Suatu Doa Yang Baik

Posted: 7 Juni 2010 in Renungan
Tag:

Suatu ketika, beberapa anak mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah
siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan
setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah
peraturannya.
Ada seorang anak bernama Ahmad. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang
masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Ahmad lah yang paling tak sempurna. Beberapa
anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.
Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di
garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4
mobil, dengan 4 “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah
diantaranya.
Namun, sesaat sebelum mulai, Ahmad meminta waktu sebentar untuk berdoa. Matanya terpejam,
dengan tangan tang bertangkup memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, “Ya, aku
siap!”.
Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuatkuat.
Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat,
menjagokan mobilnya masing-masing. “Ayo..ayo… cepat..cepat, maju..maju”, begitu teriak mereka.
Ahha…sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Ahmad lah
pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Ahmad. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi
dalam hati. “Alhamdulillah, terima kasih.”
Saat pembagian piala tiba. Ahmad maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan,
ketua panitia bertanya. “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Allah swt agar kamu menang,
bukan?”. Ahmad terdiam. “Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan” kata Ahmad.
Ia lalu melanjutkan, “Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Allah swt untuk menolongmu
mengalahkan saudaramu yang lain. “Aku, hanya bermohon pada Allah swt, supaya aku tak
menangis, jika aku kalah.”
Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk-tangan
yang memenuhi ruangan.

https://tausyah.wordpress.com

Komentar
  1. […] menghalalkan yang haram, akan tetapi, demi Allah, putri Rasulullah tidaklah boleh sama sekali dikumpulkan di satu tempat dengan putri dari musuh Allah […]

    Suka

  2. […]  Sehingga  kita  bisa mengambil jarak dari sumber kekecewaan dengan tidak kehilangan obyektivitas & kejernihan hati, kita menjadi lebih tegar, meskipun proses yang dibutuhkan untuk menghapus kekecewaan lebih […]

    Suka

  3. […]  kita  bisa mengambil jarak dari sumber kekecewaan dengan tidak kehilangan obyektivitas & kejernihan hati, kita menjadi lebih tegar, meskipun proses yang dibutuhkan untuk menghapus kekecewaan lebih […]

    Suka

  4. […] sifat yang hendak memecah belah persaudaraan lagi agar timbul bagi kedua belah pihak permusuhan dan kebencian dengan mempengaruhi sekalian keadaan di antara diri yang satu dengan yang […]

    Suka

  5. […] yang benar – benar aneh. Saya tidak mera khawatir tentang hal-hal itu. Karena entah bagaimana menjadi seorang muslim sangat mudah – meskipun masalah yang akan saya hadapi sangat berbeda, tentu […]

    Suka

Tinggalkan komentar