Rasul/Nabi Adalah Pangkat Tertinggi Dalam Kerajaan Dunia & Akhirat, Namun Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam Adalah Sosok Rasul Yang Rendah Hati

Posted: 23 Juli 2010 in Renungan
Tag:, , , , ,

Sepercik Kisah Kerendahan Hati Nabi Muhammad

Shallallahu Alaihi Wasallam

Masjid Madinah pada jaman awal Islam senantiasa ramai dan penuh sesak dikunjungi oleh kaum Muslimin (sahabat-sahabat Nabi Saw). Terutama sekali sesudah shalat malam, dimana Nabi Muhammad Saw biasa memberikan berbagai macam pelajaran tentang ibadah, tentang politik, tentang ekonomi dan tentang hal-hal lainnya yang berguna bagi kemaslahatan manusia.

Tapi tatkala duduk didalam masjid itu, tidaklah kelihatan perbedaan antara Nabi dan para sahabatnya. Ia duduk seperti orang lain duduk, ia berpakaian sebagaimana sahabat-sahabatnya berpakaian, tempat duduk beliau tidak ditinggikan dan permadani yang menjadi alas duduknya tidak diistimewakan. Siapa saja berhak dan boleh duduk didekatnya.
Ketika ia berbicara, maka kelihatanlah wajahnya yang senantiasa
berseri-seri, suaranya tidak keras dan tidak terlalu pelan, tetapi lemah
lembut, sedap didengar dan mudah dipahami. Ia berbicara bukan saja melalui mulutnya, tetapi juga dengan sepenuh hatinya, sehingga setiap
kata yang diucapkan beliau, bukan saja telinga yang mendengar tetapi juga meresap jauh kerelung hati. Maka pada waktu itu pula ia menjawab
bermacam-macam pertanyaan yang diajukan umatnya.
Dan pernah ketika itu mesjid Madinah telah ramai lebih dahulu, sementara Nabi belum datang. Maka sewaktu ia muncul dipintu masjid,
berdirilah para sahabatnya untuk menghormati kedatangannya dan ingin
mengiringinya. Tetapi dilarangnya mereka berdiri dan Rasulullah berkata:

‘Jangan kamu berdiri, aku bukanlah seorang raja, aku juga makan dan minum seperti kalian, aku hanyalah hamba Allah !’
Maka hadir kemasjid waktu itu, bukan saja menjadi kesukaan kaum muslimin dengan tujuan untuk mengerjakan ibadah shalat kepada Allah, akan tetapi juga kerinduan mereka ingin melihat wajah Nabinya yang selalu diliputi senyuman, memancarkan kasih sayang yang dalam dan kebaktian kepada Tuhan.
Jika ada diantara umatnya itu yang ingin membesarkan dirinya dan
memuji-mujinya secara berlebihan, maka disebutkannyalah bahwa
sahabat-sahabatnya juga lebih pantas menerima sanjungan itu.
Disebutnya kesetiaan Abu Bakar, diterangkannya keberanian Umar Bin
Khatab
, dilukiskannya kelembutan hati dan kefasihan lidah Usman Bin Affan membaca Qur’an, kecerdasan dan kepintaran Ali Bin Abu Thalib, kedermawanan Siti Khadijah, ketabahan Bilal Bin Rabbah, ketaatan Abdullah Bin Mas’ud, keteguhan hati Ammar Bin Yasir dan sebagainya.

Jika ada pula umatnya yang memuji-muji keberanian beliau, maka dialihkannya perhatian umatnya itu kepada keberanian Hamzah Bin Abdul Muthalib, Khalid Bin Walid dan pahlawan-pahlawan Islam lainnya.
Kemudian bila ada orang yang berani melebihkan kedudukannya melebihi para Nabi dan Rasul terdahulu, maka Nabi Muhammad Saw lantas menegaskan : bahwa semua Nabi dan Rasul Tuhan itu adalah sama saja dihadapan Allah, lalu diceritakannya keteguhan hati Nabi Isa, ketekunan Nabi Yahya, Keimanan Nabi Zakaria, keteguhan Nabi Yusuf, kebesaran Nabi Sulaiman, ketabahan Nabi Ayub dan lain-lainnya.
“Sesungguhnya Kami telah mamberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. 4:163)

“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para Rasul-Nya dan tidak
membedakan seorangpun di antara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. 4:152)

“Katakanlah (hai orang-orang mu’min): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’kub dan anak cucunya, dan apa yang telah diberikan kepada Musa dan ‘Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan-nya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. (QS. 2:136)

Maka dari cerita-cerita yang disampaikan itu jelaslah bahwa ia sangat
memuliakan semua Nabi dan Rasul, dan dirinya sendiri dinamakannya hanya sebagai penerus dari tugas para Rasul terdahulu.
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. 33:40)
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul.” (QS. 3:144)
Beliau besar tetapi tidak mau membesarkan diri. Ia agung tetapi tetap
rendah hati. Dan pada waktu ada umatnya yang ingin mencium tangannya, maka ia sendiri menarik tangannya penuh kelembutan.
Ditanyakannya perihal keadaan sahabatnya dan diberikannya pertolongan kepada mereka, dan kadang-kadang karena memberikan pertolongan kepada orang lain, beliau sendiri lupa akan dirinya. Digembirakan hati umatnya kepada kebajikan, dilarangnya siapa saja berbuat kejahatan dan kalau ada orang membuat kebohongan, maka wajahnya akan memerah tanda ia tidak suka.

pada suatu hari, ada seorang tua yang suka membersihkan masjid, tidak kelihatan hadir didalam masjid, Nabi lantas bertanya kepada
sahabat-sahabatnya : kemana orang tua itu, apakah ia sakit atau berhalangan. Seorang dari sahabatnya menerangkan bahwa : orang tua tersebut tidak ada lagi, telah meninggal dunia serta telah dikebumikan pula dengan baik.
Mendengar keterangan itu, Nabi Muhammad Saw kelihatan kaget sekali dan ia menanyakan : kenapa hal itu tidak diberitahukan kepadanya. Orang banyak menjawab bahwa : Rasulullah sudah terlalu sibuk dan kematian seorang tua biasa rasanya tidak perlu diketahuinya.

Jawaban itu amat tidak memuaskan bagi Nabi, kelihatan wajahnya berubah karena kesal dan karena sedih, dan ia menyatakan akan segera berziarah kekubur orang tua itu.
“Kuburnya jauh sekali, ya Rasulullah !” Ujar seorang sahabat.
Dan Nabi tetap akan menziarahinya. Diperingatkannya kepada para sahabatnya, bahwa semua manusia itu adalah sama kedudukannya, dan siapa yang bertakwa itulah yang lebih pantas mendapat kemuliaan dihadapan Allah.
“Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. 2:197)
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. 49:13)
Dan keesokan harinya, ia pergi berziarah, jauh diluar kota, padahal panas sangat teriknya. Sekembali dari ziarah itu, kelihatanlah bajunya yang basah oleh keringat dan berdebu, namun wajahnya tetap berseri-seri, mencerminkan kepuasan batinnya akan apa yang telah beliau lakukan.
Sungguh amat besar perhatiannya kepada semua orang, dan lebih-lebih kepada orang-orang yang hidupnya selalu diliputi kemiskinan. Pada suatu hari raya, ia sangat bergembira, namun ketika dipinggir jalan dilihatnya seorang anak piatu menangis berhiba hati, maka wajah beliaupun ikut bermuram durja.

Diangkatnya wajah anak itu dengan tangannya, dibujuknya hatinya yang sedih dan ditawarkannya : Apakah anak itu senang menjadikan dirinya sebagai ayahnya dan Aisyah sebagai ibunya?. Kemudian dibawanya anak itu kerumahnya dan barulah wajah beliau cerah kembali setelah anak tersebut ikut bergembira menikmati hari raya yang mulia.
Kalau ada temannya yang sakit, maka ia segera berkunjung dan tidak
ditunggunya sampai temannya itu mengalami sakit yang parah.

Berkata Abu Hurairah : ‘Aku telah dikunjungi oleh Rasulullah, padahal aku cuma sakit mata sedikit saja.’
Kadang-kadang berkelakarlah ia dengan para sahabatnya itu, berkelakar
secara sopan, tetapi sangat menggembirakan hati.
Sekali dilihatnya seorang sahabat memakan korma, padahal sahabat itu sedang sakit sebelah matanya. Maka dengan nada kaget Nabi bertanya : ‘Hai, bagaimana caranya memakan korma itu padahal matamu sakit sebelah?’
Sahabat itu rupanya mengerti akan kelakar Nabi, lalu ia menjawab sambil tersenyum : ‘Korma ini kumakan dengan mataku yang sebelah lagi, ya Rasulullah !’ Mendengar itu Rasulullah tersenyum.
Pada suatu hari yang lain, beliau melihat salah seorang sahabatnya naik kuda, lalu dengan bernada heran, Nabi bertanya : ‘Hai, kenapa anda menaiki anak kuda itu ?’
‘Ini bukan anak kuda, ya Rasulullah ! Ini adalah induk kuda !’ jawab orang tersebut sambil melompat turun dari kudanya.
Nabi menjelaskan : ‘Tiap induk kuda adalah anak kuda juga !’, maka
laki-laki itu tersenyum dan Rasulullah ikut tersenyum pula.
Dihari lain pula, seorang tua menanyakan kepadanya : ‘Apakah ia bisa masuk sorga dengan segala ibadah yang dikerjakannya ?’ Nabi rupanya ingin berkelakar, lalu beliau menjawab : ‘Didalam sorga tidak ada orang tua !’
Mendengar jawaban pendek dari Nabi itu, maka orang tua tadi hampir saja menangis dan menghempas-hempaskan kakinya. Tetapi Nabi cepat melanjutkan : ‘Dalam sorga memang tidak ada orang tua, sebab semua orang akan menjadi muda kembali di sorga.’
Orang tua itupun tertawa terbahak-bahak mendengar kelakar Nabi dan Nabi-pun tersenyum bahagia.
Maka siapakah gerangan yang tidak akan senang dengan Nabi sebaik itu, siapakah orangnya yang akan merasa kerasan tinggal dirumahnya sendiri pada waktu shalat dan malam hari, dimana dimesjid, Nabi sedang memberikan bermacam-macam tuntunan hidup.
Ia sangat hormat kepada orang-orang yang lebih tua dan sangat pandai
bergaul dengan teman-teman sebayanya, beliau juga sangat kasih kepada anak-anak serta sangat hormat kepada wanita.
“Sepuluh tahun aku tinggal dirumahnya dan membantu urusan rumah tangganya” kata Anas Bin Malik, “Namun tidak pernah kudengar ia mengomel. Tak pernah ia mengucapkan : ‘Ini kenapa begini ? atau Itu kenapa begitu ?”
Kata Aisyah, Istrinya : “Ia tidak pernah memukul anak-anak, ia tidak
pernah juga memukul pembantunya dan iapun tidak pernah memukul wanita !”
Bila ada orang-orang yang berhajat menemuinya, maka ialah yang lebih dulu menganggukkan kepala atau mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Tidak ditariknya tangannya dari berjabat tangan sebelum orang lain menarik duluan, dan jika ada diantara para sahabat yang berjabat tangan dengan ujung jarinya saja, maka ditariknya tangan sahabat itu, dan ia berkata sambil senyum : ‘Jangan terlalu pelit.’
Dihormatinya semua orang, bahkan orang-orang yang sangat membencinyapun dihormatinya juga. Dikota Madinah, tidak ada orang sejahat Abdullah Bin Ubay, kepala kaum munafik yang selalu menyebarkan fitnah dan kekacauan.

Tetapi sewaktu Abdullah Bin Ubay wafat dan anaknya sendiri datang menemui Nabi dan memberitakan kematiannya, maka kelihatan benar rasa haru pada wajah yang mulia itu.
“Ayahku berwasiat supaya baju anda dapat dipakai untuk menyelimuti
jenasahnya !” Kata anak Abdullah Bin Ubay secara tidak sopan. Tetapi Nabi tidak marah, Nabi lantas menyalin bajunya dan memberikan bajunya waktu itu juga.

Sekali waktu ketika Nabi Muhammad Saw sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya, lewatlah sebuah rombongan mengusung jenasah, lalu Nabi berdiri : menghormati jenasah itu.

Setelah lewat rombongan itu, maka para sahabat memberitahukan bahwa jenasah itu adalah jenasah orang Yahudi. Tetapi Nabi menjawab : “Aku tahu itu adalah jenasah Yahudi, tetapi bila manusia sudah wafat, maka keadaannya sama saja.”
Aisyah berkata : “Tidak ada seorangpun daripada Rasulullah Saw !”
Jair Bin Abdullah : “Kapan saja aku menemui Rasulullah, selalu kulihat
beliau tersenyum.”

Pernah Rasulullah memangku seorang anak bayi keluarga miskin, dan ibu dari anak tersebut terkejut ketika bayinya kencing diatas pangkuan Nabi. Tetapi Nabi hanya tersenyum dan ibu sianak disuruhnya bersenang hati.
Sebagai seorang suami, Nabi Muhammad Saw terkenal sebagai suami yang tidak pernah menurunkan tangan kasar maupun kata-kata keras kepada istri-istrinya. Suatu malam, terlambatlah beliau pulang dari masjid kerumahnya dan setelah pintu diketuknya berulang-ulang, Siti Aisyah tidak juga terbangun dan membuka pintu.

Maka tidurlah ia diberanda rumahnya sampai pagi, dijadikannya serbannya sebagai alas tidur dan dijadikannya lengannya sebagai bantal.
Ketika subuh, Siti Aisyah kaget melihatnya dan ia bertanya kenapa
Rasulullah tidak membangunkannya. Nabi menerangkan bahwa ia telah mengetuk pintu berulang-ulang, tetapi rupanya Aisyah tidur nyeyak sekali.
“Kenapa tidak engkau ketuk pintu sedikit keras, biar saya terbangun wahai Rasulullah ?” Tanya Aisyah.
Nabi menjawab dengan tersenyum : “Sedangkan Tuhan yang amat berkuasa atas segala hamba-Nya lagi tidak mengizinkan engkau terbangun, maka saya yang hanyalah seorang hamba Allah terlebih lagi tidak memiliki hak untuk membangunkanmu, hai Umairah.”

Siti Aisyah kemudian meminta maaf kepada Nabi, tetapi Rasulullah tidak merasa bahwa istrinya itu bersalah, semuanya telah diatur oleh Allah.
Kadang-kadang beliau pulang kerumahnya, dan tidak ada makanan yang tersedia. “Belum ada makanan yang saya masak ya Rasulullah, yang ada hanya makanan yang masih mentah.” Kata Aisyah.
Maka Nabipun tersenyum lalu ia pergi kedapur dan memasaknya sendiri dan setelah siap, makanlah mereka semuanya bersama-sama.
Nasihat serta saran yang diterimanya dari siapapun akan beliau terima jika memang hal itu bagus. Hal ini terlihat ketika peristiwa perang khandak, beliau menerima masukan dari sahabatnya, Salman Al-Parisy untuk membuat parit pertahanan sekitar kota Madinah.

Setelah mengadakan pertimbangan dan musyawarah bersama para sahabat yang lain, akhirnya usulan dari Salman Al-Parisi tersebut diterima. Maka bekerjalah mereka semua, termasuk Nabi sendiri untuk menggali parit pertahanan (khandak).
Ketika kota Mekkah berhasil ditundukkannya dan para sahabatnya memasuki kota Mekkah, maka Nabi memperlahankan jalan ontanya. Orang lain bersorak sorai karena kegembiraan, tetapi beliau sendiri menundukkan kepalanya kebumi dan matanya kelihatan basah menahan tangis. Menangis ia karena bersyukur dan pada waktu kemenangan tersebut, beliau berdoa memohon ampun kepada Allah.
Ia nyaris tidak pernah berbuat kesalahan hatinya pun suci dan hidupnya penuh pula diliputi kesucian. Namun meski demikian, ia selalu berdoa agar dosa-dosanya dan dosa-dosa umatnya diampuni oleh Allah, dan ia selalu membaca istighfar siang dan malam.

Menurut sebuah riwayat, ia membaca istighfar setiap hari tidak kurang dari 70 kali, adapula yang meriwayatkannya 200 kali.

Dan shalat malam (Tahajud) dikerjakannya setiap malam. Meskipun tidak jarang pada waktu itu keadaan tubuhnya begitu lelah dan penat, namun tiadalah Nabi merasa sungkan untuk beribadah kepada Allah.
Bilal Bin Rabah telah menyaksikan betapa Rasulullah itu tetap juga
mengerjakan shalat malam tatkala dalam perjalanan. Bertanya Bilal : “Engkau shalat lagi ya Rasulullah ! Bukankah dosamu tidak ada dan engkau telah dijamin Allah masuk sorga ?”

Nabi menjawab : “Tidakkah engkau bergembira ya Bilal, bila aku beribadah kepada Tuhanku ?”

Namun sungguh bagi pemikiran yang sederhana,..akan sulitlah mengerti. Dan ketidakmengertian ini tidak bisa dipaksakan mengerti hanya oleh sebuah dekrit “ini perintah Allah” lalu titik.

Bukankah kita dituntut mengajarkan dengan cara hikmah ?

Cobalah berpikir, tidak usahlah orang Islam sendiri yang mengakui kerasulan Muhammad, orang lain yang begitu mengerti sosok pribadi Muhammad pasti akan bisa mencintai dan mempercayai beliau. Jika anda tak mampu memahami hingga begitu dalam, lihatlah sosok-sosok pribadi para manusia yang mencintai beliau, hingga sekarang.

Seseorang yang berpribadi baik, sungguh tak masuk akal jika dia mengikuti sosok pribadi yang tidak jauh lebih baik dari dirinya.

Kemudian jika sebaliknya, seseorang yang ingin berkarakter sempurna
sebagaimana Nabi mencontohkannya, tentulah mustahil dicapai tanpa dia mencintai Nabi dan setia kepada beliau.

Kalau setia dan cinta saja tidak,…..lalu bagaimana mencapainya ?
Ingatlah suatu riwayat seorang pemuda yang berkeinginan untuk bertobat dari maksiat akan tetapi sangat berat meninggalkannya, dari Nabi hanya mintai janji,” ..akan tetapi kamu tidak boleh bohong padaku !” Hanya tidak boleh bohong pada Nabi, dan pemuda ini begitu mematuhinya, dia bisa lepas dari kemaksiatan. Karena setiap dia melakukannya, merasa malu kepada beliau, dan jika dia melakukannya dan membohongi Nabi dia berarti melanggar janjinya.

Bagi sesama hamba Allah yang beriman, jika dia mencintai sesuatu, buah dari rasa cinta itu tumbuhlah ridho. Tentang ridho ini sungguh adalah hasil dari sebuah hubungan yang sangat spesial. Hingga suatu kali seorang hamba di akhirat kelak masih merasa berkekurangan dengan ditempatkannya di syurga, dipanggillah dia oleh Allah, dan dia ditanya mengapa demikian.

” Karena yang aku mau sebenarnya adalah ridlo-Mu Ya Allah !”

Manusiawi, kalau perlu saya katakan sangat alami, jika seseorang mencintai orang lain, pasti selalu berupaya untuk menyenangkan orang lain yang dicintainya itu.

Apakah bisa seorang muslim mencintai dan meridhoi seseorang hingga dia bisa menahan doanya untuk orang yang dicintainya itu ?

Sudahkah anda tahu sekarang bahwa mencintai Nabi adalah kesempurnaan anda dalam beriman ? Jika sudah, masihkah anda ‘kelu’ untuk menyampaikan salam kepada beliau ?

https://tausyah.wordpress.com

Komentar
    • tausiyah berkata:

      insya ALLAH akhi..kemanfaatan pengetahuan islamiyahlah yang terlebih utama..semoga ALLAH membuka hati dan pikiran kita segenap kaum muslim seluruhnya..

      Salam ukhuwah ^_^

      Suka

  1. […] Rasul/Nabi Adalah Pangkat Tertinggi Dalam Kerajaan Dunia & Akhirat, Namun Rasulullah Shallallahu… […]

    Suka

  2. […] berita itu kaum Qureiys segera membikin persiapan. Mereka khawatir kalau-kalau kebe­rangkatan Rasul Allah s.a.w. itu hanya merupakan tipu muslihat untuk menyerbu Makkah. Khalid bin Al Walid dan pasukannya […]

    Suka

  3. […] harinya Rasul Allah s.a.w. mengucapkan khutbah di hadapan jema’ah para sahabat. Beliau berkata: ” Hai […]

    Suka

  4. […] menyulitkan kedudu­kan Imam Ali r.a. Di satu fihak ia menghormati Khalifah Utsman r.a. sebagai pemimpin ummat yang telah dibai’at secara sah. Khalifah Utsman r.a. adalah sahabat karibnya dan kawan […]

    Suka

  5. […] terjadi saling-tolak dan saling tukar pendapat antara Imam Ali r.a. dengan mereka. Para sahabat Nabi Muhammad s.a.w. dan para pemuka kaum Muhajirin dan Anshar mengemukakan alasannya masing-masing tentang apa […]

    Suka

  6. […] akhir masa hidupnya Thalhah mengambil sikap permusuhan, tetapi bagaimana pun juga ia adalah sahabat Rasul Allah s.a.w. dan termasuk pejuang yang gigih menegakkan Islam bersama para sahabat Nabi yang lain. Tidak jarang […]

    Suka

  7. […] akhir masa hidupnya Thalhah mengambil sikap permusuhan, tetapi bagaimana pun juga ia adalah sahabat Rasul Allah s.a.w. dan termasuk pejuang yang gigih menegakkan Islam bersama para sahabat Nabi yang lain. Tidak jarang […]

    Suka

  8. […] sebelum orang-orang muslim lain mengambil hak mereka. Seandainya aku tidak pernah melihat sendiri Rasul Allah s.a.w. mencium mulutmu, engkau sudah kusakiti dengan cambuk […]

    Suka

  9. […] sebelum orang-orang muslim lain mengambil hak mereka. Seandainya aku tidak pernah melihat sendiri Rasul Allah s.a.w. mencium mulutmu, engkau sudah kusakiti dengan cambuk […]

    Suka

  10. […] disampaikan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam kepada umatnya sebagaimana yang diperintahkan […]

    Suka

  11. […] tentang terbelahnya bulan, maka itu adalah mukjizat yang terjadi pada Rasul terakhir Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya. Dan mukjizat […]

    Suka

  12. […] itu adalah amal-amal yang dilandaskan bukan kepada As-Sunnah atau dimaksudkan bukan karena Allah. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda kepada Sa’ad bin Abi Waqqash, “Sesungguhnya sekali-kali engkau tidak […]

    Suka

  13. […] sebagai peringatan atas jasa Julius Caesar dalam melakukan penyempurnaan tarikh itu, maka tarikh tersebut disebut tarikh JULIAN. dengan menganti nama bulan ke-5 yg semula Quintilis menjadi Julio, yg kt kenal sebgai bln Juli. […]

    Suka

  14. […] disampaikan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam kepada umatnya sebagaimana yang diperintahkan […]

    Suka

  15. […] tentang terbelahnya bulan, maka itu adalah mukjizat yang terjadi pada Rasul terakhir Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya. Dan mukjizat […]

    Suka

  16. […] yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih sempurna dari petunjuk beliau, atau hukum yang lain lebih baik dari hukum beliau. Seperti […]

    Suka

  17. […] ini merupakan satu hal yang sangat penting, karena wajib hukumnya bagi para da’i untuk mengikuti manhaj dakwah para Nabi dan Rasul.   Secara bahasa, tauhid merupakan isim mashdar yang berasal dari fi’il (kata kerja) , […]

    Suka

  18. […] besar yang telah menimpa agama umat ini. Padahal, agama merupakan sebab kelestarian umat ini, petunjuk bagi umat dalam menangani urusan mereka. Bila penyebab ini tiada, maka pengaruhnya pun […]

    Suka

  19. […] jika engkau benar-benar mengharapkan pahala dari Allah walaupun engkau dalam keadaan letih dan lelah, dan engkau mendekati sang istri tercinta dan menggaulinya, niscaya dirimu akan mendapatkan pahala […]

    Suka

  20. […] Adz-Dzahabi berkata :”Ruqayyah hijrah ke Habasyah bersama Utsman dua kali. Nabi SAW bersabda :”Sesungguhnya kedua orang itu (Utsman dan Ruqayyah) adalah orang-orang yang […]

    Suka

  21. […] Mahmad, Mahamod, Himdah dan Hemed muncul dalam Perjanjian Lama yang menurut bahasa Arabnya adalah Muhammad dan Ahmad dimana kesemua asal katanya diambil dari akar kata ‘H, M dan D’ yang merujuk kepada […]

    Suka

  22. […] ingat kepadanya, dan yang dulunya berhukum dengan ucapan fulan bin fulan menjadi berhukum dengan ucapan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam ” (Ta’wil Mukhtalafil Hadits dalam […]

    Suka

  23. […] Aku amat terkejut kerana belum pernah melihat unta yang sebegitu besar seumur hidupku. Sekiranya aku teruskan niatku, nescaya akan matilah aku ditendang oleh unta itu, sebab itulah aku berundur dan membatalkan […]

    Suka

  24. […] Bolehkah menulis huruf SAW yang maksudnya shalawat (ucapan shallallahu ‘alaihi wasallam). Dan apa […]

    Suka

  25. […] kaumnya tetap mencegahnya pergi ke medan perang. Karena itu `Amru kemudian menghadap Rasulullah Saw dan berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah. […]

    Suka

  26. […] dan cara hidup Imam Ali r.a. benar-benar telah ma­nunggal dengan kezuhudan dan ketinggian tingkat taqwanya kepa­da Allah s.w.t. Pernah terjadi, ada seorang telah melakukan suatu kesalahan. Untuk menutupi kesalahannya, ia […]

    Suka

  27. […] besar yang telah menimpa agama umat ini. Padahal, agama merupakan sebab kelestarian umat ini, petunjuk bagi umat dalam menangani urusan mereka. Bila penyebab ini tiada, maka pengaruhnya pun […]

    Suka

  28. Subhanallah …
    Izin Share Akh/Ukh

    Suka

  29. […] pernah mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sedang menemui wanita-wanita yang berbai’at kepada beliau, wanita-wanita itu mengatakan. “Wahai Rasulullah, kami […]

    Suka

  30. […] 21:00. Pada waktu tersebut hawa di sekitar sudah mulai rendah daripada hawa tubuh. Maka, diperlukan penyesuaian sistem energi di dalam tubuh manusia untuk bisa menyesuaikan diri dengan hawa di […]

    Suka

  31. […] 21:00. Pada waktu tersebut hawa di sekitar sudah mulai rendah daripada hawa tubuh. Maka, diperlukan penyesuaian sistem energi di dalam tubuh manusia untuk bisa menyesuaikan diri dengan hawa di […]

    Suka

  32. […] 21:00. Pada waktu tersebut hawa di sekitar sudah mulai rendah daripada hawa tubuh. Maka, diperlukan penyesuaian sistem energi di dalam tubuh manusia untuk bisa menyesuaikan diri dengan hawa di […]

    Suka

  33. […] 21:00. Pada waktu tersebut hawa di sekitar sudah mulai rendah daripada hawa tubuh. Maka, diperlukan penyesuaian sistem energi di dalam tubuh manusia untuk bisa menyesuaikan diri dengan hawa di […]

    Suka

  34. […] sebelum orang-orang muslim lain mengambil hak mereka. Seandainya aku tidak pernah melihat sendiri Rasul Allah s.a.w. mencium mulutmu, engkau sudah kusakiti dengan cambuk […]

    Suka

  35. […] itu adalah amal-amal yang dilandaskan bukan kepada As-Sunnah atau dimaksudkan bukan karena Allah. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda kepada Sa’ad bin Abi Waqqash, “Sesungguhnya sekali-kali engkau tidak akan […]

    Suka

Tinggalkan komentar