Simbol -Simbol Shufi

Posted: 23 Juni 2010 in Kajian
Tag:,

SIMBOL-SIMBOL SHUFI

Oleh : H Hartono Ahmad Jaiz

Shufi memiliki lambang-lambang atau simbol-simbol  di  antara­nya:

1. Lambang dalam ibadah-ibadah:

Orang-orang  sufi mempercayai bahwa shalat, puasa,  haji,  dan zakat  itu  ibadah orang awam. Adapun mereka  (orang  sufi)  maka menamakan diri mereka sebagai orang khas (khusus) atau khashatul khasah/  khawasus khawas (paling khusus). Oleh karena itu  mereka memiliki  ibadah-ibadah khusus. (Al-Fikrus Shufi, hal  61).

Setiap  kaum sufi membuat syari’at ibadah khusus untuk  mereka seperti  dzikir-dzikir  khusus dengan  gerakan-gerakan  tertentu, berkhalwat  (menyepi)  dan punya aturan khusus  tentang  makanan-makanan.  Mereka  juga punya aturan khusus tentang  pakaian,  dan halaqah (lingkaran pertemuan) khusus.

Di dalam Islam, ibadah itu untuk menyucikan jiwa (tazkiyatun nafs) dan membersihkan masyarakat. Tetapi  di  dalam  tasawwuf, ibadah  itu tujuannya untuk mengikatkan hati kepada  Allah  untuk menjumpaiNya secara langsung menurut pengakuan mereka, dan bersa­tu  (meleburkan diri/fana’) dengan Allah, mengambil  yang  gaib dari  Rasul  dan berkelakuan dengan akhlaq Allah, sehingga sufi mengatakan  kepada sesuatu, “kun fa yakuun” (jadilah maka  jadi), dan mengawasi rahasia-rahasia makhluk, melihat segala  kekuasaan, dan mengelola/ merubah alam.

Tasawwuf  tidak memperdulikan perbedaan syari’at bikinan  sufi dengan  kenyataan syari’at Islam yang dibawa Nabi  Muhammad  saw. Maka  narkotika, khamr (minuman keras), dan campur  aduk  (ikhtilath) antara perempuan dengan lelaki dalam acara-acara maulid dan halaqah-halaqah (lingkaran pertemuan) dzikir, semua

(pelanggaran)nya itu tidak diperdulikan, karena wali sufi mempun­yai syari’at tersendiri yang dijumpai dari Allah secara langsung. Maka  tidak diperdulikan, cocok atau tidak dengan syari’at  Rasul Muhammad  saw. karena masing-masing mempunyai syari’at.  Syari’at Muhammad  saw,  menurut sufi, hanyalah untuk orang  awam,  sedang syari’at  syeikh  sufi untuk orang  khawash/  khusus. (Al-Fikrus shufi, hal 61).

2. Tentang halal dan haram

Demikian pula dalam urusan halal dan haram. Pengikut wihdatil wujud (manunggaling kawula gusti/ Tuhan bersatu dengan alam  atau diri  manusia, suatu kepercayaan tasawwuf yang telah sampai pada kemusyrikan)  dalam sufisme menganggap tidak ada sesuatupun  yang diharamkan  bagi mereka, karena segala sesuatu itu  adalah  wujud yang satu. Oleh karena itu di antara mereka ada yang jadi pezina, dan  pehomo  seks,  dan ada  yang  ‘mendatangi’  keledai  terang-terangan siang hari. Dan di antara mereka ada  yang  mempercayai bahwa Allah telah menggugurkan beban-beban hukum terhadap  mereka dan  Allah  menghalalkan kepada orang-orang  sufi  hal-hal  yang diharamkan untuk orang lain. (Al-Fikrus Shufi, hal 62).

3. Dalam pemerintahan, kekuasaan, dan politik

Adapun dalam hal pemerintahan, kekuasaan, dan politik, maka manhaj  (jalan  yang ditempuh) sufi  adalah  meniadakan  bolehnya melawan keburukan dan melawan kekuasaan-kekuasaan. Karena  Allah, menurut tuduhan mereka, menegakkan hamba-hamba dalam hal yang Dia kehendaki.

4. Dalam pendidikan

Barangkali yang paling berbahaya dalam syari’at sufi  ialah manhaj  mereka  (jalan yang mereka tempuh) dalam  pendidikan,  di mana  mereka membujuk akal manusia, dan melenakan akal.  Hal  itu dengan memasukkan akal mereka ke dalam metode evolusi (bertahap), dimulai  dengan menjinakkan, kemudian menakuti  dan mengagungkan ajaran  tasawwuf  dan  tokoh-tokohnya,  kemudian  dengan membuat kerancuan pemahaman (talbis/ pencampuradukan dan pemutar  balikan yang  haq  dengan yang batil) atas  pribadi  seseorang,  kemudian dengan mengarahkan ke ilmu-ilmu tasawwuf  sedikit-demi  sedikit, kemudian dengan mengikatkan pada tarekat, dan menutup semua jalan untuk keluar setelah itu. (Al-Fikrus Shufi, hal 62).

Komentar
  1. […] ini telah melukiskan sebuah cara untuk mengukur cinta kita pada Allah. Sementara banyak orang yang berdo’a agar mendapat ini dan itu, seorang […]

    Suka

  2. […] yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami kan […]

    Suka

  3. […] yang juga merupakan pelanggaran yaitu sangkaan sebagian orang yang menganggap bahwa kalau sudah tunangan/khitbah, maka laki-laki dan perempuan tersebut boleh jalan berdua-duaan, bergandengan tangan […]

    Suka

  4. […] yang juga merupakan pelanggaran yaitu sangkaan sebagian orang yang menganggap bahwa kalau sudah tunangan/khitbah, maka laki-laki dan perempuan tersebut boleh jalan berdua-duaan, bergandengan tangan […]

    Suka

  5. […] dengan kehidupan sekalian makhluk-Nya terlebih bagi jin dan manusia, dan berikut adalah lima  fase atau tahap kehidupan manusia yaitu  Tahapan  titik nol atau ketidak adaan,  tahapan  di  alam […]

    Suka

  6. […] dengan kehidupan sekalian makhluk-Nya terlebih bagi jin dan manusia, dan berikut adalah lima  fase atau tahap kehidupan manusia yaitu  Tahapan  titik nol atau ketidak adaan,  tahapan  di  alam […]

    Suka

Tinggalkan komentar