiga] ini serupa filsafat Plato, kepercayaan Yunani, ‘Neo – Platonisme” yang mempercayai “Tiga Kekuatan”. Kemungkinan doktrin trinitas tertulari kepercayaan Yunani kuno ini. Trinity yang di pelopori oleh Paulus merupakan ajaran agama Yunani- Romawi, yaitu kerajaan yang berkuasa di Rom pada masa itu. Jadi paham trinitas dari Katolik Roma atau pun aliran kristen yang lain jelas merupakan hasil proses masuknya ajaran lain dalam ajaran Isa, dan bukannya ajaran asli Nabi Isa sendiri !.

Begitu juga dengan Dokrin Penghapusan Dosa yang dipelopori Gereja Alexandria di mana mereka mengatakan bahwa Nabi Isa telah disalib demi tujuan menyelamatkan seluruh umat manusia. Ajaran ini juga jelas hasil proses masuknya ajaran agama romawi Kuno. Hari Minggu yang dianggap hari Suci bagi agama Kristian merupakan hasil pengaruh daripada Kepercayaan ini dan tanggal 25 Desember yang diperingati sebagai Natal, Sebenarnya merupakan tanggal kelahiran tuhan Matahari mereka yaitu “Mithra” dan jelas bukan tanggal lahir Nabi Isa.

Mulai tahun 1582 di Rheims, Bible diterjemahkan dari bahasa Latin berdasarkan Bible Versi Tyndale. (Yang digunakan Gereja Katolik Rom) juga dikenali sebagai Roman Katolik Version. Ini merupakan versi bible yang tertua yang dikenal.

Sejak itu sebanyak 4 kali terjemahan telah dibuat. Pada tahun 1611 King James I telah memerintahkan supaya dilakukan penulisan ulang karena terdapatnya pertentangan yang meragukan. Versi penulisan ulang ini kini dinamakan King James Version (KJV) yaitu dengan tidak memasukkan 7 buku kecil (bab). Versi ini selanjutnya dirilis ulang pada tahun 1881 dan diperbaharui pada tahun 1952 dan 1971. kedua Versi terakhir ini dinamakan Revised Standard Version (RSV).

Collin yaitu percetakan yang mengeluarkan Revised Standard Version ( RSV ) melaporkan bahwa :
“Meskipun begitu, Versi Raja James memiliki cacatan-cacat yang serius, dan cacat ini ada terlalu banyak dan terlalu serius sehingga satu penulisan ulang masih benar-benar diperlukan.”

Pada masa kini terdapat lebih kurang 1.500 naskah Bible pelbagai bahasa, telah diterjemahkan ke dalam bahasa ibu suatu negara dan ethniknya. Bagaimana pula jauhnya penyimpangan mengingat keterbatasan kosakata setiap bahasa? Dan manakah yang bisa dijadikan standar pengajaran?

Umat Kristian sendiri ada yang secara jujur dan arif mengakui bahwa Injil telah dinodai oleh tangan mereka sendiri. Bagaimanakah umat Kristian di Indonesia, apakah berani sejujur ini ? :

1. The Bible Society Of Singapore, Malaysia & Brunei 1987 Perjanjian Baharu Berita Baik Untuk Manusia Moden Pendahuluan
“…….Walaupun kandungan kitab-kitab ini berlainan, tetapi diseluruh kitab ini pokok fikirannya satu. Kesatuannya ialah bahwa kasih Allah telah dinyatakan kepada manusia dengan perantaraan Yesus Kristus.

“Tiap-tiap kitab didahului oleh pendahuluan, yang menerangkan pokokfikiran dan garis besar kitab itu. Ayat yang ditandai dengan [ ]bererti ayat tersebut tidak terdapat pada naskah perjanjian Baharu yang tertua dan terbaik.

Contoh ayat yang memiliki tanda [ ] dalam Perjanjian Baru :

1. Matius 6 : 13
… [ Engkaulah raja engkaulah,dan engkaulah yang mempunyai kuasa dan kemuliaan selama-lamanya ]

2. Matius 23 : 14
[ alangkah dasyatnya bagi kamu guru-guru Taurat dan orang Farisi : kamu munafik! , kamu memperdayakan janda-janda dan merampas rumah-rumah mereka, lalu berpura-pura berdoa panjang-panjang, sebab itu, hukuman kamu akan menjadi lebih berat.! ]

3. Markus 7 : 15
[ Sebab itu, jika kamu bertelinga, dengarkanlah! ]

4. Markus 10 : 44 & 46
[ Di sana ulatnya tidak mati-mati dan apinya tidak padam-padam ] 44 [ Di sana ulatnya tidak mati-mati dan apinya tidak padam-padam ] 46

5. Lukas 17 : 36
[ Dua orang laki-laki yang sedang berada di ladang : seorang akan , dan seorang lagi ditinggalkan ]

6. Lukas 22 : 19 – 20
” inilah tubuhku [ yang diberikan untuk kamu. Buatlah sedemikian untuk memperingati aku.” ………. “cawan ini ialah perjanjian Allah yang Baharu, yang dimenteraikan dengan darahku, darah yang ditumpahkan untuk kamu ]

7. Lukas 22 : 43 – 44
[ Seorang malaikat tampak kepadanya dan menguatkannya karena penderitaan nya lebih tekun lagi dia berdoa, sehingga peluhnya menitik ke tanah seperti darah. ]

8. Lukas 23 : 17
[ Pada tiap perayaan paskah, Pilatus melepaskan seorang tahanan bagi rakyat ]

Bukti di atas merupakan sebagian saja yang telah ditambah dan berapakah jumlah ayat yang telah ditambah / dikurangkan sebenarnya? Tidak diketahui jumlahnya !. Sejarah telah jujur dan nyata membuktikan bahwa Injil telah mengalami banyak perubahan selama berabad-abad. The Revised Standard Version 1952 & 1971, The New American Standart Bible dan The New World Transalation Of The Holly scriptures telah menghapuskan beberapa ayat dalam The King James Version. Reader’s Digest telah mengurangi isi kandungan Kitab Perjanjian Lama sebanyak 50 % dan Kitab Perjanjian Baru sebanyak 25 %.

Persoalan yang timbul di sini ialah :
– Dari mana datangnya ayat di atas ?
– Siapa yang mengarang ayat tersebut ?
– Sebenarnya ayat mana saja yang masih perlu diuji kesahihannya?

“Di antara mereka itu ada satu golongan yang memutar belitkan lidahnya dengan (membaca) Kitab supaya kamu kira bahwa kitab itu dari Allah padahal ianya bukanlah dari sisi Allah dan sedang mereka berdusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui….” (Surah 3:78)

Contoh peristiwa besar yang bertentangan dengan akal atau ayat yang saling bertentangan :

1. Nabi Daud berzina dengan istri orang lain
II Samuel 11 : 4-5

“Dan Nabi Daud mengantar para utusan, dan mengambilnya (isteri Uriah); lalu ia datangi dan tidur bersama maka setelah perempuan itu membersihkan dirinya, lalu kembali ke rumahnya. Dan wanita itu telah hamil, lalu mengirim dan memberitahu Daud dan katanya saya bersama bayi”.

Mungkinkah ini ayat dari Allah? Atau ditulis oleh rasul suci ? Berpikirlah !

2. Nabi Nuh Mabuk dan Bugil
Kejadian 9 : 23 – 24

” Dan Shem dan Japhet mengambil sehelai pakaian, dan meletakan di atas bahu mereka, dan berjalan undur ke belakang dan menutup tubuh bapanya yang telanjang dan muka mereka membelakangi bapa mereka agar tidak melihat tubuh bapa mereka yang bugil itu. Dan Nuh tersadar dari araknya, dia tahu apa yang telah dilakukan oleh kedua anaknya”.

Apakah Allah mengutus Nabi Nuh yang digambarkan berperilaku seperti itu ? Berpikirlah ! Mungkinkah ini penyelewengan yang dilakukan Yahudi untuk menyesatkan kaum kristian?

3. Kematian Yudas Pengkhianat, bandingkan !
Matius 27 : 3 – 5

“… Bila Yudas melihat Yesus telah dijatuhkan hukuman mati, dia menyesal lalu dia mengembalikan 30 uang perak upahnya kepada imam Yahudi; dan berkata : Aku telah berdosa mengkhianati orang yang tidak berdosa sehingga dihukum mati. Yudas melempar uang itu ke dalam bilik sembahyang , lalu dia menggantungkan diri.

Kisah Para Rasul 1 : 18 – 19
Apa yang terjadi yaitu dengan uang yang diterima Yudas dari perbuatannya yang jahat itu, dia membeli sebidang tanah. Di situ dia tersungkur mati. Badannya terbelah dan perutnya terburai. Semua orang yang tinggal di Yerusalem mendengar kejadian ini.”

4. Misteri Malkisedik
Ibrani 7 : 1 – 3 :

“Adapun Malkisedik itu, yaitu raja di Salem dan Imam Allah Taala, yang sudah berjumpa dengan Ibrahim tatkala Ibrahim kembali daripada menewaskan raja-raja lalu diberkatinya Ibrahim.”
“Kepadanya juga Ibrahim sudah memberi bagian sepuluh esa. Makna Malkisedik itu kalau diterjemahkan, pertama-tama artinya raja keadilan, kemudian pula raja di Salem, yaitu raja damai.” Yang tiada berbapak dan tiada beribu, dan tiada bersilsilah dan tiada berawal atau berkesudahan hidupnya, melainkan ia disamakan dengan Anak Allah, maka kekallah ia imam selama-lamanya.”

Jelas sekarang, bahwa Malkisedik seorang raja di Salem tanpa bapa dan ibu, malah tiada silsilahnya. Apakah cerita yang disebutkan dalam Kitab Injil ini benar ayat dari Allah atau cuma dongeng purba atau dongeng sebelum bobo buat adik bayi kita supaya tertidur ?

Kalau umat Kristian memuja kehebatan Yesus, memujanya anak tuhan, bahkan Tuhan itu sendiri, yang tidak berawal serta berakhir, maka kenapa Malkisedik yang sakti mandraguna ini tidak diangkat sebagai salah satu cabang Tuhan juga ? mungkin bisa menjadi tokoh ke-4 memainkan peranan Tuhan.

Yesus ternyata tewas dibanding Malkisedik, Yesus masih dilahirkan oleh Mariam atas kekuasaan Tuhan Bapa, sementara Malkisedik tidak memiliki Bapa dan tidak memiliki ibu sama sekali, silsilahnya pun tidak ada.

Jika memang Malkisedik ini kekal. Dimana beliau sekarang berada dan sedang ngapain? Jadi masih mungkinkah kitab ini dipercaya, atau yang mempercayainya masih serupa mereka yang mempercayai keris, tanpa ilmu pengetahuan, hanya kebutaan ?

Mengenai Bible (3)

Kitab Suci / Holy Bible dalam agama kristen itu terbagi dalam dua bagian, yaitu : Old Testament (Perjanjian Lama) dan New Testament(Perjanjian Baru). Literatur kristen dalam bahasa Indonesia memanggil salinan kitab suci itu dengan “Alkitab”.

Biblia, yang merupakan Kitab Suci dalam agama Yahudi, dipanggil oleh pihak kristen dengan Perjanjian Lama dan merupakan bagian dari kitab suci agama kristen. Biblia itu terbagi atas tiga bagian : Torah dan Nebiim dan Kethubiim.

Kitab suci agama Yahudi itu disebut juga „Perjanjian“. Inti isinya termaktub dalam Sepuluh Perintah (Ten Commadments) seperti termuat dalam Keluaran (20: 1-12) dan dalam Ulangan (5:1-21), yang merupakan perjanjian Yahuwa dengan bani Israil.

Sepuluh Perintah itu termuat dalam dua buah Luh, yang dibawa turun oleh Nabi Musa dari puncak sebuah bukit batu di semenanjung Sinai, yang pada puncak yang terpandang suci itu Nabi Musa menerimakan perjanjian dari Allah Maha Kuasa (Yahuwa)

Di dalam hubungan perjanjian Yahuwa dengan bani Israil itu, Kitab Suci Al-Qur’an dari agama Islam menyebut „Perjanjian“ tersebut dalam berbagai Surah dengan al-Mitsaq , (Baqarah, 27; Ra’ad, 27; Nisak, 153; Maidah, 15; Baqarah, 63, 84,93; dan berbagai Surah lainnya), yang bermakna: Perjanjian.

Karena pihak kristen berpendirian bahwa ketetapan yang diberikan Allah Maha Kuasa kepada Jesus (Isa Al-Masih) itu pun merupakan perjanjian, maka lahir dua istilah dalam dunia kristen, yaitu : Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Perjanjian Baru / New Testament

Perjanjian Baru merupakan kitab suci yang paling azasi dalam agarna kristen sekalipun dunia kristen itu mengakui kitab suci agama Yahudi merupakan bagian dari kitab sucinya juga.

Perjanjian Baru itu terbagi atas empat bagian :

1. Gospels (himpunan Injil) terdiri atas empat Injil :

a. Injil Matius, karya Matius.
b. Injil Markus, karya Markus.
c. Injil Lukas, karya Lukas.
d. Injil Yahya, karya Yahya.

2. Acts of Apostles (Kisah Rasul-Rasul) terdiri atas sebuah kitab saja, yang merupakan karya Lukas.

3. Epistles (himpunan Surat) terdiri dari 14 buah Surat Paulus (Rum, Korintus Pertama, Korintus Kedua, Galatia, Epesus, Pilipi, Kolose, Tesalonika Pertama. Tesalonika Kedua, Timotius Pertama, Timosius Kedua, Titus, Pilemon, Ibrani, 1 buah Surat Yakub (James), 2 buah Surat Peterus, 3 buah Surat Yahya, 1 buah Surat Yahuda.

4. Apocalypse (Wahyu) terdiri’ atas sebuah kitab saja, yang merupakan karya Yahya.

Perbandingan luas isi dari keempat-empat bagian itu, dengan meminjam Kitab Perjanjian Baru cetakan 1955 yang diterbitkan Gedung Alkitab di Jakarta, tercatat sebagai berikut :

Injil Matius ———— : 93 halaman
Injil Markus ———– : 60 halaman
Injil Lukas ————- : 97 halaman
Injil Yahya ————- : 74 halaman
Kisah Rasul-Rasul – : 90 halaman
Surat Paulus ——— : 216 halaman
Surat-surat lain —— : 43 halaman
Kitab Wahyu ——— : 45 halaman
jumlah ====== : 718 halaman

Melihat perbandingan luas isi di atas dapat disimpulkan suatu fakta bahwa himpunan Surat-Surat Paulus itu merupakan bagian yang sangat dominan di dalam Perjanjian Baru itu.

Synoptic Gospels

Keempat Injil di atas itu adalah tulisan empat tokoh mengenai peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Jesus, semenjak lahir sampai menjalankan missinya dalam wilayah Galelia (Palestina Utara) dan terakhir dalam wilayah Judea (Palestina Selatan).

Tiga Injil yang pertama (Matius, Markus, Lukas) itu disebut dengan Synoptic Gospels, yakni Injil-Injil yang hampir bersamaan isinya.

Sekalipun dijumpai perbedaan-perbedaan kecil di sana sini mengenai urutan Silsilah, urutan Kejadian, ragam Peristiwa, akan tetapi dalam rangka keseluruhannya hampir bersamaan.

Kalangan Sarjana-sarjana-Bible (Biblical Scholars), yang melakukan penelitian secara intensif terhadap satu persatu Injil itu, menyimpulkan bahwa masing-masing penulis Injil sama-sama memungut dari suatu Sumber Asal, akan tetapi Sumber-Asal (Q) itu sudah tidak dijumpai kini dan tidak dikenal sama sekali.

Sebaliknya Injil Yahya mempunyai cara sendiri di dalam mengisahkan kehidupan beserta missi dari Jesus itu. Baikpun urutan Kejadian maupun ragam peristiwa agak jauh berbeda dengan 3 Injil yang disebut Synoptic Gospels itu.

Perbedaan lainnya bahwa 3 lnjil yang pertama itu bercerita dalam bentuk yang sederhana dan mudah dipahami, akan tetapi Injil Yahya telah dipenuhi oleh ungkapan-ungkapan filosofis.

Perbedaan lainnya yang sangat tajam sekali ialah mengenai lama missi yang dijalankan Jesus dalam wilayah Galelia dan wilayah Judea itu. 3 Injil pertama bercerita bahwa Jesus Kristus itu menjalankan missinya dalam masa satu kali Perayaan Paskah, lalu tertangkap pada masa perayaan Paskah itu di Jerusalem. Jadi, Jesus menjalankan missinya dalam tempo lebih kurang satu tahun saja.

Tetapi Injil Yahya bercerita bahwa Jesus Kristus itu menjalankan missinya dalam masa tiga kali Perayaan Paskah, dan terakhir ditangkap dalam Perayaan Paskah di Jerusalem. Jadi menurut Yahya, Jesus Kristus menjalankan missinya dalam tempo 3 tahun, bukan satu tahun seperti keterangan ketiga Injil yang tergolong Synoptic Gospels itu.

Keempat Injil itu disusun penulisnya di dalam bahasa Greek kuno (Yunani). Sedangkan Jesus Kristus lahir dan hidup dalam lingkungan masyarakat Yahudi di Palestina, yang dewasa itu berada di bawah kekuasaan imperium Roma, dan menjalankan missinya dalam lingkungan masyarakat Yahudi itu, yang dewasa itu cuma mengenal dan mempergunakan bahasa Arainik yaitu suatu dialek dari bahasa Ibrani (Yahudi).

Nazarenes dan Christians

Pengikut Jesus yang pertama sekali terdiri atas kelompok-kelompok Yahudi dalam wilayah Galelia maupun Judea, yang oleh kalangan Sarjana-sarjana Bible (Biblical Sholan) disebut dengan Early Christians, yakni Orang kristen yang pertama sekali.

Pada masa hidup Jesus sendiri maupun masa berikutnya belum dikenal sebutan orang kristen (Christianis). Mereka itu cuma disebut oleh kalangan lainnya, terutama oleh pihak-pihak yang menantang Jeus, dengan sebutan Nazarenes. Yakni para pengikut Nazareth. Hal itu disebabkan Jesus sekalipun dilahirkan di Bethlehem, akan tetapi keluarganya menetap di kota-kecil Nazareth dalam wilayah Galelia.

Oleh sebab itulah para mukmin pertama itu disebut pihak lawannya dengan pengikut orang Nazareth atau Nazarenes. Dari sebutan Nazarenes itulah lahir sebutan Nashara dalam bahasa Arab dan sebutan Nasrani dalam bahasa Indonesia.

Sedangkan sebutan Christians (Kristen) baru muncul pada masa belakangan, jauh sepeninggal Jesus. Sebutan itu bermula lahir di kota besar Antiokia di Syria Utara, sewaktu Barnabas dan Paulus menjalankan missinya di kota besar itu, yang mempunyai kedudukan sebagai ibukota imperium Roma untuk wilayah belahan Timur.

Disebabkan Barnabas dan Paulus di dalam missinya tidak henti-hentinya menyatakan dan menegaskan bahwa Jesus itu adalah Christos (AI-masih) maka orang sekitarnya memanggilkan mereka itu dengan para pengikut Kristus (Christians). Dari situlah lahir sebutan Orang kristen di dalam bahasa Indonesia.

Jesus wafat, menurut A. Powell Davies di dalam The First Christian cetakan 1957 halaman 13, sekitar tahun 29 Masehi. Pendapat itu dikukuhkan oleh Hugh J. Schonfield dalam The Authentic New Testament cetakan 1958 halaman XIV.

Sedangkan peristiwa pada kota-besar Antiokia itu terjadi, menurut Hugh J. Schonfield, sekitar tahun 46-48 masehi. Jadi Iebih kurang dua puluh tahun sepeninggal Jesus barulah muncuI sebutan Christians (orang Kristen).

Early Christians (Kristen Pertama) dan Gentile Christians (Orang Kristen Asing / Berikutnya)

Pada akhirnya pecah sengketa sengit antara Barnabas dengan Paulus pada kota-kota besar Antiokia itu (Kisah Rasul-Rasul, 15 :39), dan juga Peteros dengan Paulus pada kota-besar Antiokia itu ia, 2: 11-21 ). Inti pokok yang menyebabkan sengketa itu tidak pernah dijelaskan di dalam Kisah Rasul-Rasul, akan tetapi hal itu akan dicoba dijelaskan dalam uraian berikut.

Karena sengketa sengit itu Paulus bersama Silas meninggalkan kota-besar Antiokia untuk selama-lamanya (Kisah Rasul-Rasul, 15:40-41) menuju Asia Kecil dan Makedonia dan semenanjung Achaia (Grik) guna mengembangkan ajarannya dalam lingkungan orang Grik dan mereka itulah yang disebut dengan Gentile Christians (Orang kristen Asing).

Sebutan itu lahir dalam dunia kristen untuk membedakan kelompok Pengikut yang Baru itu dengan Kristen Petama, Early Christians, yakni para pengikut Jesus Kristus yang mula-mula dalam lingkungan masyarakat Yahudi di Palestina, yang disebut dengan Nazarenes itu.

Para pengikut yang pertama diyakini telah musnah sebagian besarnya pada masa pemberontakan total bangsa Yahudi di Palestina terhadap penindasan imperium Roma, yang berlangsung sepuluh tahun lamanya, yaitu antara tahun 65 sampai 75 masehi. Legiun X dari pihak Roma melakukan pembunuhan-pembunuhan massal (massacre) pada perkampungan-perkampungan Yahudi di seluruh Palestina, kecuali yang sempat melarikan diri ke lembah Mesopotamia dan Arabia Selatan dan berbagai wilayah lainnya.

Sewaktu Panglima Titus pada tahun 70 masehi berhasil merebut dan menguasai benteng pertahanan terakhir dari pihak Yahudi, yaitu Kota Suci Jerusalem, maka berlangsung pembunuhan massal lagi. Panglima Titus bertindak menghancurkan Bait Allah di atas bukit Zion, yakni Bait Allah yang terkenal megah dan agung itu, yang pada masa dulu bermula dibangun oleh Nabi Sulaiman dan dikenal dengan Kuil Sulaiman (Solomon’s Temple).

Panglima Titus mengumumkan wilayah Jerusalem dan sekitarnya dikuasai kini oleh pihak imperium Roma dan wilayah tersebut diberi nama dengan : Aeliae Capitolae. Semenjak tahun 70 masehi itu setiap orang Yahudi tidak di izinkan memasuki wilayah Aelice Capitolae itu.

Semenjak pemberontakan total yang gagal itulah dikenal dalam sejarah bangsa Yahudi dengan Great Diaspora, yakni masa memencar tanpa tanah air. Pada masa yang sangat tragis itu diyakini kelompok-kelompok pengikut Jesus yang pertama-tama (Early Christians) ikut musnah. Kecuali kelompok kecil yang sempat meliputkan dirinya ke kota Pella di seberang sungai Jordan, yang pada masa belakangan dikenal dengan sekte Ebionites yang mempunyai Injil sendiri yang dikenal dalam sejarah dengan Ebionite Gospel (Injil Ebionites), yang isinya jauh berbeda dengan Injil-Injil yang menjadi pegangan dunia kristen pada masa berikutnya dan kini.

Karena kelompok yang pertama-tama dapat dikatakan telah musnah pada masa pemberontakan itu maka berkembanglah kelompok pengikut yang baru, dibawah ajaran Paulus, yaitu Gentile Christians (Orang Kristen Asing).

Disadur dari : http://www.fatimah.org/

Baca – Hancurkan Gerakan Pemurtadan Pasundan
Indramayu-RoL– Masyarakat di wilayah Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu, kembali diresahkan dengan upaya-upaya kristenisasi yang dilakukan oleh misionaris. Kali ini, target sasaran kristenisasi yang dilakukan oleh seorang dokter di wilayah itu adalah kalangan anak-anak pelajar sekolah dasar.

Namun, upaya kristenisasi itu akhirnya dilaporkan oleh Ketua Majelis Ulama Islam (MUI) Kecamatan Haurgeulis, KH Mundzir Machmud kepada aparat Polres Indramayu. Dalam laporannya yang disampaikan pekan kemarin, Mundzir mengatakan, telah terjadi keresahan dikalangan ummat Islam di daerah tersebut.

Keresahan itu, kata Mundzir menjelaskan, disebabkan adanya upaya praktik kristenisasi oleh seorang dokter beragama Kristen di daerah tersebut. Dokter berinisial Rbc ini, katanya menandaskan, memang bertugas di wilayah Kecamatan Haurgeulis, sebagai salah seorang tenaga medis di puskesmas.

Namun, kata Mundzir menegaskan, kenyataan di lapangan, dokter tersebut tidak hanya berpraktik sebagai seorang tenaga medis. Dia, katanya menjelaskan, juga melakukan upaya-upaya kristenisasi.

”Dan targetnya adalah anak-anak usia sekolah dasar yang masih belum memahami benar tentang agama,” kata Mundzir menjelaskan. Dia menambahkan, ada sekitar 21 anak usia sekolah dasar yang saat ini dalam bimbingan ke arah pengkristenan.

Dikatakan Mundzir, agar masyarakat luas tidak curiga dan untuk ‘memikat’ agar anak-anak itu mengikuti ajakannya, dr Rbc mengemas programnya dengan nama ‘Minggu Ceria’. Program itu, katanya menjelaskan, dilaksanakan setiap pekan dengan mengambil tempat di salah satu rumah teman dekat dokter yang bersangkutan, yakni Tr di desa Mekarjati, Kecamatan Haurgeulis.

”Dalam program itu, anak-anak tadi disuruh menyanyikan lagu-lagu pujian, diceritakan tentang kisah-kisah Tuhan Yesus dan banyak lainnya. Setelah itu, anak-anak tadi diajak jalan-jalan untuk menambah keceriaannya,” kata Mundzir menandaskan.

Padahal, kata dia menegaskan, upaya yang dilakukan oleh dr Rbc itu sebagai bagian dari upaya pengkristenan anak-anak usia sekolah dasar tadi. ”Upaya itu jelas-jelas sebagai upaya kristenisasi di kalangan anak-anak. Dan ini sudah meresahkan orang tua mereka yang sebelumnya memang tidak mengetahui maksud baik yang dilakukan dokter tersebut,” kata Mundzir menegaskan.

Pelaporan terhadap upaya kristenisasi yang dilakukan salah seorang dokter itu, dilakukan juga oleh Camat Haurgeulis, Drs Edi Mulyadi kepada bupati Indramayu. Camat berharap, agar pemkab segera menindaklanjuti laporannya itu supaya tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.

Diperoleh keterangan, bupati Indramayu telah memerintahkan kepala kantor Depag Kabupaten Indramayu, untuk menelusuri kebenaran laporan tersebut. Namun, Kakandepag Indramayu, Drs H Mahfudz MZ yang dikonfirmasi Republika, mengaku sudah menerima perintah itu.

”Tapi, hal itu harus dibuktikan dulu kebenarannya. Terus terang, saya memang belum mengetahuinya. Karenanya, dengan perintah ini, kami akan melakukan penelusuran di lapangan,” katanya menandaskan.

Sementara itu, Kapolres Indramayu, AKBP Johni Soeroto, kepada wartawan kemarin, membenarkan adanya laporan tentang upaya kristenisasi yang disampaikan oleh MUI Kecamatan Haurgeulis. Kata dia, pihaknya akan secepatnya melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi yang mengetahui upaya kristenisasi di kalangan anak-anak pelajar tersebut.

”Kita akan secepatnya melakukan tindakan. Ini untuk menghindari hal-hal yang mungkin timbul di masyarakat. Apalagi, dalam laporan itu masyarakat sudah merasa resah,” katanya menjelaskan. Hingga berita ini diturunkan, belum diperoleh konfirmasi dari dokter yang bersangkutan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Republika, upaya kristenisasi pun pernah dilakukan terhadap belasan kepala keluarga di wilayah Bantarwaru, Kecamatan Gantar. Upaya kristenisasi terhadap warga miskin di derah ini, dilakukan oleh kalangan misionaris yang berkedok sebagai pemburu binatang liar di hutan Gantar.

Pembaiatan terhadap belasan kepala keluarga miskin yang dilakukan misionaris dari Jakarta itu, diadakan di Provinsi Bali. Namun, berkat kesigapan Bupati Indramayu, H Irianto MS Syafiuddin yang mengetahui adanya pengkristenan itu, belasan warga tadi akhirnya dikembalikan kepada kenyakinannya semula. Laporan: Agus Yulianto (RioL)

Haurgeulis Jadi Target Kristenisasi

INDRAMAYU –Sasarannya anak-anak usia SD. Masyarakat di wilayah Kecamatan Haurgeulis, Kabupaten Indramayu, kembali diresahkan dengan upaya-upaya kristenisasi yang dilakukan oleh misionaris. Kali ini, target sasaran kristenisasi yang dilakukan oleh seorang dokter di wilayah itu adalah kalangan anak-anak pelajar sekolah dasar.

Namun, upaya kristenisasi itu akhirnya dilaporkan oleh Ketua Majelis Ulama Islam (MUI) Kecamatan Haurgeulis, KH Mundzir Machmud kepada aparat Polres Indramayu. Dalam laporannya yang disampaikan pekan kemarin, Mundzir mengatakan, telah terjadi keresahan di kalangan umat Islam di daerah tersebut. Keresahan itu, kata Mundzir, disebabkan adanya praktik kristenisasi oleh seorang dokter beragama Kristen di daerah tersebut. Dokter berinisial Rbc ini, katanya, memang bertugas di wilayah Kecamatan Haurgeulis, sebagai salah seorang tenaga medis di puskesmas.

Namun, menurut Mundzir, kenyataan di lapangan, dokter tersebut tidak hanya berpraktik sebagai seorang tenaga medis. Dia, menjelaskan, juga melakukan upaya-upaya kristenisasi.

”Dan targetnya adalah anak-anak usia sekolah dasar yang masih belum memahami benar tentang agama,” kata Mundzir. Dia menambahkan, ada sekitar 21 anak usia sekolah dasar yang saat ini dalam bimbingan ke arah pengkristenan. Dikatakan Mundzir, agar masyarakat luas tidak curiga dan untuk ‘memikat’ agar anak-anak itu mengikuti ajakannya, dr Rbc mengemas programnya dengan nama ‘Minggu Ceria’. Program itu, katanya, dilaksanakan setiap pekan dengan mengambil tempat di salah satu rumah teman dekat dokter yang bersangkutan, yakni Tr di desa Mekarjati, Kecamatan Haurgeulis.

”Dalam program itu, anak-anak tadi disuruh menyanyikan lagu-lagu pujian, diceritakan tentang kisah-kisah Tuhan Yesus dan banyak lainnya. Setelah itu, anak-anak tadi diajak jalan-jalan untuk menambah keceriaannya,” kata Mundzir.

Padahal, kata dia menegaskan, upaya yang dilakukan oleh dr Rbc itu sebagai bagian dari upaya pengkristenan anak-anak usia sekolah dasar tadi. ”Upaya itu jelas-jelas sebagai upaya kristenisasi di kalangan anak-anak. Dan ini sudah meresahkan orang tua mereka yang sebelumnya memang tidak mengetahui maksud baik yang dilakukan dokter tersebut,” kata Mundzir menegaskan.

Pelaporan terhadap upaya kristenisasi itu juga dilaorkan oleh Camat Haurgeulis, Drs Edi Mulyadi kepada bupati Indramayu. Camat berharap, agar pemkab segera menindaklanjuti laporannya itu supaya tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.

Diperoleh keterangan, bupati Indramayu telah memerintahkan kepala kantor Depag Kabupaten Indramayu, untuk menelusuri kebenaran laporan tersebut. Namun, Kakandepag Indramayu, Drs H Mahfudz MZ yang dikonfirmasi Republika, mengaku sudah menerima perintah itu. ”Tapi, hal itu harus dibuktikan dulu kebenarannya. Terus terang, saya memang belum mengetahuinya. Karenanya, dengan perintah ini, kami akan melakukan penelusuran di lapangan,” katanya menandaskan.

Sementara itu, Kapolres Indramayu, AKBP Johni Soeroto, Rabu (11/5) kepada wartawan, membenarkan adanya laporan tentang upaya kristenisasi yang disampaikan oleh MUI Kecamatan Haurgeulis. Menurutnya, pihaknya akan secepatnya melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi yang mengetahui upaya kristenisasi di kalangan anak-anak pelajar tersebut.

”Kita akan secepatnya melakukan tindakan. Ini untuk menghindari hal-hal yang mungkin timbul di masyarakat. Apalagi, dalam laporan itu masyarakat sudah merasa resah,” katanya menjelaskan. Hingga berita ini diturunkan, belum diperoleh konfirmasi dari dokter yang bersangkutan. Berdasarkan informasi yang diperoleh Republika, upaya kristenisasi pun pernah dilakukan terhadap belasan kepala keluarga di wilayah Bantarwaru, Kecamatan Gantar. (RioL)
(yul )

Info Pemurtadan Terkait

PKS Tengarai Upaya Kristenisasi di Subang
34 Warga Bantarwaru Dibaptis dengan Iming-Iming Uang
Hancurkan Gerakan Pemurtadan Pasundan
Pemurtadan berkedok “Pengobatan Gratis”

Melainkan penutupan sejumlah tempat yang dialihfungsikan menjadi tempat ibadah
Kapolri menjelaskan tak ada tempat ibadah yang dirusak atau dibakar. Sebelumnya, beberapa pihak menghembuskan seolah FPI menutup beberapa gereja di Bandung

Kapolri tempat-tempat ibadah oleh kelompok massa di Jawa Barat, sebagaimana isu yang dihembuskan. Jenderal Pol Sutanto menegaskan, tidak ada perusakan dan pembakaran gereja sebagaimana diisukan orang. Pernyataan ini disampaikan Kapolri saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi III DPR-RI, Senin, (5/9) kemarin.

Kapolri justru menjelaskan, yang benar adalah penutupan rumah toko (ruko) atau tempat tinggal yang disalahgunakan menjadi gereja. “Berdasarkan laporan Polda Jabar tanggal 24 Agustus 2005, yang ditutup pada umumnya bukan gereja tapi tempat tinggal, ruko atau gedung pertemuan yang dijadikan tempat ibadah,” kata Kapolri saat Raker dengan Komisi III di Gedung DPR Jakarta, Senin.

Dikatakannya bahwa penutupan “tempat ibadah” tersebut terjadi di 17 lokasi di Bandung, Karawang, Cimahi dan Purwakarta.

Lebih lanjut Kapolri menyatakan bahwa dalam peristiwa tersebut tidak terjadi tindakan perusakan dan pembakaran sebagaimana yang ramai diisukan.

Dalam Raker yang dipandu Wakil Ketua Komisi III Akil Mochtar itu, Kapolri melaporkan bahwa peristiwa terakhir di bulan Agustus adalah penutupan rumah yang digunakan sebagai tempat ibadah di Perumahan Permata Cimahi tanggal 1 Agustus dan di Perumahan Margahayu Bandung pada tanggal 14 Agustus serta penutupan gedung pertemuan di Kecamatan Larangan, Tangerang.

Sebelumnya pada tanggal 23 Agustus 2005, Ketua Umum PGI Andreas A Yewangi telah melaporkan kepada Presiden Yudhoyono tentang adanya penutupan terhadap 23 gereja di Jawa Barat, diantaranya di Bandung, Garut dan Purwakarta, sejak September 2004 hingga Agustus 2005.

Kapolri menegaskan bahwa sumber dari semua masalah itu adalah karena tidak adanya ijin dari masyarakat sekitar terhadap rumah-rumah yang dijadikan tempat ibadah, sehingga dianggap tidak memenuhi SKB Mendagri dan Menag.

Sementara itu anggota Komisi III dari Fraksi PAN Patrialis Akbar mengatakan bahwa dengan adanya penjelasan Kapolri tersebut maka permasalahan menjadi jelas.

“Sekarang semua menjadi clear dan tidak ada masalah lagi sehingga jika ada pihak-pihak yang terus melempar isu-isu miring patut diwaspadai karena mereka jelas ingin mengadu domba antara umat Islam dan Kristen,” katanya.

Sebelumnya, beberapa tokoh menyebut kelompok umat Islam diisukan sebagai kelompok yang memaksa menutup gereja dan tempat ibadah. Kalangan Kristen kemudian memperluakasus ini dengan meminta pencabutan SKB tiga menteri.

Salah satu pengurus FPI, Ahmad Sobri Lubis yang sempat dikonfirmamsi hidayatullah.com sempat menjelaskan, bahwa yang benar adalah masyarakat Islam Jawa Barat keberatan atas hadirnya gereja-gereja liar di kawasan itu dengan cara menjadikan rumah tinggal atau ruko menjadi gereja. (ant/gtr/hid/cha/Hidayatullah.com)

Kapolri: Tidak Ada Penutupan Gereja

06/9/2005 06:01 — Kapolri Jenderal Sutanto menegaskan, sejauh ini tidak ada aksi penutupan gereja, melainkan penutupan sejumlah tempat yang dialihfungsikan menjadi tempat ibadah. Peristiwa itu terjadi di Jabar dan Jateng.

Liputan6.com, Jakarta: Kepala Polri Jenderal Sutanto menegaskan, sejauh ini tidak ada aksi penutupan gereja. “Pada umumnya adalah bukan gereja, tapi ruko (rumah toko) atau tempat pertemuan yang dijadikan tempat ibadah,” kata Sutanto saat rapat kerja dengan Komisi III DPR di Jakarta, Senin (5/9).

Sutanto menjelaskan, berdasarkan data terakhir penutupan itu terjadi di tiga tempat di Jawa Barat. Penutupan terjadi di Perumahan Permata Cimahi Kota Cimahi, kawasan Margahayu Kota Bandung, dan Kecamatan Larangan Utara Tangerang. Satu tempat lagi adalah di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Pekan silam, Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) mengadu kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai penutupan sejumlah rumah ibadah yang dilakukan oleh kelompok tertentu. PGI juga meminta Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1/BER/MDN-MAG/1969, perlu dicabut. Sebab, merugikan pembangunan rumah ibadah dan melanggar hak asasi kebebasan beragama [baca: PGI Mengadukan Ancaman Larangan Beribadah].(DNP/Aryo Adi Prabowo dan Muhammad Guntur)

Tokoh Lintas Agama Menyerukan Kebebasan Beribadah

03/9/2005 19:44 — Seruan itu disampaikan dalam pawai damai yang juga diikuti mantan Presiden Abdurrahman Wahid. Mereka meminta agar pemerintah mengkaji kembali SKB dua menteri tentang pendirian tempat ibadah.

Liputan6.com, Jakarta: Ribuan umat Kristiani di Ibu Kota, Sabtu (3/9), menggelar pawai damai untuk menyerukan penghentian aksi kekerasan terhadap kegiatan keagamaan. Pawai ini dimulai dari Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, dan berakhir di Monumen Nasional. Kegiatan yang dimotori oleh kaum Nasrani dan tokoh lintas agama ini, juga mengimbau kepada pemerintah agar menindak tegas upaya adu domba dan aksi kekerasan terhadap kegiatan keagamaan.

Ikut serta dalam aksi damai tersebut antara lain mantan Presiden Abdurrahman Wahid dan bekas Ketua DPR Akbar Tandjung. Keikutsertaan kedua tokoh politik ini adalah sebagai bentuk solidaritas dan dukungan mereka kepada umat Kristiani dalam memperjuangkan kebebasan beribadah.

Selain itu, kaum Nasrani juga meminta agar pemerintah mengkaji kembali Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No.1/1969 tentang Pendirian Tempat Ibadah. Mereka menilai SKB itu sebagai upaya pengekangan kegiatan beribadah. Pada saat hampir bersamaan, juga berlangsung pertemuan antara sejumlah organisasi umat Kristiani dengan Ketua Front Pembela Islam, Habib Rizieq [baca: Sejumlah Organisasi Kaum Nasrani Berdialog dengan FPI].(ADO/Zulkarnain dan Doni Indradi)

Sejumlah Organisasi Kaum Nasrani Berdialog dengan FPI

03/9/2005 15:34 — Wakil dari umat Kristen mengeluhkan sulitnya memperoleh izin untuk membangun gereja. Sedangkan Ketua FPI menyatakan siap untuk menjaga keamanan gereja selagi pembangunannya tidak bermasalah.

Liputan6.com, Jakarta: Perwakilan umat Kristen yang terdiri dari beberapa organisasi melakukan dialog dengan Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab. Pertemuan yang berlangsung sejak Sabtu (3/9) pagi itu digagas oleh Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Persekutuan Injil Indonesia (PII), dan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI). Dalam pertemuan yang berlangsung cukup akrab tersebut, kedua pihak saling mengungkapkan sejumlah fakta tentang kabar adanya penutupan tempat ibadah di sejumlah tempat.

Sekretaris Umum PGI, Weinata Sairin misalnya, mengungkapkan penyebab mengapa masih ada rumah toko (ruko) maupun rumah tinggal yang digunakan sebagai tempat ibadah. “Ada banyak persoalan yang dihadapi untuk memperoleh izin pembangunan gereja. Bahkan bisa menghabiskan waktu belasan tahun. Habib (Rizieq) mungkin baru sekarang mendengar adanya permasalahan seperti ini,” jelas Weinata.

Sementara dari pihak FPI, Habib Rizieq membantah pemberitaan yang menyebutkan organisasi di bawah pimpinannya berada di balik penutupan tempat ibadah umat Kristen di Jawa Barat. Rizieq menegaskan, pada dasarnya FPI tidak pernah bermusuhan dengan umat Kristiani. “Kami dari FPI menyatakan, seluruh aktivis kami dari Sabang sampai Merauke, bila diperlukan siap untuk menjaga keamanan rekan-rekan kami umat Nasrani. Kami bahkan siap menjaga gereja mereka sekali pun, selama gereja itu tidak bermasalah,” tegas Rizieq.

Pekan silam, FPI sempat menuding mantan Presiden Abdurrahman Wahid sebagai pihak yang menyebarkan kabar keterlibatan FPI dalam penutupan sejumlah tempat ibadah di Jawa Barat. Karena itu, organisasi kemasyarakatan Islam ini berencana mengajukan gugatan terhadap Gus Dur. Sebaliknya, Gus Dur yakin FPI yang mendalangi aksi tersebut dan menyatakan siap menghadapi gugatan yang akan diajukan.(ADO/Tim Liputan 6 SCTV)

LAKUM DINNUKUM WALIYADIN – BAGIMU AGAMAMU – BAGIKU AGAMAKU KRISTENISASI BUKAN BASA BASI
SELAMATKAN PUTRA PUTRI ANDA DARI SERANGAN KAUM PEMURTAD


Tgl Pelaksanaan : 04/07/2005 – 04/07/2005
Lokasi : Jakarta, Indonesia

Siapakah pengarang Qur’an Palsu yang menghebohkan di Surabaya? Kemungkinan besar adalah Dr Anis Shorrosh, pastor evangelist Amerika yang mengaku lahir di Nazareth. Dia juga mengajar di sejumlah sekolah teologi dunia.

Liputan Kegiatan

Jakarta — Siapakah pengarang Qur’an Palsu yang menghebohkan di Surabaya? Kemungkinan besar adalah Dr Anis Shorrosh, pastor evangelist Amerika yang mengaku lahir di Nazareth. Dia juga mengajar di sejumlah sekolah teologi dunia.

Melalui situs Islam in Focus http://www.truth-in-crisis.com/TheTrueFurqan.htm dia menawarkan ‘kitabnya’ Al-Furqanul Haqq atau The True Furqan. Dia mengaku telah menerjemahkan Al Quran yang orisinal ke dalam bahasa Inggris sejak setahun lalu.

Dia menyusun kitab dalam 77 surat dengan text Arab klasik plus terjemahannya dalam bahasa Inggris. Kitab itu ditawarkan dengan harga 19,95 dolar, dapat dipesat melalui internet atau surat ke Truth In Crisis PO Box 949 Fairhop, AL 36533.

Versi lengkap dari karangan Shorrosh itu pernah dimuat dalam situs SuraLikeIt via American On Line [AOL]. Karena menimbulkan keresahan dan sejumlah protes dari kelompok muslim AS, AOL kemudian membekukan situs itu. Tapi upaya penyesatan terus dialihkan ke situs Islam in Focus yang bermotto Truth In Crisis International.

Meski begitu, beberapa isi kitab itu masih tersedia gratis di beberapa situs. Antara lain di http://dialspace.dial.pipex.com/town/park/geq96/original yang memuat empat surat. Yaitu: Al-Iman (10 ayat), At-Tajassud atau “The Incarnation” [15 ayat], Al-Muslimoon [11 ayat], dan Al-Wasaya (16 ayat).

Sepintas lalu, ayat-ayat itu mirip bagian dari Al Qur’an yang diplesetkan. Semuanya promosi ajaran kristiani dan berusaha menyakinkan soal paham trinitas. Al Iman ayat 9, misalnya berbunyi, You are truly the Son of God; in you we believed and in front of you we kneel. {anta huwab’nullahi hakkan fika nahnoo amanna wa’amamka nakhurroo sajideen} Anda benar-benar anak Allah: Kepada-Mu-lah kami beriman dan bersujud.”

Sebelumnya, pada ayat 1 dan 2 dari Al Iman, Anis Shorrosh, menulis “And make mention of the disciples in the Book, when the wind blew while they were sailing at night. (1){wadhkur filkitabbil hawari-yeena idha asafatir ri-yahoo bihem laylan wahum yubhiroon}.” Artinya kurang lebih, ”Dan ingatlah Al Kitab, ketika angin bertiup sementara mereka berlayar di tengah malam. ”

”And then it appeared to them seeing the phantom of Christ walking on the water. They said: Is He our Lord deriding us or have we gone insane? (2) {Idh tara’a lahum alal mi-yahee tayful Maseehee yamshee fakaloo a’huwa rabbuna yahza’oo bina am kad massana tayfun min junoon.}” Kemudian nampaklah kepada mereka bayangan Krsitus berjalan di atas air. Mereka berkata: Dialah Tuhan Kami yang mengendalikan kita atau yang menyebabkan kami menjadi manusia.

Contoh lain pada surat At-Tajassud ayat 7. ”Katakanlah pada orang-orang yang masih ragu terhadap yang telah diberitakan sebelumnya, bahwa Kristus bukan makhluk Allah, dia telah bersama Allah pada awalnya dan akan selalu bersamanya.”

Sejak 1959-1966, Anis Shorrosh emmang telah menjadi pastur evangelist di Timur Tengah. Tiga tahun diantaranya mengabdi pada gereja Jerusalem baptist. Dia juga bertugas di Judea, Samaria dan pada 74 negeri.

Alumnus master teologi dari NOBTS di New Orleans, AS dan doktor dari Luther Rice Seminary di Atlanta, telah menulis sembilan buku lainnya. Antara lain tentang Yesus, Islam, Kerasulan dan Timur Tengah.

Pada tahun 1990-an, Anis banyak bertugas sebagai misionaris di Afrika. Antara lain di kenya, capetown, Durban, dan Johanesburg. Kemudian bertugas di Selandia Baru [1995], Inggris dan Purtugal. Selain tentu saja menjadi evangelist fanatik di AS. (Republika, 01 Mei 2005)

Isu “Pemurtadan” memang bukan isu yang baru terdengar saat ini. Isu itu sudah berkembang sejak puluhan tahun yang lalu. Namun, gerakan antisipasi umat Islam belum dilakukan secara maksimal. Hal ini terjadi, mungkin dikarenakan gerakan pemurtadan itu sendiri yang masih dilakukan dengan penuh malu-malu. Sehingga umat Islam terkesan menganggapnya sebagai “angin lalu”.

Tapi, beberapa tahun belakangan ini, gerakan pemurtadan sudah semakin berani dan dilakukan dengan beragam cara/pola (bantuan ekonomi, misi kemanusiaan, pengelabuan, mistik, dan lain sebagainya). Untuk itu, umat Islam hari ini tidak boleh lagi menganggap sebelah mata alias sepele dalam menyikapi kasus pemurtadan yang kian gencar terjadi khususnya ditujukan kepada generasi-generasi penerus panji-panji Islam di masa akan datang.

“Pemurtadan” adalah suatu gerakan untuk mengajak orang lain yang sudah beragama untuk masuk memeluk agama lain.

Secara sederhana dan sempit konsep ini bisa disamakan dengan dakwah/misi (menyeru/mengajak). Semua agama memiliki konsep tersebut. Tapi, hakikatnya “pemurtadan” adalah berkonotasi negatif yang tentunya sangat berbeda dengan dakwah. Gerakan pemurtadan adalah gerakan menyimpang yang melanggar ketentuan agama dan Undang-undang. Sebab, ada beberapa kesalahan, antara lain adalah:

Pertama, mengajak orang yang sudah beragama.

Kedua, dilakukan dengan cara-cara yang tidak jujur (seperti, pengelabuan kepada pemeluk agama tertentu untuk beralih ke agama lain dengan iming-iming imbalan tetentu atau bersembunyi di balik misi kemanusiaan padahal mengemban misi agama tertentu).

Ketiga, menyusupkan, menambah atau mengurangi isi dari kitab suci agama tertentu dan memasukkan isi dari ajaran agama lain.

Keempat, membodohi umat lain dengan dogma-dogma yang menyesatkan.

Kelima, target utama (The Main Target) adalah anak-anak atau remaja belia yang masih belum tahu banyak tentang agamanya.Gerakan pemurtadan ini sangat berbahaya bagi umat Islam. Untuk itu, umat Islam harus membuka matanya lebar-lebar dan menyusun strategi jitu dalam membumi hanguskan gerakan pemurtadan ini di bumi pertiwi Indonesia. Islam adalah agama yang dipeluk oleh mayoritas bangsa Indonesia.

Kebangkitan Islam akan ditunjukkan oleh umat Islam di Indonesia. Yakinkanlah! Bahwa kita bukan “Singa yang sedang tertidur” tapi kita adalah “Sang penakluk Singa”. Umat Islam bukan umat yang mudah terlena dengan bujuk rayu harta, jabatan atau wanita. Tapi, umat Islam adalah umat yang istiqomah (teguh pendirian) untuk memperjuangkan agamanya sampai akhir hayatnya. ‘Iis ‘Azizan au Mut Syahidan (Hidup mulia atau mati syahid).

Strategi Menghalau Gerakan Pemurtadan

Masalah pemurtadan bukan lagi masalah nomor dua apalagi sampai ke seratus, tapi sudah termasuk masalah utama. Apabila hal ini dibiarkan terus berlanjut, maka kita telah menghancurkan agama sendiri. Sebab, gerakan pemurtadan adalah gerakan yang mengancam eksistensi umat Islam ke depan. Untuk itu, ada beberapa langkah dalam mengantisipasi penyebar luasan “pemurtadan”. Antara lain adalah:

Pertama, umat Islam harus memiliki keyakinan yang tangguh (aqidah=tauhid) dan ruhiyah yang kuat. Meyakini bahwa Allah SWT telah menetapkan bahwa Islam adalah agama yang paling benar dan diridhai oleh-Nya. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanya-lah Islam.

Tiada berselisih orang-orang yang diberi al-kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian yang ada pada mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya. (QS. Al-Imran:19) Dalam ayat 89 Allah kembali menegaskan: “Barang siapa yang mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” Ayat-ayat ini yang membantah secara langsung adanya pendapat yang menyatakan bahwa “semua agama itu sama”. Pandangan seperti ini akan berakibat kurangnya keyakinan terhadap kebenaran agama yang telah dianutnya.

Kedua, saat sekarang ini “pemurtadan” mengincar generasi muda yang merupakan generasi emas. Mengapa target operasional (TO) mereka adalah generasi muda. Gerakan pemurtadan ini berorientasi puluhan tahun ke depan. Jadi, bila misi mereka berhasil pada hari ini, maka mereka akan menuai hasilnya nanti. Di prediksikan bila umat Islam adem ayem saja, maka porsentasi kuantitas akan berbanding terbalik, minimal 50-50 (sama).

Dengan demikian, kesiapan orang tua hari ini untuk membekali anak-anaknya dengan kemampuan (material=ilmu atau mental-spritual=nilai agama/moral). Ketidak perdulian orang tua terhadap kondisi anak-anaknya merupakan jalan mempermudah mulusnya gerakan pemurtadan. Allah SWT berfirman: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya meninggalkaan anak-anak mereka dalam keadaan lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan dengan perkataan yang benar.” (An-Nisa’:9) Jadi, bekalilah anak-anak kita dengan ilmu dan iman. Tanamkan sejak dini kepada mereka akan keyakinan kepada agamanya dan didiklah mereka dengan pendidikan yang benar.

Ketiga, tumbuhkan semangat membantu sesama. Para orang kaya (aghniya’) membantu para dhu’afa’ (fakir/miskin). Sehingga umat Islam yang kesulitan ekonomi akan terbantu. Hari ini, gerakan pemurtadan banyak menggunakan pola bantuan ekonomi. Karena kesusahan akhirnya agamanya pun tergadai.

Keempat, menjaga muslimah. Wanita muslimah sangat menjadi incaran oleh lelaki kafir. Makanya ada salah satu pola gerakan pemurtadan “Pacari, hamili, murtadkan”. Untuk itu, lelaki muslim wajib menjaga wanita muslimah. Terlebih wanita muslimah harus menjaga dirinya dari pergaulan dan memperketat diri dengan busana syar’I (menutup aurat). Allah SWT berfirman: “…dan janganlah kamu tampakkan perhiasan kecuali yang boleh ditampakkan (muka dan telapak tangan).” (QS. An-Nur:31)

Kelima, sikap pro-aktif umat Islam dalam memperjuangakan masalah penyimpangan dalam pola penyebaran agama (seperti: penculikan, penganiayaan, pemaksaan, hipnotis, mistik, bersembunyi atas nama kemanusiaan) kepada pemerintah agar melakukan tindakan tegas terhadap pelaku-pelaku tersebut. Untuk itu, umat Islam harus senantiasa menggalang persatuan daan kesatuan demi keselamatan bersama.

Keenam, mewaspadai setiap gerakan yang mencurigakan dengan bersikap hati-hati. Mereka punya 1001 cara untuk memurtadkan umat Islam, jadi selalu waspada/hati-hati dengan pola-pola tersebut. Manakala menemukan sesuatu yang mencurigakan segeralah koordinasi bersama umat Islam. Jika sudah terbukti melanggar Undang-Undang yang berlaku maka biarlah hukum yang menyelesaikannya.

Penutup

Menghalau gerakan pemurtadan merupakan salah satu pola memelihara agama (hifz aldin) dari kehancuran. Hal ini merupakan suatu kemestian bagi umat Islam (dharuriyah). Untuk itu, mari kita semua (umat Islam) “satukan tekad, melangkah bersama, usir arus pemurtadan dari bumi Indonesia dengan mekanisme yang benar.” Mudah-mudahan Allah SWT meridhai jalan orang-orang yang tetap teguh (istiqomah) di jalan-Nya dalam menegakkan panji-panji Islam. Amiin. Wallahu a’lamu.

Ya Robbi : Aku Menyesal Banyak Memurtadkan orang
Dua puluh empat tahun, itulah usiaku sekarang ini, terlahir sebagai gadis Muslimah keturunan Betawi, anak ketiga dari lima orang bersaudara. Tinggi badanku 170 cm, kulitku kuning langsat. Kata orang, aku berparas cantik (bukan dalam rangka menyombongkan diri). Tentang namaku, panggil saja “Santi” (bukan nama sebenarnya).

Sebagai gadis Betawi aku merasa risih mendengar anggapan sebagian orang tentang profil khas masyarakat kami. Mereka sering menilai, kebanyakan orang Betawi itu taat beragama, tapi sayangnya tak banyak yang mengenyam pendidikan tinggi, apalagi kaum wanitanya. Bagai asap keluar dari bara api padam. Ya, aku anggap itu sebagai kritik positif. Kami pun tidak menafikannya. Sebab, realitanya boleh jadi demikian. Meski begitu, aku bersyukur karena keluargaku tidak masuk dalam kategori penilaian mereka. Meski kultur budaya kami sangat kental, namun kedua orangtuaku sangat perhatian terhadap pendidikan keluarga.

Jujur saja, aku bersyukur dibesarkan di lingkungan keluarga Betawi yang agamis dan sangat kental nuansa pendidikannya. Rata-rata saudara-saudaraku telah menyelesaikan studinya di perguruan tinggi. Tak terkecuali aku yang dua tahun lalu telah menyelesaikan D3-ku pada bidang Komunikasi di salah satu Universitas Negeri.

Setiap orang mempunyai goresan hidup yang biasa disebut dengan “sejarah hidup”. Sejarah hidup manusia dalam kaca mata Agama tidaklah sia-sia. Satu sama lain dari manusia itu sejarahnya sudah pasti saling berbeda. Ada orang yang mempunyai sejarah keemasan yang panjang yang penuh dengan keharuman. Tentu saja yang demikian itu kelak akan menjadi kebanggaan di hari Akhirat. Sebaliknya, ada pula orang yang memiliki sejarah hidup warna-warni, bahkan ada juga yang kelam. Untuk yang terakhir ini sangat layak bila dilabelkan pada sisi kehidupan masa laluku.

Menengok sejenak ke belakang, bercermin kembali dengan merenungi apa yang telah kulakukan, maka aku hanya bisa menghela nafas panjang. Tak banyak yang dapat kubanggakan dari goresan hidup masa laluku. Bercak noda hitamku di masa silam saat aku duduk di bangku SMU sungguh tak dapat kulupakan. Hingga kini masih terngiang-ngiang dalam benak pikiranku berbagai beban dosa dan kesalahan berat saat aku ketika itu memposisikan diri sebagai informan misionaris.

Tentang profesiku sebagai intel Katolik ini pada mulanya tak banyak orang tahu, termasuk keluargaku, kecuali ibu. Beliau sangat menyesalkan sikap nekadku menyeberangi keyakinan menyimpang. Aku pun tak tahu dan tak mengerti dengan diriku, kenapa aku sampai terbawa arus pemurtadan kaum sesat itu. Mungkin, karena aku salah bergaul dan memilih teman.

imageKucoba untuk mengingat-ingat kembali lembaran kusam silamku. Ya, aku masih ingat bahwa Mal sebagai pusat nongkrong anak muda gaul adalah tempat rekrutmen awalku menjelajahi dunia Nasrani yang kelam. Jumlah siswa siswi Muslim yang menjadi rekrutmen Kristen begitu banyak. Dalam sebulan bisa mencapai lima puluhan, meski akhirnya disaring menjadi dua puluhan orang atas pertimbangan, rekrutmen misonaris harus berasal dari keluarga fanatis. Tujuannya, demi memuluskan niatan busuk mereka dalam mengelabui massa Islam lainnya. Kebetulan, aku dipandang mereka sebagai orang yang berasal dari keluarga fanatik. Sedang almarhum kakekku juga adalah seorang kiai dan tokoh agamis yang kharismatik.

Begitu pandainya kaum misionaris membidik dunia anak muda sebagai terobosan aksi pemurtadan. Apa yang sedang digandrungi kawula muda, seperti ajang gaul, dunia seni, budaya dan sebagainya dimanfaatkan dan dijadikan celah oleh mereka untuk menggaet rekrutmen sebanyakk-banyaknya. Tak heran kalau akhirnya mereka mendirikan banyak LSM yang peduli dengan hobi dan kreasi anak-anak muda. Mereka pun sangat resfek dan peduli dengan berbagai masalah dan persoalan para remaja yang broken home, stress, dan kurang mendapatkan kasih sayang orangtua. Tentu saja, perangkap mereka disambut dengan tangan terbuka oleh para remaja labil ini. Tapi, biasanya untuk kriteria anak-anak remaja semacam ini hanya diarahkan untuk menjadi korban pemurtadan.

Aku sadar bahwa sejak kelas satu SMU aku tak lagi Muslimah. Sebab, mereka telah membabtisku. Kala itu kurasakan, jiwaku terlepas dan terhempas. Nilai ruhiyahku tak lagi bersemayam dalam hati dan kepribadianku. Aku benar-benar menjadi seorang yang murtad dari agama yang lurus ini. Pertemuan rutin seminggu dua kali tanpa kusadari telah mendoktrinku dan memperkuat keyakiananku yang tak lagi islami.

Aku telah terbawa arus begitu jauh. Kafa’ah (potensi)ku dalam soal lobi-melobi setiap kepala sekolah, benar-benar dimanfaatkan pihak misionaris Katolik. Kedudukan ayahku meski tidak tinggi di Depdikbud memperlancar press down yang kulakukan terhadap setiap kepala sekolah di SMU Jakarta. Setan tertawa terbahak-bahak saat aku berhasil meloloskan banyak program pemurtadan di sekolah-sekolah SMU di Jakarta. Aku tak tahu persis, sudah berapa banyak rekan-rekan remaja Muslim yang telah kuhantarkan ke jurang akidah sesat. Sebab tugasku selama itu hanya sebatas informan dan pelobi awal. Tugas selanjutnya, yaitu memasukkan program-program pemurtadan ditindaklanjuti oleh para misionaris Katolik. Yang sangat riil kurasakan di sekolahku adalah pihak Katolik telah berhasil mengondisikan sekolahku membiasakan doa bersama dengan pola cara yang tak lagi Islami.

Tugasku sebagai informan tidak berhenti sampai di situ. Pembinaku yang biasa dipanggil oleh rekan-rekanku sesama informan dengan sebutan “father” mengarahkanku untuk selalu menyadap berita dan informasi penting tentang pergerakan Islam yang makin marak di sekolah-sekolah umum. Tugasku adalah mencatat, sudah sejauh mana perkembangan gerak para aktivis Muslim di sekolah. Aku juga sempat menginformasikan kepada mereka tentang pola cara penyebaran fikrah ala kaum Muslimin di Mesir dari beberapa sekolah SMU.

Tentu saja misionaris merasa senang dengan keluguanku yang seperti kerbau dicocok hidungnya, pasrah diapakan saja dengan mereka. Meski aku berangkat dari keluarga berada dan mampu membiayaiku dan pendidikanku, tapi mereka para misionaris itu memberikan imbalan uang atas jasaku sebagai informan mereka.

Informasi demi informasi kuberikan setiap hari kepada mereka, dari hal terkecil sampai yang terbesar. Upaya gigihku ini semakin menumbuhkan kepercayaan mereka terhadapku. Sejak itu aku ditawarkan subsidi untuk biaya pendidikanku. Kata mereka, aku berhak disekolahkan mereka setinggi-tingginya, asalkan aku selalu siap diarahkan mereka.

Apa yang kulakukan selama ini akhirnya tercium oleh ibuku. Beliau sangat terkejut ketika mengetahui status agamaku yang sebenarnya dan posisiku sebagai informan Katolik. Dengan penuh kasih sayang dan sekuat tenaga ia berupaya menyadarkan aku. Tapi akidahku tak bergeming sama sekali. Kala itu aku tetap berpegang teguh sebagai seorang kristiani. Sampai akhirnya, ibuku merasa letih sendiri karena kehabisan akal untuk menasihatiku. Beliau adalah ibu terbaik sepanjang hidupku. Meski antara ibu dan anak beda akidah, beliau tetap baik terhadapku dan memperlakukan aku sebagai anak kesayangannya. Dengan linangan air mata, ia menyuruhku untuk berhijrah ke tempat saudaraku agar statusku sebagai penganut Kristen Katolik tidak diketahui ayah dan saudara-saudaraku. Hingga kini mereka memang tidak mengetahui status agamaku itu.

Aku menuruti kehendak ibu yang menginginkan aku tak serumah lagi dengannya. Aku jauh dari ibu. Sepanjang itu aku tak tahu kalau ibu ternyata begitu perhatian sekali terhadap nasibku di dunia dan akhirat. Dia sangat mengkhawatirkan aku dan tak rela kalau aku masuk neraka. Siang malam ibu berdoa agar Allah berkenan membukakan hidayah-Nya kembali untukku.

Sebelum aku murtad, kurasakan berbagai sentuhan nasihatnya yang begitu sejuk menyentuh kalbu ini. Aku masih ingat saat-saat indah bersama ibu ketika beliau mengajariku membaca al-Qur’an. Kebetulan, selain sebagai ibu rumah tangga, di luar rumah beliau berprofesi sebagai guru agama di sekolah umum (SLTP). Huruf demi huruf dilafalkannya untukku dengan penuh kesabaran. Itu dilakukan agar aku bisa membaca al-Qur’an dan ibu selalu mengharapkanku menjadi Muslimah yang shalihah, bermanfaat buat tabungan seluruh keluarga di akhirat kelak.

Terakhir kudengar kabar bahwa ibuku jatuh sakit. Waktu itu aku masih duduk di kelas dua SMU. Aku pun menjenguknya. Tapi ibu memalingkan wajahnya saat sakitnya makin parah. Ia memerintahkan saudaraku untuk menyuruhku keluar dari ruangan tidurnya. Aku tak lagi diperkenankan untuk melihat wajah kecintaanku. Melihat perlakuan ibu demikian, aku tidak merasa sakit hati. Aku sadar kalau diriku selama ini telah mengecewakan ibu dan keluarga.

Sakaratul maut menjelang ibu. Belum lagi aku sempat bergegas pergi dari pintu rumahku, ibu dipanggil ke haribaan Allah Sang Rabbul Izzati. Beliau telah meninggalkanku dengan membawa pengharapan besar, yaitu perkenan Allah atas kembalinya kesadaranku pada akidah yang lurus (Islam).

Sepeninggalan ibu, aku selalu murung dan merenung panjang. Aku mencoba menggunakan daya nalarku yang sempit ini untuk berpikir dan bermuhasabah tentang hakikat hidup ini. Akhirnya lewat renungan panjang selama kurang lebih setahun sepeninggalan ibunda tercinta, Allah SWT mengembalikan kesadaranku untuk kembali ke pangkuan Islam. Kala itu aku sudah memulai kuliahku di salah satu Universitas Negeri.

Aku bersyukur kepada Allah mendapatkan tempat kuliah yang sangat kondusif. Lingkungan kampus yang Islami ini telah menyentakkan ingatan dan kesadaranku terhadap kesalahanku selama ini. Di kampus begitu banyak aktivis Muslim dan Muslimah. Sikap dan perilaku mereka menampakkan kecerdasan emosional, intelektual, dan spiritual. Baru kusadar, ternyata Islamlah yang membentuk mereka menjadi pribadi-pribadi Muslim yang tangguh. Terbesit dalam hatiku rasa iri terhadap mereka. Hatiku mengatakan, betapa sakinahnya bila aku menjadi aktivis Muslimah yang kuat akidahnya. Mungkin nantinya bila aku seperti mereka, pemahamanku tentang Islam tak lagi keliru.

Akhirnya, tekad hati untuk bergabung dengan mereka, semakin kuat. Alhamdulillah, Allah memudahkan langkahku menuju pintu hidayah. Kehadiranku ke Islam disambut gembira oleh rekan-rekan aktivis Muslim di kampus.

Aku meminta perlindungan kepada mereka. Sebab, sejak keislamanku kembali, kaum misionaris itu tidak begitu saja membiarkanku keluar dari komunitas mereka. Beberapa kali aku diancam. Tentang perihal teror tersebut kuadukan kepada ketua aktivis kampus. Alhamdulillah, ia dan rekan-rekanku siap mensupport dan membelaku bila ada pihak-pihak misionaris yang berani berbuat macam-macam terhadapku. Sejak itu, kehidupanku kembali normal, bahkan bertambah nilai kekuatan imanku.

Waktu terus berputar mengiringi kedewasaanku dalam menyikapi ajaran agama (Islam). Aku merasa jauh lebih baik saat aku berislam atas dasar kemauan hatiku sendiri, bukan karena faktor keturunan. Pencarianku terhadap hidayah tidak sia-sia. Ada hikmah besar yang dapat kupetik, ternyata setelah aku membedakan antara Islam dan agama lain, kudapati Islam jauh lebih unggul. Kebenaran mutlak ada pada Islam.

Di usiaku yang kedua puluh empat tahun ini, ayahku memintaku untuk segera memasuki jejang rumah tangga. Teringat dengan ibu yang kala itu aku tak sempat berbakti sebagai anak shalihah karena status agamaku yang berbeda, maka aku tak ingin kekecewaan ibu itu terulang kembali kepada ayah. Aku bertekad akan memperkuat hubungan birrul walidain. Untuk itu, dengan penuh kerendahan dan keikhlasan hati, kuturuti permintaan ayahandaku.

Namun, aku dihadapkan oleh kendala. Setiap aku melakukan ta’aruf dengan calon suamiku yang rata-rata adalah aktivis Islam, aku seperti didamparkan. Mereka menolakku ketika mereka tahu tentang latar belakangku. Mereka masih meragukan keislamanku. Bahkan di antara rekan-rekanku ada yang mensinyalir bahwa kekuatan Kristen Katolik itu masih bersemayam dalam tubuh dan hatiku dengan perantara jin kafir. Kemudian mereka menyarankan aku untuk diruqyah. Beberapa kali aku diruqyah oleh salah seorang ustadz, bahkan sampai dibekam segala.

Kupahami bahwa ini adalah bagian dari ujian Allah SWT. Aku percaya bahwa Allah takkan membiarkanku sengsara karena tak sanggup menanggung fitnahan sebagai infiltran Katolik yang menyusup ke dalam salah satu pergerakan Islam. Aku yakin, kelak Dia akan menampakkan bahwa kebenaran itu adalah hak dan kebatilan itu adalah batil. Akhirnya, aku bersimpuh kepada Allah SWT, memohon ampunan atas segala kesalahanku di masa silam. Sungguh aku menyesal telah memurtadkan banyak orang.

Seperti dituturkan S kepada Ikhwan Fauzi

sumber : majalah sabili edisi Feb’04

Sukabumi – Kasus pemurtadan umat Islam di Jawa Barat terus terjadi. Kali ini, kasus upaya pemurtadan tersebut ditemukan di wilayah Sukabumi bagian selatan. Tepatnya, kasus pemurtadan masyarakat muslim tersebut terjadi di Desa Buniwangi Kecamatan Ciracap Kabupaten Sukabumi.

”Memang benar, berdasarkan informasi yang kami terima dari binaan kami di daerah tersebut telah terjadi kasus pemurtadan. Saat ini sedikitnya sudah ada enam Kepala Keluarga (KK) yang telah berhasil dimurtadkan oleh kaum misionaris yang datang ke tempat tersebut,” ujar Ketua Bidang Garapan Dakwah Pimpinan Daerah Persatuan Islam (PD Persis) Sukabumi, Hendra Komara kepada Republika, Jum’at. Menurut Hendra, upaya pemurtadan penduduk di daerah tersebut dilakukan dengan berbagai cara. Antara lain, lanjut dia, para misionaris tersebut mengirimkan warga setempat ke Jakarta untuk dijadikan tenaga kerja seperti pembantu rumah tangga (PRT).

”Warga yang diberangkatkan ke Jakarta tersebut di tempatkan di suatu tempat dan akhirnya dimurtadkan,” ujarnya.

Cara lainnnya, sambung Hendra, kaum muslimin di desa tersebut diberikan bantuan pupuk untuk keberlangsungan proses usaha pertanian penduduk. Dengan bantuan pupuk tersebut, lanjut dia, para misionaris menanamkan jasa kepada para penduduk tersebut.” Pola lain yang telah kami cium adalah dengan pola meminjam rumah-rumah warga untuk melakukan sebauh kegiatan tertentu,” imbuhnya.

”Penyewaan rumah penduduk tersebut berdalih dengan berbagai alasan. Kebanyakan alasannya yaitu para misionaris tersebut akan berburu babi di wilayah sekitarnya. Pada saat menyewa rumah-rumah penduduk itulah, para misionaris mencoba untuk menarik simpati masyarakat dengan memberikan bantuan dalam bentuk makan dan minuman,”tambahnya.

Dikatakan Hendra, upaya pemurtadan kaum muslimin di wilayah selatan Sukabumi tersebut sudah berlangsung lama. Setiap minggunya, lanjut dia, para misionaris tersebut menggelar sebuah kegiatan di wilayah tersebut. ”Para misionarsi ini tidak hanya berasal dari Sukabumi, akan tetapi ada juga yang berasal dari luar Sukabumi seperti Kota Jakarta,” cetusnya.

Hendra mengatakan, jika upaya pemurtadan tersebut terus dibiarkan, maka akan menimbulkan konflik didalam masyarakat. Oleh sebab itu, lanjut dia, pihaknya berharap pemerintah untuk segera turun tangan. ”Upaya-upaya para misionaris ini harus secepatnya dihentikan,” tandasnya.

Hendra menuturkan, pihaknya sudah lama berusaha untuk mengupayakan agar pemurtadan tersebut tidak terus berkembang. Salah satunya, lanjut dia, dengan cara menggencarkan dakwah di wilayah tersebut. ”Kita juga merencanakan Sabtu hingga Ahad (21/5 s/d 22/5) ini akan menggelar bakti sosial di daerah tersebut,” ungkapnya.

Bentuk bakti sosial tersebut, sambung Hendra, yaitu pengobatan dan khitanan massal gratis. ”Dalam pengobatan massal ini kita menargetkan sekitar 600 orang. Selain itu, kita juga akan mencoba memberikan bantuan berbentuk sembako,” tambahnya. (RioL)

Laporan: Adin Komeidin