Ketika Nusyuz dan Bersengketa

Posted: 8 Juni 2010 in Perkawinan ( Menikah )
Tag:,

kerana seorang laki-laki adalah kepala rumahtangga sebagai konsekuensi yang diperolehnya kerana dialah pembinanya, mempersediakannya, meletakkan rumahtangga ini dalam kehidupan, membayar mahar dan memberi nafkah, maka seorang isteri tidak diperkenankan menentang suami dan lari dari kekuasaan suami. Hal mana akan merusak persekutuan dan akan menggoncangkan bahtera rumahtangga, bahkan mungkin akan menenggelamkannya selama rumahtangga itu tidak ada pengemudinya.

Dan kalau seorang suami menjumpai isterinya ada tanda-tanda nusyuz (durhaka) dan menentangnya; maka dia harus berusaha mengadakan islah dengan sekuat tenaga, diawali dengan kata-kata yang baik, nasihat yang mengesan dan bimbingan yang bijaksana.

Kalau cara ini tidak lagi berguna, maka boleh dia tinggalkan dalam tempat tidur sebagai suatu usaha agar instink kewanitaannya itu dapat diajak berbicara. Kiranya dengan demikian dia akan radar dan kejernihan akan kembali.

Kalau ini dan itu tidak lagi berguna, maka dicuba untuk disedarkan dengan tangan, tetapi harus dijauhi pukulan yang berbahaya dan muka. Ini suatu ubat mujarrab untuk sementara perempuan dalam beberapa hal pada saat-saat tertentu.

Maksud memukul di sini tidak berarti harus dengan cambuk atau kayu, tetapi apa yang dimaksud memukul di sini ialah salah satu macam dari apa yang dikatakan Nabi kepada seorang khadamnya yang tidak menyenangkan pekerjaannya.

Nabi mengatakan sebagai berikut: “Andaikata tidak ada qishash (pembalasan) kelak di hari kiamat, niscaya akan kusakiti kamu dengan kayu ini.” (Riwayat Ibnu Saad dalam Thabaqat)

Tetapi Nabi sendiri tidak menyukai laki-laki yang suka memukul isterinya. Beliau bersabda sebagai berikut: “Mengapa salah seorang di antara kamu suka memukul isterinya seperti memukul seorang hamba, padahal barangkali dia akan menyetubuhinya di hari lain?!” (Riwayat Anmad, dan dalam Bukhari ada yang mirip dengan itu)

Terhadap orang yang suka memukul isterinya ini, Rasulullah s.a.w. mengatakan: “Kamu tidak jumpai mereka itu sebagai orang yang baik di antara kamu.” (Hadis ini dalam Fathul Bari dihubungkan kepada Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i dan disahkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim dari jalan Ayyas bin Abdillah bin Abi Dzubab)

Ibnu Hajar berkata: “Dalam sabda Nabi yang mengatakan: orang-orang baik di antara kamu tidak akan memukul ini menunjukkan, bahawa secara garis besar memukul itu dibenarkan, dengan motif demi mendidik jika suami melihat ada sesuatu yang tidak disukai yang seharusnya isteri harus taat. Tetapi jika dirasa cukup dengan ancaman adalah lebih baik.

Apapun yang mungkin dapat sampai kepada tujuan yang cukup dengan angan-angan, tidak boleh beralih kepada suatu perbuatan. Sebab terjadinya suatu tindakan, boleh menyebabkan kebencian yang justru bertentangan dengan prinsip bergaul yang baik yang selaiu dituntut dalam kehidupan berumahtangga. Kecuali dalam hal yang bersangkutan dengan kemaksiatan kepada Allah.

Imam Nasa’i meriwayatkan dalam bab ini dari Aisyah r.a’ sebagai berikut: “Rasulullah s.aw. tidak pernah memukul isteri mahupun khadamnya samasekali; dan beliau samasekali tidak pernah memukul dengan tangannya sendiri, melainkan dalam peperangan (sabilillah) atau kerana larangan-larangan Allah dilanggar, maka beliau menghukum kerana Allah.”

Kalau semua ini tidak lagi berguna dan sangat dikhuwatirkan akan meluasnya persengketaan antara suami-isteri, maka waktu itu masyarakat Islam dan para cerdik-pandai harus ikut campur untuk mengislahkan, iaitu dengan mengutus seorang hakim dari keluarga laki-laki dan seorang hakim dari keluarga perempuan yang baik dan mempunyai kemampuan. Diharapkan dengan niat yang baik demi meluruskan ketidak teraturan dan memperbaiki yang rusak itu, semoga Allah memberikan taufik kepada kedua suami-isteri. Perihal ini semua, Allah s.w.t. telah berfirman dalam al-Quran sebagai berikut:

“Dan perempuan-perempuan yang kamu khuwatirkan kedurhakaannya, maka nasihatlah mereka itu, dan tinggalkanlah di tempat tidur, dan pukullah. Apabila mereka sudah taat kepadamu, maka jangan kamu cari-cari jalan untuk menceraikan mereka, kerana sesungguhnya Allah Maha Tinggi dan Maha Besar. Dan jika kamu merasa khuwatir akan terjadinya percekcokan antara mereka berdua, maka utuslah hakim dari keluarga laki-laki dan seorang hakim lagi dari keluarga perempuan. Apabila mereka berdua menghendaki islah, maka Allah akan memberi taufik antara keduanya; sesungguhnya Allah Maha Tinggi dan Maha Mengetahui.” (an-Nisa’: 34-35)

Komentar
  1. […] biru yang memperkuat tim Prancis itu memulai karier sepakbolanya dengan tim Boulogne di tanah kelahirannya. Kemudian, ia pindah ke tim Ales, Brest, dan FC Metz. Kepintarannya menggocek dan mengolah si […]

    Suka

  2. […] biru yang memperkuat tim Prancis itu memulai karier sepakbolanya dengan tim Boulogne di tanah kelahirannya. Kemudian, ia pindah ke tim Ales, Brest, dan FC Metz. Kepintarannya menggocek dan mengolah si […]

    Suka

  3. […] aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh  hartaku  dan  tubuhku,  tapi  tidak  jiwaku  dan  cintaku,  yang  hanya  aku  berikan untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya […]

    Suka

Tinggalkan komentar