Arsip untuk 3 Juli 2010

Islam Secara Kaffah

Posted: 3 Juli 2010 in Tausiyah
Tag:, ,

“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu semuanya kedalam Islam secara kaffah, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya dia itu musuh yang nyata bagimu.”
(Qs. al-Baqarah 2:208)

Ayat diatas merupakan seruan, perintah dan juga peringatan Allah yang ditujukan khusus kepada orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang mengakui Allah sebagai Tuhan satu-satunya dan juga mengakui Muhammad selaku nabi-Nya agar masuk kedalam agama Islam secara kaffah atau secara keseluruhan, benar-benar, sungguh-sungguh.

Apa maksudnya ?
Pengalaman telah mengajarkan kepada kita, betapa banyaknya manusia-manusia yang mengaku telah beriman kepada Allah, mengaku meyakini apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan dia juga mengaku beragama Islam akan tetapi pada hakekatnya mereka tidaklah Islam.

Islam hanya dijadikan topeng, cuma sekedar pajangan didalam KTP yang sewaktu marak aksi demonstrasi dipergunakan sebagai tameng didalam menindas orang-orang yang lemah, melakukan aniaya terhadap golongan minoritas serta tidak jarang dijadikan sarana untuk menipu rakyat banyak.

Allah tidak menghendaki Islam yang demikian.
Islam adalah agama kedamaian, agama yang mengajarkan Tauhid secara benar sebagaimana ajaran para Nabi dan Rasul serta agama yang memberikan rahmat kepada seluruh makhluk sebagai satu pegangan bagi manusia didalam menjalankan tugasnya selaku Khalifah dimuka bumi.

Dalam surah al-Baqarah 2:208 diatas, Allah memberikan sinyal kepada umat Islam agar mau melakukan intropeksi diri, sudahkah kita benar-benar beriman didalam Islam secara kaffah ?

Allah memerintahkan kepada kita agar melakukan penyerahan diri secara sesungguhnya, lahir dan batin tanpa syarat hanya kepada-Nya tanpa diembel-embeli hal-hal yang bisa menyebabkan ketergelinciran kedalam kemusryikan.

Bagaimanakah jalan untuk mencapai Islam Kaffah itu sesungguhnya ?
al-Qur’an memberikan jawaban kepada kita :

“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling darinya, padahal kamu mengerti.”
(Qs. al-Anfaal 8:20)

Jadi Allah telah menyediakan sarana kepada kita untuk mencapai Islam yang kaffah adalah melalui ketaatan kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya serta tidak berpaling dari garis yang sudah ditetapkan.

Taat kepada Allah dan Rasul ini memiliki aspek yang sangat luas, akan tetapi bila kita mengkaji al-Qur’an secara lebih mendalam lagi, kita akan mendapati satu intisari yang paling penting dari ketaatan terhadap Allah dan para utusan-Nya, yaitu melakukan Tauhid secara benar.

Tauhid adalah pengesaan kepada Allah.
Bahwa kita mengakui Allah sebagai Tuhan yang Maha Pencipta yang tidak memiliki serikat ataupun sekutu didalam zat dan sifat-Nya sebagai satu-satunya tempat kita melakukan pengabdian, penyerahan diri serta ketundukan secara zhohir dan batin.

Seringkali manusia lalai akan hal ini, mereka lebih banyak berlaku sombong, berpikiran picik laksana Iblis, hanya menuntut haknya namun melupakan kewajibannya. Tidak ubahnya dengan orang kaya yang ingin rumahnya aman akan tetapi tidak pernah mau membayar uang untuk petugas keamanan.

Banyak manusia yang sudah melebihi Iblis.
Iblis tidak pernah menyekutukan Allah, dia hanya berlaku sombong dengan ketidak patuhannya untuk menghormati Adam selaku makhluk yang dijadikan dari dzat yang dianggapnya lebih rendah dari dzat yang merupakan sumber penciptaan dirinya.

Manusia, telah berani membuat Tuhan-tuhan lain sebagai tandingan Allah yang mereka sembah dan beberapa diantaranya mereka jadikan sebagai mediator untuk sampai kepada Allah. Ini adalah satu kesyirikan yang besar yang telah dilakukan terhadap Allah.

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan pendeta-pendeta mereka sebagai Tuhan-Tuhan selain Allah, juga terhadap al-Masih putera Maryam; padahal mereka tidak diperintahkan melainkan agar menyembah Tuhan Yang Satu; yang tidak ada Tuhan selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (Qs. al-Baraah 9:31)

“Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa’atan, namun mereka berkata: “Mereka itu penolong-penolong kami pada sisi Allah !”. Katakanlah:”Apakah kamu mau menjelaskan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit-langit dan dibumi ?” ; Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.”  (Qs. Yunus 10:18)

Penyakit syirik ini dapat mengenai dan menyertai siapa saja, tidak terkecuali didalam orang-orang Islam yang mengaku bertauhid. Untuk itulah Allah memberikan perintah internal kepada umat Muhammad ini agar sebelum mereka melakukan Islamisasi kepada orang lain, dia harus terlebih dahulu mengIslamkan dirinya secara keseluruhan alias Kaffah dengan jalan mentaati apa-apa yang sudah digariskan dan dicontohkan oleh Rasul Muhammad Saw sang Paraclete yang agung, Kalky Authar yang dijanjikan.

Bagaimana orang Islam dapat melakukan satu kesyirikan kepada Allah, yaitu satu perbuatan yang mustahil terjadi sebab dia senantiasa mentauhidkan Allah ?

Sejarah mencatatkan kepada kita, berapa banyak orang-orang Muslim yang melakukan pemujaan dan pengkeramatan terhadap sesuatu hal yang sama sekali tidak ada dasar dan petunjuk yang diberikan oleh Nabi.

Dimulai dari pemberian sesajen kepada lautan, pemandian keris, peramalan nasib, pemakaian jimat, pengagungan kuburan, pengkeramatan terhadap seseorang dan seterusnya dan selanjutnya.

Inilah satu bentuk kesyirikan terselubung yang terjadi didalam diri dan tubuh kaum Muslimin kebanyakan.

Mereka lebih takut kepada si Roro Kidul ketimbang kepada Allah, mereka lebih hormat kepada kyai ketimbang kepada Nabi. Mereka lebih menyukai membaca serta mempercayai isi kitab-kitab primbon dan kitab-kitab kuning yang bertuliskan arab gundul ketimbang membaca dan mempercayai kitab Allah, al-Qur’anul Karim.

Adakah orang-orang yang begini ini disebut sebagai Islam yang kaffah ?
Sudah benarkah cara mereka beriman kepada Allah ?

Saya yakin, kita semua membaca al-Fatihah didalam Sholat, dan kita semua membaca :

“Iyyaka na’budu waiyya kanasta’in”
Yang artinya :
“Hanya kepada Engkaulah (ya Allah) kami mengabdi dan hanya kepada Engkaulah (ya Allah) kami memohon pertolongan”

Atau juga :
“U diemen wij en U smeeken wij om hulp”
Yang berarti :
“THEE alone do we worship and THEE alone do we implore for help”.

Ayat ini berindikasikan penghambaan kita kepada Allah dan tidak memberikan sekutu dalam bentuk apapun sebagaimana juga isi dari surah al-Ikhlash :

“Katakan: Dialah Allâh yang Esa. Allâh tempat bergantung. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada bagi-Nya kesetaraan dengan apapun.”
(Qs. al-Ikhlash 112:1-4)

“Zeg: Hij, Allah is Een; Allah is Hij, van Wien alles afhangt; Hij baart niet, noch is Hij geebard; En niemand is Hem gelijk.”
(Qur’an al-Ichlas het 112de: 1-4)

Hanya sayangnya, manusia terlalu banyak yang merasa angkuh, pongah dan sombong yang hanyalah merupakan satu penutupan dari sifat kebodohan mereka semata sehingga menimbulkan kezaliman-kezaliman, baik terhadap diri sendiri dan juga berakibat kepada orang lain bahkan hingga kepada lingkungan.

Untuk mendapatkan kekayaan, kedudukan maupun kesaktian, tidak jarang seorang Muslim pergi kedukun atau paranormal, memakai jimat, mengadakan satu upacara ditempat-tempat tertentu pada malam-malam tertentu dan di-ikuti pula dengan segala macam puasa-puasa tertentu pula yang tidak memiliki tuntunan dari Allah dan Rasul-Nya.

Apakah mereka-mereka ini masih bisa disebut sebagai seorang Islam yang Kaffah ? Dengan tindakan mereka seperti ini, secara tidak langsung mereka sudah meniadakan kekuasaan Allah, mereka menjadikan semuanya itu selaku Tuhan-tuhan yang berkuasa untuk mengabulkan keinginan mereka.

“Dan sebagian manusia, ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Tetapi orang-orang yang beriman adalah amat sangat cintanya kepada Allah.”
(Qs. Al-Baqarah 2:165)

Kepada orang-orang seperti ini, apabila diberikan peringatan dan nasehat kepada jalan yang lurus, mereka akan berubah menjadi seorang pembantah yang paling keras.

“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam al-Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan. Tetapi manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.”
(Qs. al-Kahf 18:54)

“Tidakkah engkau pikirkan orang-orang yang membantah tentang kekuasaan-kekuasaan Allah ? Bagaimana mereka bisa dipalingkan ?”
(Qs. al-Mu’min 40:69)

Orang-orang sekarang telah banyak yang salah pasang ayat, mereka katakan bahwa apa yang mereka lakukan itu bukanlah suatu kesyirikan melainkan satu usaha atau cara yang mesti ditempuh sebab tanpa usaha Tuhan tidak akan membantu.

Memang benar sekali, tanpa ada tindakan aktif dari manusia, maka tidak akan ada pula respon reaktif yang timbul sebagai satu bagian dari hukum alam sebab-akibat. Akan tetapi, mestikah kita mengaburkan akidah dengan dalil usaha ?

Anda ingin kaya maka bekerja keras dan berhematlah semampu anda, anda ingin mendapatkan penjagaan diri maka masukilah perguruan-perguruan beladiri, anda ingin pintar maka belajarlah yang rajin begitu seterusnya yang pada puncak usaha itu haruslah dibarengi dengan doa kepada Allah selaku penyerahan diri kepada sang Pencipta atas segala ketentuan-Nya, baik itu untuk ketentuan yang bagus maupun ketentuan yang tidak bagus.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
(Qs. al-Baqarah 2:216)

“Yang demikian itu adalah nasehat yang diberikan terhadap orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, karena barang siapa berbakti kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan bagi mereka satu pemecahan; dan Allah akan mengaruniakan kepadanya dari jalan yang tidak ia sangka-sangka; sebab barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan menjadi pencukupnya. Sesungguhnya Allah itu pelulus urusan-Nya, sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap sesuatu.”
(Qs. at-Thalaq 65:2-3)

Bukankah hampir semua dari kita senantiasa hapal dan membaca ayat dibawah ini dalam doa iftitahnya ?

“Sesungguhnya Sholatku, Ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan sekalian makhluk, tiada serikat bagi-Nya, karena begitulah aku diperintahkan.”
(Qs. al-An’aam 6:162-163)

Anda membutuhkan perlindungan dari segala macam ilmu-ilmu jahat, membutuhkan perlindungan dari orang-orang yang bermaksud mengadakan rencana yang jahat dan keji, maka berimanlah anda secara sungguh-sungguh kepada Allah dan Rasul-Nya, InsyaAllah, apabila anda benar-benar Kaffah didalam Islam, Allah akan menepati janji-Nya untuk memberikan Rahmat-Nya kepada kita.

“Dan ta’atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.”
(Qs. Ali Imran 3:132)

Rahmat Allah itu tidak terbatas, Rahmat bisa merupakan satu perlindungan, satu pengampunan, Kasih sayang dan juga bisa berupa keridhoan yang telah diberikan-Nya kepada kita.

Apakah anda tidak senang apabila Tuhan meridhoi anda ?
Seorang anak saja, apabila dia telah mendapatkan restu dan ridho dari kedua orangtuanya, anak tersebut akan memiliki ketenangan dan penuh suka cita didalam melangkah, apakah lagi ini yang didapatkan adalah keridhoan dari Ilahi, Tuhan yang menciptakan seluruh makhluk, yang berkuasa atas segala sesuatu ?

Jika Allah ridho kepada kita, maka percayalah Allah akan membatalkan dan mengalahkan musuh-musuh kita. Maka dari itu berkepribadian Kaffah-lah didalam Islam, berimanlah secara tulus dan penuh kesucian akidah.

Dalam kajian lintas kitab, kita akan mendapati fatwa dari ‘Isa al-Masih kepada para sahabatnya mengenai kekuatan Iman :

Mt 17:19-20 Jesus said to them: Because of your unbelief. For, amen I say to you, if you have faith as a grain of mustard seed, you shall say to this mountain, Remove from hence hither, and it shall remove; and nothing shall be impossible to you. But this kind is not cast out but by prayer and fasting. (Bible Douay)

Mt 21:21-22 And Jesus answering, said to them: Amen, I say to you, if you shall have faith, and stagger not, not only this of the fig tree shall you do, but also if you shall say to this mountain, Take up and cast thyself into the sea, it shall be done. And in all things whatsoever you shall ask in prayer, believing, you shall receive. (Bible Douay)

al-Qur’an pun memberikan gambaran :

2:187. And when MY servants ask thee about ME, say `I am near. I answer the prayer of the supplicant when he prays to ME. So they should hearken to ME and believe in ME that they may follow the right way.

Kita lihat, Allah akan mendengar doa kita, Dia akan memberikan Rahmat-Nya kepada kita dengan syarat bahwa terlebih dahulu kita harus mendengarkan dan percaya kepada-Nya, mendengar dalam artian mentaati seluruh perintah yang telah diberikan oleh Allah melalui para Nabi dan Rasul-Nya, khususnya kepada baginda Rasul Muhammad Saw.

Tidak perlu anda mendatangi tempat-tempat keramat untuk melakukan tapa-semedi, berpuasa sekian hari atau sekian malam lamanya dengan berpantang makan ini dan makan itu atau juga menyimpan, menggantung jimat sebagai penolak bala, pemanis muka, atau sebagai aji wibawa.

Ambillah al-Qur’an, bacalah dan pelajarilah, amalkan isinya … maka dia akan menjadi satu jimat yang sangat besar sekali yang mampu membawa anda tidak hanya lepas dari derita dunia yang bersifat temporary, namun juga derita akhirat yang bersifat long and abide.

Yakinlah, bahwa sekali anda mengucapkan kalimah “Laa ilaaha illallaah” (Tiada Tuhan Selain Allah), maka patrikan didalam hati dan jiwa anda, bahwa jangankan ilmu-ilmu jahat, guna-guna, santet, Jin, Iblis apalagi manusia dengan segenap kemampuannya, Tuhan-pun tidak ada.

Kenapa demikian ?
Sebab dunia ini telah dibuat terlalu banyak memiliki Tuhan-tuhan, semua berhala-berhala yang disembah oleh manusia dengan beragam caranya itu tetap dipanggil Tuhan oleh mereka, entah itu Tuhan Trimurti, Tuhan Tritunggal, Tuhan anak, Tuhan Bapa, Tuhan Budha dan seterusnya.

Karena itu Tauhid yang murni adalah Tauhid yang benar-benar meniadakan, menafikan segala macam jenis bentuk ketuhanan yang ada, untuk kemudian disusuli dengan keberimanan, di-ikuti dengan keyakinan, mengisi kekosongan tadi dengan satu keberadaan, bahwa yang ada dan kita akui hanyalah Tuhan yang bernama Allah.

Itulah intisari dari Iman didalam Islam, intisari seluruh ajaran dan fatwa para Nabi terdahulu, dimulai dari Nuh, Ibrahim terus kepada Ismail, Ishak, Ya’kub, Musa hingga kepada ‘Isa al-Masih dan berakhir pada Muhammad Saw.

Itulah senjata mereka, itulah jimat yang mereka pergunakan didalam menghadapi segala jenis kebatilan, segala macam kedurjanaan yang tidak hanya datang dari manusia namun juga datang dari syaithan yang terkutuk.

Dalam salah satu Hadits Qudsi-Nya, Allah berfirman :

“Kalimat Laa ilaaha illallaah adalah benteng pertahanan-Ku; dan barangsiapa yang memasuki benteng-Ku, maka ia aman dari siksaan-Ku.”
(Riwayat Abu Na’im, Ibnu Hajar dan Ibnu Asakir dari Ali bin Abu Thalib r.a.)

Nabi Muhammad Saw juga bersabda :

“Aku sungguh mengetahui akan adanya satu kalimat yang tidak seorangpun hamba bilamana mengucapkannya dengan tulus keluar dari lubuk hatinya, lalu ia meninggal, akan haram baginya api neraka. Ucapan itu adalah : Laa ilaaha illallaah.”
(Riwayat Bukhari dan Muslim)

Untuk itu, marilah sama-sama kita memulai hidup Islam yang kaffah sebagaimana yang sudah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul, sekali kita bersyahadat didalam Tauhid, maka apapun yang terjadi sampai maut menjemput akan tetap Allah sebagai Tuhan satu-satunya yang tiada memiliki anak dan sekutu-sekutu didalam zat maupun sifat-Nya.

Segera kita tanggalkan segala bentuk kepercayaan terhadap hal-hal yang berbau khurafat, kita ikuti puasa yang diajarkan oleh Islam, kita contoh prilaku Nabi dalam keseharian, kita turunkan berbagai rajah dan tulisan-tulisan maupun bungkusan-bungkusan hitam yang kita anggap sebagai penolak bala atau juga pemanis diri yang mungkin kita dapatkan dari para dukun, paranormal atau malah juga kyai.

Nabi Muhammad Saw bersabda :

“Barangsiapa menggantungkan jimat penangkal pada tubuhnya, maka Allah tidak akan menyempurnakan kehendaknya.”
(Hadist Riwayat Abu Daud dari Uqbah bin Amir)

“Ibnu Mas’ud berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, mantera-mantera, tangkal dan guna-guna adalah syirik.”
(Hadist Riwayat Ahmad dan Abu Daud)

“Sa’id bin Jubir berkata: orang yang memotong atau memutuskan tangkal (jimat) dari manusia, adalah pahalanya bagaikan memerdekakan seorang budak.”
(Diriwayatkan oleh Waki’)

Percayalah, Allah adalah penolong kita.

“Sesuatu bahaya tidak mengenai melainkan dengan idzin Allah.”
(Qs. at-Taghabun 64:11)

“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah ni’mat Allah kepadamu tatkala satu kaum hendak mengulurkan tangannya untuk mengganggu, lalu Allah menahan tangan mereka daripada (sampai) kepada kamu; dan berbaktilah kepada Allah; hanya kepada Allah sajalah hendaknya Mu’minin berserah diri.”
(Qs. al-Maaidah 5:11)

Apabila setelah kita melepaskan seluruh kebiasaan buruk tersebut kita mendapatkan musibah, bukan berarti Allah berlepas tangan pada diri kita dan bertambah mendewakan benda-benda, ilmu-ilmu yang pernah kita miliki sebelumnya. Akan tetapi Allah benar-benar ingin membersihkan kita dari segala macam kemunafikan, menyucikan akidah kita, hati dan pikiran kita sehingga benar-benar berserah diri hanya kepada-Nya semata.

“Apakah manusia itu menyangka bahwa mereka akan dibiarkan berkata: “Kami telah beriman”, padahal mereka belum diuji lagi ?”
(Qs. al-Ankabut 29:2)

“Dan sebagian dari manusia ada yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, tetapi manakala ia diganggu dijalan Allah, maka ia menjadikan percobaan manusia itu seperti adzab dari Allah; dan jika datang pertolongan dari Tuhan-mu, mereka berkata: “Sungguh kami telah berada bersamamu.”; Padahal bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada-dada makhluk ?”
(Qs. al-Ankabut 29:10)

“Dan sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang beriman dan mengetahui orang-orang yang munafik.”
(Qs. al-Ankabut 29:11)

Nabi juga bersabda:

“Bilamana Allah senang kepada seseorang, senantiasa menimpakan cobaan baginya supaya didengar keluh kesahnya.”
(Riwayat Bukhari dan Muslim)

Bagaimana bila sebagai satu konsekwensi dari usaha kembali kepada jalan Allah tersebut kita gugur ? Jangan khawatir, Allah telah berjanji bagi orang-orang yang sudah bertekad untuk kembali pada kebenaran :

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan.”
(Qs.at-Taubah 9:20)

“Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik”.
(Qs. ali Imran 3:195)

“Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.”
(Qs. an-Nisa’ 4:74)

Kembali kejalan Allah adalah satu hijrah yang sangat berat, godaan dan gangguan pasti datang menerpa kita dan disanalah kita dipesankan oleh Allah untuk melakukan jihad, melakukan satu perjuangan, melibatkan diri dalam konflik peperangan baik dengan harta maupun dengan jiwa.

Dengan harta mungkin kita harus siap apabila mendadak jatuh miskin atau juga melakukan kedermawanan dengan menyokong seluruh aktifitas kegiatan Muslim demi tegaknya panji-panji Allah; berjihad dengan jiwa artinya kita harus mempersiapkan mental dan phisik dalam menghadapi segala kemungkinan yang terjadi akibat ketidak senangan sekelompok orang atau makhluk dengan hijrah yang telah kita lakukan ini.

Apakah anda akan heran apabila pada waktu anda masih memegang jimat anda merupakan orang yang kebal namun setelah jimat anda tanggalkan anda mendadak bisa tergores oleh satu benturan kecil ditempat tidur ? Bagaimana anda memandang keperkasaan seorang Nabi yang agung yang bahkan dalam perperanganpun bisa terluka dan juga mengalami sakit sebagaimana manusia normal ?

Percayalah, berilmu tidaknya anda, berpusaka atau tidak, bertapa maupun tidaknya anda bukan satu hal yang serius bagi Allah apabila Dia sudah menentukan kehendak-Nya kepada kita.

“Berupa apa saja rahmat yang Allah anugerahkan kepada manusia, maka tidak ada satupun yang bisa menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Gagah, yang Bijaksana.”
(Qs. Fathir 35:2)

Apabila memang sudah waktunya bagi kita untuk mendapatkan musibah (baik itu berupa maut dan lain sebagainya) maka dia tetap datang tanpa bisa kita mundurkan atau juga kita majukan.

“Bagi tiap-tiap umat ada batas waktunya; maka apabila telah datang waktunya maka mereka tidak dapat meminta untuk diundurkan barang sesaatpun dan tidak dapat meminta agar dimajukan.”
(Qs. al-A’raf 7:34)

“Masing-masing Kami tolong mereka ini dan mereka itu, sebab tidaklah pemberian Tuhanmu itu terhalang.”
(Qs. al-Israa 17:20)

Seluruh Nabi dan Rasul serta para sahabat mereka telah berhasil dengan gemilang mengalahkan para musuhnya dengan hanya berpegang kepada tali Allah yang kuat, mungkin mereka dinilai gagal oleh mata manusia yang hedonis namun mereka merupakan orang-orang pilihan yang diakui atau tidak telah berada dalam urutan teratas daftar nama-nama anak manusia didalam pentas sejarah.

Dalam bacaan lintas kitab, kita akan mendapati beberapa seruan bertauhid kepada Allah semata dengan penuh pesan-pesan yang tinggi dan agung.

Ex 20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.

De 4:16 supaya jangan kamu berlaku busuk dengan membuat bagimu patung yang menyerupai berhala apapun: yang berbentuk laki-laki atau perempuan;

Isa 41:29 Sesungguhnya, sekaliannya mereka seperti tidak ada, perbuatan-perbuatan mereka hampa, patung-patung tuangan mereka angin dan kesia-siaan.

Dari al-Qur’an :

7: 192 Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan.

Akhir kata, semoga Email ini bisa membawa manfaat kepada kita semua didalam memurnikan akidah Islam, menuju pada keridhoan Allah yang Kaffah, atas segala kesalahan yang terjadi saya meminta maaf dan semuanya semata-mata disebabkan keterbatasan saya selaku manusia. Semoga kita semua umat Islam, manakala panggilan telah tiba, Allah akan menyambut kita dengan penuh keramahan sebagaimana firman-Nya :

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan keadaan ridho dan di-ridhoi; Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”

Pengantar kepada Perjanjian Terakhir

“He who has My commandments and keeps them, he it is who loves Me; and he who loves Me shall be loved by My Father, and I will love him, and will disclose Myself to him.”
(John 14:21 from New American Standard Bible)

Terjemahannya : “Siapa yang mengikuti perintahku dan mematuhinya, dialah yang mencintaiku; dan dia yang mencintaiku itu akan dikasihi oleh Bapa (Allah) ku dan akupun akan menyatakan diriku kepadanya.”
(Yohanes 14:21)

Apa perintah Jesus ini ?
Berikut ini kita lihat dalam 2 buah ayat Bible yang saya ambil dari “The Restored Name King James Version of the Scriptures” dengan alamat web site
http://www.eliyah.com/Scripture/books/mark12.htm :

“And Yahshua answered him, The first of all the commandments is, Hear, O Israel; Yahweh is our Elohim, Yahweh is one.”
(Mark 12:29)

Terjemahannya:
“Dan YAOHÚSHUA menjawabnya, Hukum yang terutama adalah, dengarlah wahai Israel, adapun YÁOHU UL adalah Ulhim kita, YÁOHU UL itu satu adanya.”
(Markus 12:29)

“And this is life eternal, that they might know thee, the only true Elohim, and Yahshua the Messiah, whom thou hast sent.”
(John 17:3)

Terjemahnya adalah :
“Dan inilah hidup yang abadi, bahwa mereka mengenal Engkau, ULHÍM yang benar, dan YAOHÚSHUA hol-MEHUSHKHÁY yang telah Engkau utus.”
(Yohanes 17:3)

(Mengenai penamaan YAOHÚSHUA hol-MEHUSHKHÁY dan Ulhim lihat alamat http://www.yauhushua.org/yao-indo.html dalam tajuknya : “Yang Terkasih Pencari Kebenaran Sejati.

Jesus pun berkata dalam ayat yang lain :

“THESE things have I spoken to you, that you may not be scandalized. They will put you out of the synagogues: yea, the hour cometh, that whosoever killeth you, will think that he doth a service to God. And these things will they do to you; because they have not known the Father, nor me.”
(John 16:1-3 from The Holy Gospel of Jesus Christ, According to St. John -Douay-)

Terjemahannya :

“Semua perkara ini sudah aku katakan padamu, agar jangan kamu kecewa. Mereka akan menolakmu dari rumah peribadatan. Waktunya akan tiba, dimana siapa yang membunuh kamu, dia akan berpikir sudah melakukan bakti terhadap Allah; dan semuanya dilakukan mereka kepadamu sebab mereka tidak mengenal Bapa itu (Allah) dan (mereka juga tidak mengenal) aku.”
(Yohanes 16:1-3)

Kita semua tahu, orang yang senantiasa berada dalam jalur kebenaran akan mendapatkan tantangan dan godaan dari lingkungan disekitarnya, bahkan tidak jarang keberadaan orang-orang seperti ini ditamsilkan dengan memegang sebuah bara api.

Mereka akan menjumpai sikap permusuhan yang dilancarkan dari orang-orang yang tidak senang terhadap kebenaran dan kejujuran sampai orang-orang saleh tersebut berbalik meninggalkan kebenaran yang diyakininya selama ini.

Untuk menghadapi semua itu, Jesus Kristus telah memberikan satu petunjuk kepada umatnya, bahwa siapa diantara mereka yang menjaga serta tetap mematuhi ajaran yang telah diajarkannya kepada mereka, maka mereka itulah yang akan mendapatkan kecintaan dari Jesus serta mendapatkan pula kasih dari Allah ; Dan sebagai konsekwensinya, mereka-mereka ini akan mendapatkan kenyataan mengenai kebenaran Jesus…. mereka inilah sebenarnya orang-orang yang terselamatkan.

Lebih jauh Jesus memberikan satu gambaran kepada murid-muridnya, bahwa mereka yang tetap memegang teguh ajaran yang disampaikannya itu kelak akan mendapatkan perlawanan sengit dari orang-orang yang mengaku beriman kepadanya namun pada dasarnya mereka tidaklah beriman sebagaimana ucapan mereka, sebab mereka sama sekali tidak mengenal sosok Jesus dan juga tidak mengenal Allah yang benar.

Akibatnya, mereka akan melakukan bermacam cara untuk memusuhi orang-orang yang mengikuti Jesus, dimulai dengan tidak diterimanya mereka dari rumah tempat beribadah hingga pembunuhan-pembunuhan atas diri mereka. Semuanya disebabkan kesalah kaprahan manusia akan pemahamannya tentang Jesus dan Allah, sehingga seluruh perbuatan mereka kepada orang-orang saleh itu akan dianggap sebagai suatu perbuatan baik dimata Tuhan.

Sejarah mencatat sejumlah tokoh-tokoh Unitarian yang mempertahankan kebenaran ajaran Jesus yang telah gugur sebagai syuhada didalam mempertahankan keyakinannya terhadap orang-orang kafir.

Iranaeus (130-200 M), dia lahir disaat ajaran Kristen Antiokia sudah menyebar ke Afrika Utara, Spanyol hingga ke Prancis Selatan. Tidak banyak catatan sejarah mengenai asal-usul dan kedewasaannya, sejarah mulai mencatat masa dimana Iranaeus membawa surat petisi dari Uskup Lyons Pothinus kepada Paus Elutherus di Roma.

Petisi itu berupa permohonan Pothinus kepada Paus untuk menghentikan pengejaran, penyiksaan dan pembunuhan terhadap orang-orang Kristen yang tidak menyetujui doktrin gereja Pauline.

Ketika masih berada di Roma, Iranaeus mendapat berita bahwa semua orang Kristen yang tidak sepaham dengan Paulus yang ada di Lyons Antiochia termasuk uskup Pothinus sendiri telah tewas dibunuh. Dan pada waktu kembali ke Lyons, Iranaeus menggantikan Ponthinus untuk menjabat sebagai uskup dinegrinya.

Ditahun 190 M, Iranaeus sendiri menulis surat kepada Paus Victor agar menghentikan pembantaian terhadap orang-orang Kristen yang dibunuh karena keyakinan mereka yang berbeda dengan keyakinan gereja Paulus.

Cerita lama kembali terulang, Iranaeus sendiri terbunuh pada tahun 200 M karena tidak bersedia mengikuti keyakinan Paus, Iranaeus hanya beriman dan mengakui kepada satu Tuhan, yaitu Allah, dan dia mendukung pengajaran kemanusiaan Jesus yang diangkat oleh Allah menjadi utusan-Nya.

Iranaeus banyak melakukan kritikan terhadap Paulus karena dianggapnya sebagai orang yang paling bertanggung jawab didalam memasukkan doktrin-doktrin dari agama berhala dan filsafat Plato kedalam ajaran sejati Jesus.

Didalam bukunya, “Universalism The Prevailing Doctrine Of The Christian Church During Its First Five Hundred Years” ditulis oleh J.W. HANSON, D. D menyatakan mengenai Iranaeus ini sebagai berikut :

In a germinal form of the Apostle’s Creed, Irenæus, A.D. 180, says that the judge, at the final assize, will cast the wicked into aionian fire. It is supposed that he used the word aionian, for the Greek in which he wrote has perished, and the Latin translation reads, “ignem aeternum.”

Selain Iranaeus, didalam tubuh gereja Afrika muncul pula seorang unitarian bernama “Tertullian” (160-220 M), dia adalah seorang penduduk asli Carthage (Kartago).

Tertullian sebagaimana juga dengan Iranaeus, meyakini ke-Esaan Allah dan mengidentifikasikan Jesus sebagai juru selamat (Messiah) bangsa Yahudi. Dia menentang Paus Callistus karena mengajarkan “dosa asal” telah diampuni setelah melaksanakan penebusan dosa resmi dibawah gereja.

Tertullian menekankan tentang kesatuan jiwa dan eksistensi dan mengatakan bahwa orang-orang yang sehat akalnya pasti meyakini bahwa Jesus hanyalah manusia belaka.

Paus Callistuslah yang memperkenalkan istilah “Trinitas” kedalam tulisan-tulisan “ecclesiastical” (gerejawi) Latin ketika ia membahas doktrin baru yang aneh tersebut. Istilah Trinitas sendiri sama sekali tidak pernah digunakan dalam kitab-kitab suci.

Selain Iranaeus dan Tertullian, seorang Unitarian lainnya pun muncul dari Mesir bernama “Origen” (185-254 M). Ayahnya bernama “Leonidas” dan mendirikan pusat pendidikan teologi dengan mengangkat seorang guru Teologi terkemuka bernama Clement sebagai kepala lembaga tersebut. Origen sendiri mendapatkan pendidikan ditempat itu.

Leonidas adalah seorang pengikut Kristen Apostolik, yaitu ajaran yang mentauhidkan Tuhan dan mengakui kehambaan dari Jesus.

Sebagaimana kita tahu, gereja Paulus tidak mau menerima kepercayaan seperti yang dipegang oleh Leonidas ini, dan sebagai konsekwensinya pada tahun 208 Leonidas tewas dibunuh oleh orang-orang Paus.

Karena merasa dirinya juga terancam, Clement segera meninggalkan Alexandria. Dan sebagai gantinya, Origen meneruskan kepemimpinan Clement sebagai kepala sekolah Teologi.

Pada tahun 230 M, Origen dinobatkan sebagai seorang Pendeta di Palestina, namun karena Origen telah mengajarkan tauhid didalam gereja, Uskup Demerius akhirnya memecat Origen dan mengusirnya dari gereja (persis seperti yang dinubuatkan Jesus dalam Yoh 16:1-3 -pen).

Origen mengungsi ke Caesarea dan mendirikan pusat pendidikan Teologi ditempat itu pada tahun 231 M yang akhirnya membawa nama harum kepadanya.

Jerome, seorang penulis Injil pertama dalam bahasa Latin, pada mulanya merupakan orang yang sangat mendukung Origen, namun akhirnya Jerome berbalik kepada gereja Paulus dan menarik garis permusuhan terhadap Origen.

Jerome berusaha agar Origen mendapatkan kecaman dan pengadilan dari gereja setempat, namun popularitas Origen terlampau besar dan tidak memungkinkan bagi Uskup John untuk melakukannya, sehingga atas rencananya ini mengakibatkan Jerome sendiri tersingkir dari kalangan gereja.

Namun pada tahun 250 M, Origen dikecam oleh Konsili Alexandria dan dijebloskan kedalam penjara serta mendapatkan penyiksaan yang terus menerus oleh pihak gereja Paulus sehingga mengakibatkan kematiannya pada tahun 254 M.

Origen telah menulis sekitar 600 buah karangan dan risalah. Dia adalah salah seorang yang paling berperan dalam sejarah gereja dan telah gugur sebagai seorang syuhada yang membela ajaran Allah sejati.

Dimasa mudanya sampai menjelang akhir hayatnya, Origen tetap mempertahankan pengajaran ke-Esaan Tuhan (The Unity of God), meyakini bahwa hanya Allah saja yang berkuasa dan Jesus adalah manusia biasa dan hamba Allah, bukan Allah itu sendiri.

Apa yang diyakini oleh Origen mengenai konsep ketuhanan sama sekali bersesuaian dengan apa yang diajarkan oleh para Nabi (termasuk konsep dari Jesus sendiri) dan tidak ada perbedaan dengan apa yang sudah ditegaskan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw sang Paraclete agung yang dinubuatkan kedatangannya oleh Jesus Kristus.

Tokoh Unitarian berikutnya adalah Diodorus, seorang Uskup yang berasal dari negri Tarsus, tanah kelahiran Paulus. Diodorus merupakan tokoh Kristen terkemuka di Antiochia, dia berpendapat bahwa dunia ini selalu berubah-ubah, perubahan itu sudah ada sejak dahulu. Dan itu menunjukkan ada sesuatu yang tetap dibalik perubahan itu.

Lebih jauh lagi, keberagaman eksistensi dan kebijaksanaan yang diperlihatkan dalam setiap proses perubahan itu sendiri, menunjukkan terhadap kesatuan asal yang mendasarinya dan memperlihatkan kehadiran Sang Pencipta dan Pemelihara. Inilah menunjukkannya adanya satu Pencipta Yang Maha Esa.

Diodorus menekankan sifat kemanusiaan secara menyeluruh dalam diri Jesus yang memiliki jiwa manusia dan daging manusia, tidak ada unsur ketuhanan sama sekali.

Selain Iranaeus, Tertullian, Leonidas, Origen dan juga Diodorus, telah muncul pula “Lucian”, seorang yang dikenal keluasan ilmunya terhadap bahasa Ibrani dan Yunani. Lucian tidak menginduk terhadap salah satu gereja dari tahun 220 sampai 290 M.Pengajaran Lucian adalah Tauhid, yaitu pengesaan Allah dalam segala bentuk-Nya.

Lucian percaya kepada penafsiran gramatikal dan literal (sesuai dengan bunyi lahir suatu kata) dari kitab-kitab suci (Bible). Dia menentang kecenderungan untuk mencari-cari makna symbolis dan kiasan dari teks-teks Injil, dan percaya kepada suatu pendekatan empiris dan kritis terhadap kitab-kitab tersebut. Dia mengatakan bahwa dengan mencari-cari makna symbolis tersebut, dapat berakibatkan dengan penambahan dan pengurangan pada Injil yang berarti hilangnya kemurnian ajaran Jesus.

Lucian menghilangkan perubahan-perubahan yang terjadi pada kitab Injil yang diterjemahkan kedalam bahasa Yunani (Septuaginta), beliau telah mengadakan revisi terhadap empat Injil yang menjadikannya berbeda dengan Injil-Injil yang dipergunakan oleh gereja Paulus.

Lucian menolak paham trinitas dan sebaliknya begitu menekankan ajaran Tauhid, bahwa hanya Allah saja Tuhan alam semesta yang patut disembah, sedangkan Jesus hanyalah manusia biasa yang diangkat menjadi Utusan-Nya.

Atas sikapnya ini, Lucian menjalani penyiksaan dari pihak gereja Paulus dan dihukum mati pada tahun 312 M.

Arius (250-336 M) adalah salah seorang murid utama Lucian berkebangsaan Lybia yang juga bersama-sama dengan gurunya menegakkan ajaran Tauhid kepada Allah, Arius merupakan seorang presbyter (ketua majelis agama/gereja) digereja Baucalis Alexandria, salah satu gereja tertua dan terpenting dikota itu pada tahun 318 M.

Sejak wafatnya Lucian pada tahun 312 M ditangan orang-orang gereja Paulus, perlawanan Arius terhadap doktrin Trinitas semakin mengkristal, dan dalam perjuangannya ini, Arius justru mendapatkan dukungan dari dua orang saudari Kaisar Constantin yang bernama Constantina dan Licunes.

Arius dianggap sebagai seorang pemberontak Trinitas dengan mempergunakan argumen logika :

“Jika Jesus itu benar-benar anak Tuhan, maka Bapa harus ada lebih dahulu. Oleh karena itu harus ada “masa” sebelum adanya anak. Berarti anak adalah makhluk. Maka dari itu anak tidak selamanya ada atau tidak abadi. Sedangkan Tuhan yang sebenarnya adalah abadi, berarti Jesus tidaklah sama dengan Tuhan.”

Atas argumentasi Arius tersebut, sekitar seratus orang Pastur Mesir dan Lybia berkumpul untuk mendengarkan pertanggung jawaban Arius. Dan diwaktu itu juga Arius mengemukakan kembali pemandangannya :

“Ada masa sebelum adanya Jesus, sedangkan Tuhan sudah ada sebelumnya. Jesus ada kemudian, dan Jesus hanyalah makhluk biasa yang bisa binasa seperti makhluk-makhluk lainnya. Tetapi Tuhan tidak akan binasa.”

Arius juga memperkuat argumentasinya dengan sejumlah ayat-ayat Bible seperti Yohanes 14:8: “Bapa lebih besar daripada Jesus”; Seandainya kita mengakui bahwa Jesus adalah sama dengan Tuhan, maka kita harus menolak kebenaran ayat Yohanes tersebut.

Argumen Arius ini secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut :

Jika Jesus memang “anak Tuhan”, maka akan segera disertai pengertian bahwa “Bapak Tuhan” haruslah ada terlebih dahulu sebelum adanya sang “Anak”.

Oleh sebab itu tetulah akan terdapat rentang waktu ketika “Anak” belum ada.
Oleh karenanya, “Anak” adalah makhluk yang tersusun dari sebuah “esensi” atau makhluk yang tidak selalu ada.

Karena Tuhan merupakan suatu zat yang bersifat mutlak (abadi, alpha dan omega), maka Jesus tidak mungkin bisa menjadi “esensi” yang sama sebagaimana “esensi” Tuhan.

Argumen Arius ini tidak bisa terbantahkan, dan mulai tahun 321 M, Arius dikenal sebagai seorang presbyter pembangkang dan mendapatkan banyak dukungan dari Uskup-uskup daerah Timur. Hal ini membuat Alexandria (yang pernah membuat keputusan hukuman mati atas Origen tahun 250 M) menjadi semakin marah.

Pada tahun 336 Arius diangkat menjadi Pastur di Constantinopel dan dalam satu muslihat yang licik, dia berhasil dibunuh.

Arius pula orangnya yang sangat menentang keras keputusan Nicea pada tahun 325 M, sebelum matinya, Arius sempat mengeluh mengenai keadaan dirinya yang senantiasa mendapatkan tantangan dari orang-orang gereja Paulus kepada salah seorang sahabatnya bernama Eusibius dari Nicomedia yang merupakan salah seorang sahabatnya ketika sama-sama belajar dengan Lucian.

Eusibius dari Nicomedia berasal dari keluarga aristokrat bangsawan. Kemasyurannya menentang doktrin Paulus pun tidak kalah dengan Arius, dia dipanggil “Bapak besar” oleh para pengikut Arius.

Pada mulanya Eusibius diangkat menjadi seorang Uskup di Beirut, kemudian dipindahkan ke Nicomedia yang merupakan ibukota kekaisaran Constantinopel wilayah timur. Dia bersahabat baik dengan saudari ipar dan saingan kekuasaan dari kaisar Constantin yang bernama Licinus.

Sebagaimana Arius, perjuangan Eusibius pun mendapatkan dukungan penuh dari Constantina, saudari kaisar Constantin dan merupakan salah seorang kerabat istana yang berpengaruh.

Demikianlah kiranya.
Semoga bisa membawa manfaat kepada kita semua.

“Sungguh, telah kafirlah orang-orang yang berkata :”Allah itu adalah al-Masih putera Maryam”. Tanyakanlah:”Siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan al-Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan siapa saja diatas bumi semuanya ?” Kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi dan apa yang diantara keduanya; Ia menciptakan apa yang Ia kendaki. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(Qs. Al-Ma’idah 5:17)

Dan ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia:”Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah ?”. ‘Isa menjawab:”Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku sama sekali tiada mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib, Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku yaitu:”Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka.”.
(Qs. Al-Ma’idah 5:116-117)

Mereka berkata:”Allah mempunyai anak”. Maha Suci Allah; Dia-lah Yang Maha Kaya; kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang di bumi. Kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang ini. Pantaskah kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?
(Qs. Yunus 10:68)

“Katakan: Dialah Allâh yang Esa. Allâh tempat bergantung. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada bagi-Nya kesetaraan dengan apapun.” (Qs. Al-Ikhlash 112:1-4)

Kisah Keluarga Ibrahim

Posted: 3 Juli 2010 in Tausiyah
Tag:, ,

Pengantar kepada Perjanjian Terakhir

Dari Surah Ash Shaffat (37) ayat 99 sampai dengan ayat 113:

99 Dan Ibrahim berkata: Sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhanku dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.
100. Wahai Tuhanku, anugerahilah aku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh;
101. Maka Kami gembirakan dia dengan (kelahiran) seorang anak yang amat sabar.
102. Maka tatkala anak itu telah sampai pada usia dapat membantu bapaknya, berkatalah Ibrahim : ‘Wahai anakku sayang, sesungguhnya aku melihat didalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Untuk itu bagaimanakah pendapatmu ?’ Anaknya menjawab: ‘Hai Bapakku, laksanakanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapati aku termasuk golongan orang-orang yang sabar’.
103. Maka tatkala keduanya (bapak dan anak) telah menyerahkan diri (kepada Allah) dan Ibrahim telah merebahkan anaknya diatas pipinya (ditempat penyembelihan dan hampir menyembelihnya).
104. Maka Kami panggillah dia, ‘Wahai Ibrahim’ (Janganlah engkau lanjutkan perbuatan itu.)
105. Sungguh, engkau telah membenarkan (melaksanakan perintahKu dalam) mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
106. “Sesungguhnya (perintah penyembelihan) ini benar-benar suatu ujian yang nyata,
107. Dan Kami tebus sembelihan itu dengan sembelihan yang agung,
108. dan Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.
109. Yaitu, Kesejahteraan yang senantiasa dilimpahkan atas Ibrahim.”
110. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik,
111. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
112. Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq, seorang Nabi yang termasuk orang-orang yang saleh,
113. Dan Kami limpahkan keberkatan atasnya (Ismail) dan atas Ishaq. Dan diantara anak cucu mereka berdua, ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zhalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.”

Ibrahim as adalah seorang Nabi yang mumpuni dan penuh berkah dari Allah, dimana beliau sejak kecilnya didalam pencarian jati diri kebenaran sosok Tuhannya, telah mempergunakan kekuatan akal pikirannya serta hati nuraninya, dimulai dari ketidak puasannya terhadap berhala-berhala yang dibuat oleh bapaknya sendiri dan dijadikan sesembahan kaumnya masa itu (Lihat dalam Qs. 37:83-93), juga ketidak puasannya terhadap hal-hal yang semula dianggapnya Tuhan namun kemudian dinisbikannya sendiri karena bertentangan dengan akal pikiran serta hati nurani (Lihat kisah Nabi Ibrahim dalam pencarian Tuhan pada Qs. 6:75-79)

Keberimanan Ibrahim kepada Allah yang Esa yang tidak terbagi menjadi potongan-potongan kecil kemakhlukan telah membuatnya berlepas diri terhadap kaumnya dan bahkan juga bapaknya (Qs. 60:4 dan Qs. 19:41-48) yang sampai pada puncaknya penghancuran seluruh berhala sesembahan mereka (Qs. 21:57-58) sehingga dikorbankanlah Ibrahim kedalam satu hukuman pembakaran yang berkat rahmat dari Allah, keselamatan dilimpahkan kepada Nabi agung ini dan api tidak mampu menembus kulitnya yang mulia itu. (QS. 21:61-69)

Selanjutnya keberimanan yang tulus dan penuh tanpa syarat setelah beliau mendapatkan kebenaran tersebut dengan Allah, Ibrahim kembali diuji oleh Allah, setelah sekian lamanya beliau berumah tangga dengan Sarah tidak ada tanda-tanda istrinya ini akan menjadi hamil, sehingga diluar statusnya selaku seorang Nabi, Ibrahim tetaplah seorang manusia yang memiliki keinginan untuk mempunyai keturunan sebagai suatu fitrah yang ada pada diri setiap laki-laki dan suami kepada masa depan penerusnya.

Ibrahim berdoa kepada Allah agar beliau dianugerahi seorang anak yang saleh (Qs. 37:99-100), dan pada bagian ayat berikutnya dijelaskan bahwa permintaan Ibrahim ini dikabulkan oleh Allah dengan diberinya seorang putra yang telah lama dinanti-nantikannya melalui istri keduanya Hajar, Bible dalam Kitab Kejadian 16:11 telah pula menegaskan dan menguatkan kisah yang dipaparkan oleh Qur’an ini.

“And again: Behold, said he, thou art with child, and thou shalt bring forth a son: and thou shalt call his name Ismael, because the Lord hath heard thy affliction.” (Genesis 16:11 from Douay)

Sarah sebagai istri pertama dari Ibrahim telah memberikan persetujuan kepada suaminya untuk menikahi Hajar (Kitab Kejadian 16:2-3), dari Hajar ini lahirlah putra pertama Ibrahim yang bernama Ismail disaat usia Ibrahim kala itu 86 tahun (Kitab Kejadian 16:16).

“And Sarai said unto Abram, Behold now, Lord hath restrained me from bearing: I pray thee, go in unto my maid; it may be that I may obtain children by her. And Abram hearkened to the voice of Sarai. And Sarai Abram’s wife took Hagar her maid the Egyptian, after Abram had dwelt ten years in the land of Canaan, and GAVE HER TO HER HUSBAND ABRAM TO BE HIS WIFE.”
(Genesis 16:2-3 from “The Restored Name King James Version of the Scriptures”)

“And Abram was fourscore and six years old, when Hagar bare Ishmael to Abram.”
(Genesis 16:16 from “The Restored Name King James Version of the Scriptures“)

Kisah ini bersesuaian dengan al-Qur’an pada surah 37:101, dan Bible pada kitab Kejadian 21:5 menceritakan bahwa Ibrahim juga akhirnya mendapatkan keturunan dari Sarah, yaitu Ishak, dimana pada kala itu usia Ibrahim sudah mencapai 100 tahun.

Jadi beda antara usia Ismail dan Ishak adalah 14 tahun.
Suatu perbedaan usia yang cukup jauh.

Pada ayat al-Qur’an berikutnya, yaitu surah 37:102, disebutkan bahwa tatkala usia anak yang dilahirkan pertama tersebut, dalam hal ini adalah Ismail sudah mencapai usia yang cukup untuk mengerti, maka Allah mengadakan ujian bagi Ibrahim antara kecintaannya terhadap Allah dan kecintaannya terhadap anak yang selama ini sudah dia nanti-nantikan.

Kisah ini jika kita kembalikan pada Bible, sangat bersesuaian, dimana pada usia Ismail yang sudah lebih dari 10 tahun itu, beliau sudah cukup mengerti untuk berpikir dan tengah meranjak menuju kepada fase kekedewasan.

Ibrahim yang mendapatkan perintah dari Allah itu, melakukan dialog tukar pikiran dengan putranya mengenai pengorbanan yang diminta oleh Allah terhadap diri anaknya ini. Dan kisah yang ini sama sekali bertentangan dengan kisah Bible yang menyebutkan Ibrahim telah membohongi putranya.

“He said to him: Take thy only begotten son Isaac, whom thou lovest, and go into the land of vision: and there thou shalt offer him for a holocaust upon one of the mountains which I will show thee.”
(Genesis 22:2 from Douay)

Dari sini kita lihat sudah, bahwa Kitab Kejadian 22:2 sudah mengalami distorsi dengan penyebutan anak tunggal itu adalah Ishak (Isaac).

Pada Kejadian 16:16 diterangkan pada waktu Hagar memperanakkan Ismail bagi Abram, ketika itu umur Ibrahim 86 tahun. Pada kejadian 21:5 disebutkan pada waktu Ishak lahir maka umur Ibrahim 100 tahun. Berdasarkan kedua ayat itu, maka anak Ibrahim yang lahir lebih dahulu ialah Ismail; Jika Kejadian 22:2 menerangkan bahwa firman Tuhan kepada Ibrahim untuk mengorbankan “anak tunggal”, jelas pada waktu itu anak Ibrahim baru satu orang.

Adapun anak yang baru seorang ini sudah tentu anak yang lahir pertama atau yang lahir lebih dahulu. Dan anak Ibrahim yang lahir pertama ini ialah Ismail. Jadi Kejadian 22:2 yang menyebutkan “anak tunggal” itu Ishak, jelas merupakan sisipan atau penggantian yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.

Apabila pada Kejadian 16:16 dan Kejadian 21:5 anak Ibrahim pada waktu itu sudah dua orang, yaitu Ismail dan Ishak … mengapa pada Kejadian 22:2 disebutkan “anak tunggal” ?

Yang berarti bahwa anak Ibrahim baru satu orang, lalu kemana anak yang satunya lagi ? Padahal kedua anak tersebut masih sama-sama hidup, sehingga pada waktu Sarah (ibu Ishaq) wafat, kedua anak Ibrahim itu, yakni Ismail dan Ishaq sama-sama hadir mengurus jenasah Sarah.

Jadi seharusnya ayat yang menerangkan kelahiran Ishaq itu letaknya sesudah ayat pengorbanan, sehingga setelah ayat pengorbanan lalu diikuti oleh ayat kelahiran Ishak. Inilah yang disebut dengan “tahrif” oleh al-Qur’an, yaitu mengubah letak ayat dari tempatnya yang asli ketempat lain sebagaimana yang disitir oleh Surah An Nisa’ ayat 46 :

“Diantara orang-orang Yahudi itu, mereka mengubah perkataan dari tempatnya …”
(Qs. an-Nisa’ 4:46)

Dengan begitu semakin jelas saja bahwa Bible mengandung tahrif (pengubahan, penambahan, pengurangan dsb), dan jelas pula bahwa kitab yang sudah diubah-ubah itu tidak dapat dikatakan otentik dari Tuhan melainkan merupakan kitab yang terdistorsi oleh ulah tangan-tangan manusia.

Setelah ternyata Ibrahim lebih mengutamakan kecintaan dan kepatuhannya kepada Allah, maka Allah melimpahkan rahmat-Nya yang sangat besar kepada Ibrahim juga Allah telah meluluskan doa Ibrahim sebelumnya agar memperoleh anak yang saleh, yaitu putra tunggalnya, Ismail.

Ismail ini juga mengikuti jejak langkah bapaknya selaku manusia yang menyerahkan diri kepada Allah secara penuh tanpa syarat yang kelak akan menjadi salah seorang penerus kenabian Ibrahim sebagaimana dinyatakan didalam kitab suci AlQur’an pada Qs. 19:54, Qs. 4:163, Qs. 6:86, Qs. 21:85, Qs. 38:48 dan bagi Ismail sendiri juga didalam Bible pun dinyatakan bahwa Allah telah mengabulkan permintaan Ibrahim akan hal diri Ismail dan bahkan dijadikan Allah keturunan Ismail ini sebagai suatu bangsa yang besar (Lihat Kejadian 17:20, Kejadian 21:13 dan Kejadian 21:18 => Secara panjang lebar pembahasannya silahkan baca artikel : Tafsir Kitab Kejadian).

Setelah kisah pengorbanan putra tunggalnya kala itu tersebut, Ibrahim kembali digirangkan oleh Allah dengan mendapatkan seorang putra dari Sarah dimana waktu itu, baik menurut al-Qur’an sendiri maupun Bible, sebelumnya Sarah sempat merasakan pesimis mengingat usianya yang sudah lanjut, sementara Ibrahim sendiri sudah memiliki putra dari Hajar 14 tahun sebelumnya, dikala usia Ibrahim 86 tahun.

al-Qur’an Surah Ibrahim (14) ayat ke-39 melukiskan betapa Ibrahim merasa bersyukur sekali dengan dua putranya ini (yaitu Ismail dan Ishak) sebagai suatu karunia baginya yang sudah berusia lanjut.

Pengusiran Ismail dan Ibunya, Hajar yang dilakukan oleh Sarah sebagaimana yang dimuat didalam Bible terjadi pada waktu Ishak disapihkan karena ketakutan Sarah akan ikut terjatuhnya warisan ketangan Ismail yang juga merupakan putra dari Ibrahim (Lihat Kejadian 21:8-10).

“And the child grew and was weaned: and Abraham made a great feast on the day of his weaning. And when Sara had seen the son of Agar the Egyptian playing with Isaac her son, she said to Abraham: Cast out this bondwoman, and her son: for the son of the bondwoman shall not be heir with my son Isaac.”
(Genesis 21:8-10 From Douay)

Hal ini sebenarnya bertentangan dengan apa yang dikatakan oleh Bible dalam ayat lainnya yaitu Ulangan 21:15-17.

“And the water was spent in the bottle, and she cast the child under one of the shrubs. And she went, and sat her down over against him a good way off, as it were a bowshot: for she said, Let me not see the death of the child. And she sat over against him, and lift up her voice, and wept. And Elohim heard the voice of the lad; and the angel of Elohim called Hagar out of heaven, and said unto her, What aileth thee, Hagar? fear not; for Elohim hath heard the voice of the lad where he is.”
(Genesis 21:15-17 from “The Restored Name King James Version of the Scriptures”)

Kenapa bertentangan ?
Ishak ketika disapih berusia sekitar 2 tahun, sementara Ismail 16 tahun dan saat terjadi pengusiran atas Ismail dan ibunya ini telah terjadi konflik baru dalam ayat-ayat Bible, Kejadian 21:8-10 bertentangan dengan Kejadian 21:14-21.

Dimana dalam ayat itu digambarkan seolah-olah Ismail masih berupa seorang bayi yang digendong dibahu ibunya, dan disebut dengan istilah budak, kemudian Ismail yang menurut Bible sendiri saat itu sudah berusia 16 tahun yang notabene sudah cukup dewasa kembali digambarkan bagai anak kecil yang mesti dibaringkan dibawah pokok serumpun (Kejadian 21:15) lalu diperintahkan untuk diangkat, digendong (Kejadian 21:18)

Masak iya sih Hagar yg seorang perempuan harus menggendong seorang anak laki-laki “tua” yang berusia 16 tahun ?

Kemudian disambung pada Kejadian 21:20 seolah Ismail masih sangat belia sekali sehingga dikatakan “…maka disertai Allah akan budak itu sehingga besarlah dia, lalu ia pun duduklah dalam padang belantara dan menjadi seorang pemanah”.

Jadi dari sini saja sudah kelihatan telah terjadi kerusakan dan manipulasi sejarah dan fakta yang ada pada ayat-ayat Bible.

Ada sekelompok kaum Nasrani membantah kalimat “untuk diangkat, digendong … ” yang termuat didalam Bible adalah dalam bentuk kiasan, jadi disana jangan diartikan secara harfiah, karena maksud yang ada pada ayat itu bahwa nasib hidup dan makan dari Ismail ada dipundak Hagar.

Padahal jika kita mau melihat kedalam konteks ayat-ayat aslinya, akan nyatalah bahwa apa yang dimaksudkan dengan bentuk kiasan tersebut sama sekali tidak menunjukkan seperti itu.

Mari kita kupas :

Kejadian 21:14
Maka bangunlah Ibrahim pada pagi-pagi hari, lalu diambilnya roti dan sebuah kirbat yang berisi air, diberikannya kepada Hagar, ditanggungkannya pada bahunya dan anak tersebut, lalu disuruhnya pergi. Maka berjalanlah ia lalu sesatlah ia dalam padang birsjeba.
(Alkitab LAI terbitan Djakarta 1963)

Didalam Bible berbahasa Inggris saya kutipkan adalah demikian :

“And Abraham rose up early in the morning, and took bread, and a bottle of water, and gave it unto Hagar, putting it on her shoulder, and THE CHILD, and sent her away: and she departed, and wandered in the wilderness of Beer-sheba.
(Genesis 21:14 from “The Restored Name King James Version of the Scriptures”)

“So Abraham rose up in the morning, and taking bread and a bottle of water, put it upon her shoulder, and delivered the boy, and sent her away. And she departed, and wandered in the wilderness of Bersabee.”
(Genesis 21:14 from Douay)

Jadi jelas bahwa Ibrahim mengambil roti dan sebuah kirbat yang berisi air lalu memberikannya kepada Hagar dengan meletakkan keduanya itu diatas pundak Hagar bersama Ismail yang jelas sudah lebih dulu ada dalam dukungannya lalu menyuruh Hagar pergi.

Lihat kalimat bahasa Inggris tidak menyebutkan Hagar dan Ismail tetapi hanya menyebutkan kata “…and sent HER away: and SHE departed, and wandered”

Jadi jelas yang diusir dan berjalan serta tersesat disana adalah Hagar sendirian, sebab Ismail ada dalam gendongan Hagar, bukankah mustahil anak berusia 16 tahun digendong ?

Lalu kita lanjutkan pada kalimat berikutnya :

“Hatta, setelah habislah air yang didalam kirbat itu, maka dibaringkannyalah budak itu dibawah pokok serumpun.”
(Alkitab LAI terbitan Djakarta 1963: Kejadian 21:15)

“And the water was spent in the bottle, and SHE CAST THE CHILD under one of the shrubs.”
(From “The Restored Name King James Version of the Scriptures”)

“And when the water in the bottle was spent, SHE CAST THE BOY under one of the trees that were there.”
(From Douay)

Jadi semakin jelas, ketika air didalam kirbat sebagai bekal sudah habis, lalu Ismail (yang secara jelas disebut sebagai THE CHILD dan THE BOY) yang digendong itu diturunkan dari tubuhnya dan dibaringkan dibawah pohon.

Apakah masih mau bersikeras dengan mengatakan kalau kata “menggendong atau memikul” THE CHILD disana bukan dalam arti yang sebenarnya ?

Lalu kita lihat sendiri pada ayat-ayat berikutnya dimana Hagar akhirnya mendapatkan mata air dan memberi minum kepada anaknya (THE CHILD) yang menangis kehausan lalu anak tersebut dibawah bimbingan Tuhan meranjak dewasa, jadi anak itu pada masa tersebut belumlah dewasa, padahal usianya kala itu sudah hampir 17 tahun.

Bagi Ishak sendiri, beliau pun dijanjikan oleh Allah menjadi seorang Nabi yang hanif sebagaimana ayah dan juga saudara tuanya, Ismail, dimana nantinya dari Ishak ini akan terlahir Ya’qub yang kelak menjadi bapak bagi bangsa Israil.

Kepada rekan-rekan dari kalangan Nasrani saya meminta maaf, saya bukan hendak menggurui anda-anda semua atau juga hendak mengadakan pelecehan, tetapi kita sekarang berbicara masalah kebenaran dan keobjektivitasan yang bisa sama-sama kita saksikan.

Saya dapat memahami jika anda dari kaum Nasrani tetap pada pendirian bahwa al-Qur’an salah dan Bible sajalah yang benar, sebab memang dasar pijakan kaum Nasrani ada pada Bible sehingga apapun keyakinan anda maka tidak akan jauh dari apa yang dikatakan oleh Bible.

“Kebenaran itu adalah dari Tuhan-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (Qs. Al-Baqarah 2:147)

“Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka manfa’atnya bagi diri sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya.” (Qs. Al-An’am 6:104)

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.”
(Qs. al-Hajj 22:46)

“Dan sesungguhnya Kami telah menjadikan isi neraka itu beberapa banyak dari Jin dan manusia, yang mempunyai hati tetapi tidak untuk mengerti dengannya, mempunyai mata tidak untuk melihat dengannya dan mempunyai telinga tidak dipergunakan untuk mendengarkan; mereka itu seperti binatang, malah mereka lebih sesat.” (Qs. al-A’raaf 7:179)

“Sekalipun melihat, mereka tidak melihat. Sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.” (Matius 13:13)

[Turunnya Imam Mahdi dan ‘Isa al-Masih]

Sebelum anda meneruskan bacaan anda ini saya ingatkan kepada anda yang Muslim namun tidak terbiasa dengan gaya penjabaran ayat-ayat Qur’an secara ilmiah untuk segera memalingkan situs anda dari sini karena dalam penulisan ini saya akan mempergunakan tafsiran yang lebih moderat daripada apa yang pernah anda baca.

Rasulullah Muhammad Saw al-Amin sang Paraclete telah bersabda:

“Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga matahari terbit dari arah barat. Maka apabila matahari sudah terbit dari arah barat, lalu para manusiapun akan beriman seluruhnya. Tetapi kelakuan mereka yang demikian pada waktu itu sudah tidak berguna lagi, keimanan seseorang yang belum pernah beriman sebelum peristiwa tersebut atau memang belum pernah berbuat kebaikan dengan keimanan yang sudah dimilikinya itu.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Abu Daud dari Abu Hurairah)

Hadist diatas, menceritakan salah satu tanda-tanda dari sudah mendekatnya hari kiamah, hari dimana pengadilan Allah akan segera berlaku bagi para makhluk-Nya. Hari dimana semua makhluk bernyawa akan diminta pertanggungan jawab atas seluruh perbuatan yang pernah dilakukan selama hidupnya.

Berkaitan erat dengan hadist diatas kita bisa melihat dalam sabda Rasul dalam tiga buah hadistnya yang lain :

“Tiada seorang Nabi-pun yang diutus Allah, melainkan Nabi tersebut akan menakut-nakuti kepada umatnya perkara Dajjal. Dajjal itu akan keluar kepada kamu semua, kemudian tidak samar-samar lagi bagimu semua akan hal-ihwalnya dan tidak samar-samar untukmu semua, bahwa Tuhanmu itu tidak bermata sebelah. Sesungguhnya Dajjal itu bermata sebelah yang tidak dapat digunakan yang sebelah kanannya, seolah-olah matanya itu menonjol kemuka.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

“Demi dzat yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, niscaya, sudah amat dekat sekali saat turunnya ‘Isa putra Maryam dikalangan kamu semua yang bertindak sebagai seorang hakim yang adil. Dia akan memecahkan semua kayu salib dan membunuh babi.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

“al-Mahdi akan muncul dari ummatku, Tuhan akan menurunkan hujan untuk manusia, ummat akan merasa senang, ternak hidup (dengan aman), dan bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya dan harta akan diberikan dengan merata.”
(Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dan al-Hakim dari Abu Sa’id r.a)

Hadist-hadist diatas menurut hemat penulis, tidak bisa kita tafsirkan sambil lalu saja, disaat-saat seperti sekarang ini, mungkin kita bisa sama-sama memberikan pemahaman dan makna yang baru terhadapnya sesuai dengan situasi dan kondisi jaman yang berlaku.

Nabi Muhammad Saw menceritakan bahwa kiamat itu sudah sangat dekat, dan beliau Saw juga telah memberikan beberapa nubuat mengenai tanda-tanda semakin mendekatnya hari tersebut, dan dalam kesempatan kali ini, kita akan membahas 4 diantaranya terlebih dahulu.

  1. Terbitnya matahari dari arah barat
  2. Keluarnya al-Masih Dajjal
  3. Turunnya ‘Isa al-Masih putera Maryam
  4. Datangnya al-Mahdi

Bahwa dalam semua jaman yang telah berlalu kita mengenal terbitnya matahari yang terlihat oleh manusia setiap paginya selalu dari arah timur, matahari merupakan satu sumber energi yang bisa menerangi bumi dari kegelapan, membangkitkan pertumbuhan makhluk-makhluk hidup baik itu manusia, hewan hingga tumbuh-tumbuhan atau mungkin pula didalamnya termasuk makhluk-makhluk halus sebangsa Jin.

Matahari dalam kaitan dengan Hadist diatas memiliki kesamaan dengan ajaran agama yang membimbing manusia dari jalan kesesatan, kegelapan pandangan maupun pemikiran kearah pencerahan, kearah hidayah atau cahaya kebenaran.

Agama yang mampu membangkitkan pertumbuhan makhluk hidup, membina mental dan spiritual agar dapat berperan aktif didalam menjalankan roda kehidupan diatas dunia sebagai satu tugas yang diembankan oleh sang Pencipta, menjadi Khalifah dibumi.

Matahari yang selama ini terbit dari arah Timur bisa kita tafsirkan sebagai munculnya ajaran-ajaran Allah yang mempengaruhi umat manusia dari sebagian besar bagian timur dunia seperti tanah Yerusalem, Palestina hingga semenanjung Arabia.

Cahaya Allah sebagaimana yang pernah disinggung oleh Nabi Musa dalam kitab Ulangan 33:2, telah pernah terbit dari pegunungan Sinai, Seir dan pegunungan Paran didalam kawasan Timur Tengah.

Ajaran yang berisikan petunjuk, pembimbing serta pencerahan kepada manusia untuk menjadi pedoman hidupnya bergerak dan berputar, muncul tenggelam sebagaimana cahaya matahari yang terkadang tampak maupun terhalang.

Ajaran para Nabi yang telah begitu banyak pudar karena nafsu keserakahan manusia terhadap dunia dan emosi yang mendorong rasa fanatisme berlebihan terkadang lebih banyak membuat ajaran-ajaran kebenaran itu terpuruk, terpecah dan berkesan membingungkan.

Arah perpindahan terbitnya matahari dari timur kebarat didalam sabda Nabi Muhammad Saw diatas bisa juga kita berikan penafsiran bahwa cahaya kemenangan Islam, kebangkitan Islam akan muncul dari negeri-negeri Barat.

Negeri-negeri yang kita kenal memiliki pengikut mayoritas penyembah berhala dan pendewaan terhadap manusia yang didalam kacamata orang-orang terdahulu adalah sangat mustahil bisa terjadi justru akan menjadi cikal-bakal bersinarnya kembali Islam keseantero dunia.

Sebagaimana yang kita ketahui, merupakan satu kenyataan yang tidak terbantahkan bahwa jumlah pengunjung gereja diberbagai negeri-negeri dibarat semakin menunjukkan prosentasi yang menurun, padahal dinegeri-negeri tersebut berbagai sarana telah melimpah-limpah untuk menjadi seorang Nasrani sejati.

Orang-orang Eropa dan Barat sudak tidak dapat diharap lagi untuk menjadi bumi yang subur bagi perkembangan ajaran Nasrani, yang dewasa inipun telah menjadi hanya seperti adat, bukan sebagai suatu ajaran agama yang harus dimengerti dan disadari secara jelas.

Begitulah tampaknya ajaran Nasrani telah dan akan kehilangan tempat berpijak serta basis yang amat kuat dan kaya raya karena umumnya orang-orang disana telah mampu bersikap kritis dan mau terbuka terhadap akal pikirannya mengenai kebenaran yang ditunjang oleh penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern.

Negeri-negeri yang dahulunya merupakan ajang kebiadaban dunia, penuh sentimen ras, pendeskreditan wanita dan lokalisasi kemaksiatan lainnya kini telah berubah menjadi satu negeri yang memiliki tim ahli, memiliki orang-orang pandai, peneliti dan segudang ilmuwan yang kelak akan menghantarkan mereka dan umat Islam lainnya kepada kebenaran ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad Saw hampir 15 abad yang silam.

Dari sejarah kita ketahui bahwa sekian banyak para ahli dari bidang Astronomi, Geologi, Kedokteran, Biologi dan seterusnya yang berasal dari negeri barat menemukan fakta-fakta kevalidan al-Qur’an yang tidak mungkin bisa ditulis dan dikarang oleh seorang anak manusia ditengah gurun pasir yang hampa ilmu pengetahuan terhadap tantangan dunia ilmiah abad 20-an.

Pencerahan yang diberikan Allah terhadap para penduduk dinegeri barat ditamsilkan oleh Nabi Muhammad Saw sebagai munculnya matahari dari arah barat yang akan menyinari bumi kepada keterangan, kepada cahaya kebenaran yang berlandaskan wahyu dan ilmu pengetahuan.

Saat itulah orang-orang akan menyadari bahwa betapa mereka selama ini sebenarnya sudah terlalu jauh mengadakan penyimpangan-penyimpangan dari ajaran para Nabi dan mereka bermaksud untuk kembali kepada ajaran Islam yang hakiki, Islam yang dianut oleh Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, Nabi Musa, Nabi ‘Isa dan Nabi Muhammad Saw.

Namun Rasul menggambarkan bahwa saat itu sudah akan sangat terlambat bagi mereka untuk menyadari kebenaran itu, kebiasaan yang sudah mengurat akar didalam hati dan keyakinan mereka selama ini telah membuat kebanyakan dari mereka bingung dan memakan buah simalakama. Tidak mudah untuk membunuh pemahaman dan doktrin-doktrin yang melekat didalam diri mereka sejak dari anak-anak.

Hal ini telah difirmankan oleh Allah didalam al-Qur’an :

“Dan sesungguhnya Kami telah menjadikan isi Neraka itu beberapa banyak dari Jin dan Manusia, yang mempunyai hati tetapi tidak untuk mengerti dengannya, mempunyai mata tidak untuk melihat dengannya dan mempunyai telinga tidak dipergunakan untuk mendengarkan; mereka itu seperti binatang, malah mereka lebih sesat.”
(Qs. al-A’raaf 7:179)

Bahkan didalam kitab Bible sendiri kita dapati pernyataan ‘Isa al-Masih :

“Sekalipun melihat, mereka tidak melihat. Sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.”
(Matius 13:13)

Hal ikhwal Hadist Nabi mengenai perpindahan arah sang matahari dari arah terbitnya yang di Timur menjadi ke wilayah Barat disambung dengan kemunculan raja angkara murka yang disebut Dajjal yang akan menimbulkan huru-hara diatas dunia.

Dajjal merupakan satu lambang kejahatan yang akan melanda setiap jamannya sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw bahwa semua Nabi terdahulu-pun telah mengingatkan umatnya akan keberadaan dan ulah Dajjal-dajjal yang merusak.

Dajjal digambarkan oleh Rasulullah Muhammad Saw sebagai satu perwujudan yang hanya bisa memandang dengan sebelah mata adalah sebuah bentuk dari kezoliman, ke-egoisan, keculasan serta kepicikan yang akan melanda umat manusia.

Dalam satu Hadistnya, Rasul menjelaskan perihal Dajjal ini secara lebih luas :

“Sesungguhnya Dajjal itu keluar dan bersamanya adalah air dan api; maka apa-apa yang dilihat oleh orang banyak sebagai air, sebenarnya adalah api yang membakar, sedangkan apa yang dilihat oleh orang banyak sebagai api, maka sebenarnya itu adalah air yang dingin dan tawar. Maka barangsiapa yang bertemu dengannya, hendaklah menjatuhkan dirinya kedalam apa yang dilihatnya sebagai api itu, sebab sesungguhnya yang ini adalah air yang tawar dan nyaman.”
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Hadist diatas memberikan refleksi kepada kita, betapa akan datang suatu masa dimana orang yang berpegang pada kebenaran akan dianggap telah berhadapan dengan sesuatu yang menggerahkan, sesuatu yang membakar dan dapat menghanguskan.

Suatu jaman dimana fitnah merajalela, kebenaran bisa dibeli, hal yang putih bisa dibalikkan menjadi hitam dan begitupun sebaliknya, abad dimana perzinahan telah dianggap biasa, wanita telah memakai pakaian namun tidak ubahnya seperti telanjang, perampokan, pembunuhan serta makar dianggap sesuatu yang biasa, sebaliknya mereka yang giat menekuni ilmu-ilmu agama, mereka yang sholat dan mengadakan pengajian maupun tablig keagamaan malah dianggap sesuatu yang lucu dan kekanak-kanakan malah tidak jarang dicap sebagai orang-orang fundamentalis dalam konotasi negatif.

Pada saat itu Nabi menyarankan agar orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetap beristiqomah, memiliki pendirian yang mantap dan tegas didalam berakidah, beramaliah serta beragama sebab hal itu akan menghantarkan mereka kepada jalan Allah yang lurus, menjadi hamba-hamba Allah yang bertaqwa yang syurga dan kenikmatan Allah telah menantikannya.

Berpindahnya kebesaran Islam dari Timur ke Barat yang dilambangkan oleh Rasul sebagai perpindahan arah terbit matahari akan disusul dengan kemunculan orang-orang yang berlaku sombong, picik dan culas yang disymbolkan sebagai Dajjal yang berusaha menjatuhkan ajaran Allah yang haq akan diikuti dengan munculnya kembali sosok ‘Isa al-Masih dan al-Mahdi yang bahu membahu didalam menumpas kebatilan dan keberadaan Dajjal.

Kehadiran ‘Isa al-Masih pada periode akhir jaman bisa merupakan satu makna figuratif atau kiasan dari pemahaman dan kesadaran manusia terhadap ajaran ‘Isa al-Masih yang hakiki, pengajaran yang tidak pernah menyimpang dari hukum Nabi-nabi sebelumnya dan mempunyai satu relevansi yang erat sekali terhadap pengajaran Nabi Muhammad Saw yang datang setelah berakhirnya masa kenabian ‘Isa al-Masih kepada Bani Israil sekitar 600 tahun sebelum diutusnya sang Paraclete agung itu.

Kita lihat dari kacamata sejarah, betapa banyaknya Ahli Kitab yang mulai merenungi ajaran agamanya dengan membuka pintu objektivitas dan keterbukaan atas doktrin-doktrin yang ada didalam kitab sucinya.

Berapa banyak para pemikir dan cendikiawan Nasrani mulai tidak bisa menerima perbedaan pemahaman antara pengajaran ‘Isa yang sejati dengan yang mereka hadapi didalam dakwahan gereja yang bersumberkan kepada Paulus, inilah salah satu bentuk penafsiran bahwa kehadiran ‘Isa al-Masih tersebut akan mematahkan kepercayaan akan penyaliban dan kematiannya serta menghilangkan kebiasaan memakan babi.

Beragam studi dan perbandingan telah dilakukan dalam kalangan Yahudi dan Nasrani untuk mendapatkan nilai kebenaran yang sesungguhnya, dan kebanyakan dari mereka akhirnya beralih untuk mengedepankan kelimuwanan dan kecendikiawanan masing-masing didalam menelaah dan mengkaji hingga rata-rata dari mereka akan sampai pada satu titik pemberhentian kepada ajaran yang dibawa oleh Muhammad Saw.

Munculnya pemahaman Saksi Yehovah, Kaum Essenes serta ditemukannya gulungan laut mati yang lebih dikenal dengan sebutan Dead Sea Scroll didalam gua Qumran adalah salah satu contoh kecil dari kembalinya ajaran Nabi ‘Isa al-Masih putera Maryam.

Kita lihat dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda :

“Segolongan ummatku akan selalu berperang membela kebenaran, sehingga turunlah ‘Isa ibn Maryam pada saat fajar terbit di Baitul-Maqdis (Palestina). Ia turun pada al-Mahdi, maka dikatakan: “Majulah hai Nabi Allah! dan salatlah bersama kami.” Maka ia berkata: “Ummat ini menjadi pemimpin (amir) sebagian yang satu pada sebagian yang lain.”
(Diriwayatkan oleh Ibn Amr ad-Dani dari Jabir ibn ‘Abdillah)

Umat Muhammad Saw senantiasa berhadapan dengan orang-orang yang ingin melepaskan mereka dari keyakinan dan keteguhan akidahnya yang umumnya disebabkan oleh mereka-mereka yang menganut ajaran Nasrani (baca: Kristenisasi), sebagai suatu pertolongan dari Allah terhadap orang-orang yang beriman ini yaitu dengan dikembalikannya kebenaran yang pernah disampaikan oleh ‘isa al-Masih yang merupakan dasar dan tokoh utama yang menjadi panutan kaum Masehi.

Kehadiran risalah ‘Isa yang sejati ini bertepatan disaat terbit fajar dari Baitul Maqdis, yaitu mulai tercerahkannya orang-orang cendikiawan dan ahli kitab akan kesalahan keyakinan yang telah mereka anut selama ini.

Waktu terbit fajar adalah saat dimana matahari mulai muncul menyinari bumi, yaitu dikala kesadaran mulai menyelimuti para penganut kitab Bible terhadap kandungan-kandungan yang ada didalamnya dan berganti dengan memahami kandungan ajaran Muhammad Saw.

Tampilnya keberadaan ‘Isa al-Masih ini menurut Hadist Nabi diatas akan turun kepada al-Mahdi, sebelum kita berbicara mengenai hal ini, mari terlebih dahulu kita mengerti apa yang dimaksud dengan al-Mahdi itu sendiri.

Kata al-Mahdi sering dipasangkan oleh orang dengan perkataan Imam yang berarti Pemimpin, jadi bila disebut sebagai Imam al-Mahdi (baca: Imam Mahdi) maka berarti orang atau pemimpin yang telah mendapat hidayah atau petunjuk dari Allah.

Dengan demikian bisalah kita tarik garis lurus pengertian ini dengan kriteria apa yang disebut al-Qur’an terhadap orang yang telah mendapatkan petunjuk Allah ini :

“Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.”
(Qs. Al-An’am 6:88)

Berdasarkan ayat diatas terdapatlah kesimpulan, bahwa siapapun bisa menjadi al-Mahdi. Karena petunjuk dan bimbingan dari Allah itu bisa ada pada manusia manapun diantara hamba-hambaNya yang dikehendaki oleh Allah sendiri tanpa mesti terikat dengan satu individu tertentu.

Ayat diatas tidak menunjukkan pengecualian petunjuk dan bimbingan Allah itu hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman saja, sebab keadilan Allah itu tidak terbataskan dan sangat susah untuk bisa kita tebak.

Dalam bukunya yang berjudul Islam Aktual, Jalaludin Rakhmat meriwayatkan bahwa Khalifah Ali bin Abu Thalib ra pernah berkata : “Hikmah itu barang berharga yang hilang dari seorang Mukmin, karena itu, dimanapun orang Mukmin menemukan hikmah, maka harus memungutnya. Ambillah hikmah itu walaupun dari orang munafik!

Begitupun Nabi Muhammad Saw sendiri pernah bersabda :

Khudzil hikmah wa la yadhurruka min ayyi wia-in kharajat.
“Ambillah hikmah dan jangan merisaukan kamu darimana hikmah itu keluar.”

Jadi bisa saja seorang yang kafir mendapatkan bimbingan oleh Allah dalam hal ilmu duniawi, akan tetapi dia hampa dari bimbingan Allah untuk ilmu akhirat. Sebaliknya melalui tangan-tangan orang-orang kafir inilah Allah membuktikan kebesaran-Nya sekaligus mengajarkan kepada kaum Muslimin atas kebenaran risalah Rasul-Nya.

Sebagaimana bunyi dari bagian terakhir ayat tersebut : “Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.”

Ini merupakan penerangan kepada kita, bahwa cendikiawan manapun itu dan berasal dari agama apapun dia tidak menutup kemungkinan bagi Allah untuk membagikan ilmu dunia-Nya kepada mereka, untuk berlaku sebagai al-Mahdi, sebagai orang yang dibimbing Allah.

Akan tetapi jika dalam urusan ke-Tuhanan al-Mahdi ini berlaku ingkar, berlaku menyekutukan Allah terhadap yang lain maka seluruh ilmu dan bimbingan yang diberikan oleh Allah untuknya tidak akan memberikan pengaruh apa-apa bagi kehidupan akhiratnya kelak.

Dan berdasarkan Hadist yang diriwayatkan oleh Ibn Amr ad-Dani dari Jabir ibn ‘Abdillah yang telah kita kutip diatas, bahwa ‘Isa al-Masih akan turun kepada al-Mahdi adalah satu perwujudan dari kembalinya ajaran ‘Isa yang sejati kepada orang-orang yang telah dibimbing oleh Allah dalam urusan agama yang tidak akan menyalahi satu titikpun terhadap apa-apa yang sudah diajarkan oleh Muhammad Saw.

Kita lihat kembali satu Hadist dibawah ini :

“Manusia akan keluar dari arah timur menyerahkan kekuasaan kepada al-Mahdi.”
(Diriwayatkan oleh Ibn Majah dan Tabrani dari ‘Abdullah ibn Sa’id az-Zubaidi)

Ini juga menjadi satu tambahan nubuat yang jelas, bahwa cahaya kebesaran Islam akan beralih kepada kaum cendikiawan dari negeri barat yang telah mendapatkan hidayah Allah untuk berakidahkan Islam.

Nabi Muhammad Saw memberikan tamsilan bahwa pada masa itu manusia akan keluar dari arah timur, yaitu dari arah umumnya matahari terbit setiap harinya kemudian menyerahkan kekuasaan kepada al-Mahdi yang memiliki pengertian tenggelamnya cendikiawan-cendikiawan Muslim dari asal kelahiran Islam kedalam perpecahan dan kebodohannya telah menghantarkan kemegahan dan kebenaran risalah Allah kepada orang-orang Barat.

Kita kenal orang-orang semacam Maurice Bucaille, Napoleon Bonaparte, Will Durant, Ahmad Deedat, Prof. Dr. Joe Leigh Simpson, Proffesor Moore, Thomas Muhammad Clayton, Thomas Irving, Dr. Umar Rolf Baron Ehrenfels, Sir Jalaludin Louder Brunton adalah sederetan kecil dari daftar nama-nama orang yang telah membuktikan kebenaran agama Allah yang berasal dari negeri Barat.

Dan kaum muslimin bersama ‘Isa al-Masih akan bahu membahu bersama al-Mahdi didalam menumpas Dajjal, bahwa para pakar ilmu pengetahuan bersama-sama dengan Ahli Kitab yang tercerahkan dan segenap kaum Muslimin akan mengadakan perlawanan terhadap para pembangkang agama, para pimpinan dan masyarakat dinegara zionis yang menawarkan racun dalam bentuk madu kepada masyarakat Islam, menjual neraka dengan nama syurga kepada orang-orang yang beriman.

Semoga kita semua dapat terhindar dari Dajjal-dajjal ini dan bersama mencerahkan kembali bumi Timur dengan ajaran Islam yang sejati, mengembalikan kebenaran dari ajaran ‘Isa al-Masih yang telah diselewengkan, menjadi Mahdi-mahdi yang siap bertempur dijalan Allah dengan segenap jiwa, raga dan harta.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.”
(Qs. al-Hujurat 49:15)

Kita sudah banyak sekali mengupas perihal ‘Isa putra Maryam dan latar belakang terjadinya penyaliban berikut dengan pengkajian-pengkajian kita mengenai misteri orang yang tersalib itu dalam pandangan al-Qur’an.

Dalam kesempatan ini, kita masih akan mempermasalahkan kisah penyaliban yang melingkupi kontroversi didalam Bible agar umat Islam mengetahui secara baik alur ceritanya dan tidak memparalelkan satu cerita didalam Bible secara serampangan terhadap cerita al-Qur’an tanpa mengadakan penelitian lebih dalam.

  1. Pada Matius 27:46, Markus 15:34 dikatakan bahwa Nabi ‘Isa telah berteriak dengan lantangnya kepada Allah Swt atas penyaliban dan siksaan yang telah dilakukan oleh kaum Israel itu.

    Markus 15:34
    And at the ninth hour Jesus cried with a loud voice, saying, Eloi, Eloi, lama sabachthani? which is, being interpreted, My Elohim, my Elohim, why hast thou forsaken me ?

    Matius 27:46
    And about the ninth hour Jesus cried with a loud voice, saying, Eli, Eli, lama sabachthani? that is to say, My Elohim, my Elohim, why hast thou forsaken me ?

    Sekarang anggap sajalah bahwa yang disalib itu adalah benar al-Masih, ‘Isa putera Maryam Rasul Allah sebagaimana yang diyakini oleh sekelompok kalangan didalam Islam dan juga umat Nasrani, dalam tragedi penyaliban ‘Isa telah mengeluarkan teriakan-teriakan lantang dengan kata-kata yang seolah hendak mengajukan protes kepada Tuhan atas apa yang menimpa dirinya.

    Layakkah semua itu dilakukan oleh seorang Nabi yang hanif seperti ‘Isa al-Masih ?
    Dimana letak derajat kenabian dan kerasulan beliau yang seharusnya menjadi teladan dan contoh kepada umatnya dengan melakukan perbuatan yang memalukan itu ?

    Takutkah ‘Isa terhadap kematian yang bisa menimpa dirinya ?
    Tidak kuatkah beliau sebagai Nabi menahan siksaan dari umat Yahudi ?
    Dimana letak kedekatan beliau dengan Allah yang seharusnya menjadi penentram hatinya ?
    Bukankah beliau juga sudah berdoa sewaktu di Taman Getsemani ?
    Juga, bukankah Nabi Isa itu sendiri sudah diperkuat Allah dengan Ruhul Kudus ?

    Tidak disangsikan lagi, didalam al-Qur’an disebutkan bahwa Nabi ‘Isa sendiri berkata :

    Dan keselamatan atasku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku akan mati dan pada hari aku akan dibangkitkan dengan keadaan hidup. Itulah dia, Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.
    (Qs. Maryam 19:30-34)

    Jadi tidak pada tempatnya Nabi ‘Isa berteriak-teriak seolah seekor anjing kehilangan tuannya, sementara dia sendiri sudah pernah memberikan ultimatum wahyu yang diterimanya dari Allah bahwa dia akan tetap selamat, meski apapun perlakuan umatnya kepada dirinya.

    Setiap Nabi dan Rasul Allah yang termaktub didalam al-Qur’an adalah mereka-mereka yang terkenal tingkat ketakwaan, kesabaran, kepasrahan dan keyakinan yang tinggi kepada Allah Swt selaku Tuhan semesta alam yang telah mengutus mereka kepada umat.

    Lihat contoh peristiwa Nabi Ibrahim as sebagai bapak Tauhid, yaitu sewaktu hendak dibakar karena perbuatan beliau yang menghancurkan berhala, Nabi Ibrahim tidak berteriak-teriak segala macam, karena ia yakin bahwa Allah akan menyelamatkannya.

    Nabi Muhammad Saw yang nyaris terbunuh dalam peperangan Uhud, juga bahkan para sahabat terbaik beliau yang tidak pernah mengeluh apalagi sampai berteriak lantang terhadap apa yang telah menimpa diri mereka. Semuanya itu disebabkan tingkat ketakwaan dan kepercayaan mereka yang tinggi terhadap Allah Swt yang melahirkan jiwa-jiwa berani dan tak kenal putus asa.

    Sesungguhnya kamu akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan sungguh, kamu akan mendengar celaan yang banyak dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, tetapi jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.
    (Qs. ali-Imran 3:186)

    Dan sesungguhnya perintah sabar itu diberikan dan ditanamkan Allah kepada semua utusanNya, agar dapat memberikan contoh terbaik kepada umat, membimbing umat kejalan yang benar.

    Tapi dengan tindakan Nabi Isa yang berteriak diatas kayu salib ini, pelajaran apa yang dapat diambil oleh umatnya terhadap sikap Nabi dan Rasul yang mereka percayai ini ?
    Apakah tingkat ketakwaan dan derajat Nabi ‘Isa al-Masih berada dibawah tingkatan Ali Bin Abu Thalib yang sangat terkenal sifat kehanifannya dalam jajaran sahabat-sahabat Nabi Muhammad Saw ?

    Apakah Allah itu juga menderita penyakit tuli alias pekak alias budeg sehingga Nabi ‘Isa mesti berteriak lantang menjertikan suaranya kepada Allah ?
    Ingatkah anda dengan firman Allah sbb :

    Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan pelankanlah suaramu.
    Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
    (Qs. 31:19)

    Pengangkatan ‘Isa dalam artian diselamatkannya Nabi ‘Isa al-Masih pada tragedi Golgota telah memberikan peluang kepada kita didalam mempelajari Bible. Bahwa Bible menceritakan dengan baik sekali perihal adanya sosok ‘Isa al-Masih sesudah peristiwa penyaliban.

    Disini kita bisa memberikan satu pentafsiran, bahwa setelah berhasil lolos dari tipu daya Yudas Iskariot yang licik itu, ‘Isa al-Masih yang berubah dalam bentuk dan wujud yang baru tetap berada ditengah-tengah umatnya, Bani Israil.

  2. Pada hari minggu pertama setelah penyaliban terjadi, Kitab Yohanes 20:13 menggambarkan betapa seorang wanita muda pengikut Nabi ‘Isa al-Masih bernama Maria Magdalena, yang pernah mengurapi diri Nabi ‘Isa (Baca: Kitab Yohanes 12:3 dan Lukas 7:38), dan salah seorang dari mereka yang menyaksikan dengan matanya sendiri bagaimana sosok Nabi ‘Isa al-Masih telah disalib dan dikuburkan (Baca: Markus 15:40-41 dan Markus 15:47) sekaligus juga sebagai wanita yang pernah disembuhkan oleh ‘Isa dari tujuh setan (Baca: Lukas 8:2) telah mendatangi kuburan dimana jasad ‘Isa al-Masih disemayamkan.

    Disana menurut Bible Yohanes, Maria Magdalena bertemu dengan dua orang malaikat namun ia sendiri tidak menjumpai sosok ‘Isa al-Masih sebagaimana yang ia kenali dan wanita ini telah mengira bahwa ‘Isa al-Masih yang berdiri dihadapannya dalam keadaan hidup itu sebagai seorang tukang kebun sampai akhirnya Nabi ‘Isa memutuskan untuk menegur Maria Magdalena dan dikenali olehnya sebagai orang yang memang dicari-carinya.

    And she saw two angels in white, sitting, one at the head, and one at the feet, where the body of Jesus had been laid. They say to her: Woman, why weepest thou?
    She saith to them: Because they have taken away my Lord;
    And I know not where they have laid him.
    When she had thus said, she turned herself back, and saw Jesus standing;
    And
    she knew not that it was Jesus.

    Jesus saith to her: Woman, why weepest thou ?
    Whom seekest thou?
    She, thinking it was the gardener, saith to him:
    Sir, if thou hast taken him hence, tell me where thou hast laid him, and I will take him away.

    Jesus saith to her: “Mary !”
    She turning, saith to him: “Rabboni !(which is to say, Master)”.
    Jesus saith to her: “Do not touch me !”
    For I am not yet ascended to my Father.
    But go to my brethren, and say to them:
    I ascend to my Father and to your Father,
    to my God and your God.
    (John 20:12-17)

    Apakah bukan satu keanehan bilamana Maria Magdalena telah mengira sosok Nabi ‘Isa itu sebagai penunggu taman alias The Gardener ? Kita katakan saja pada waktu itu Nabi ‘Isa sedang melakukan penyamaran sedemikian rupa sampai Maria Magdalena tidak lagi mengenalinya namun sebelum ‘Isa memanggil nama Maria, beliau telah sempat berbicara dengannya dan tampaknya Maria tetap tidak mengenali sosok Nabi agung ini dihadapannya.

    Penolakan yang dilontarkan oleh Nabi ‘Isa untuk disentuh oleh Maria Magdalena dalam Yohanes 20:17 menurut hemat saya bukanlah karena saat itu ‘Isa baru saja sembuh dari luka-luka penyaliban, akan tetapi karena memang tidak selayaknya seorang laki-laki muda seperti ‘Isa yang waktu itu baru berusia 33 tahun dipeluk oleh seorang wanita muda seperti Maria Magdalena yang bukan muhrimnya, kecuali jika ‘Isa memang sudah wafat sementara ‘Isa sendiri mengatakan kepada Maria Magdalena bahwa “For I am not yet ascended to my Father”, Bahwa Nabi ‘Isa saat itu belumlah mati dan ruhnya belum naik menghadap Allah.

    Akan tetapi, bagaimanapun juga, kisah yang diriwayatkan oleh Yohanes ini sangat berkontradiksi dengan periwayatan yang disampaikan oleh Matius, Markus dan Lukas didalam Injil mereka masing-masing.

    Lukas 24 dimulai dari pasal 1 menceritakan bahwa yang datang kemakam ‘Isa al-Masih pada hari minggu itu tidak hanya Maria Magdalena namun juga beberapa orang wanita lainnya menyertainya yaitu Joanna, Maria ibunya Ya’kub serta beberapa perempuan lainnya yang tidak dijelaskan oleh Lukas 24:10 nama-nama mereka satu persatunya; dan Lukas juga tidak menyebutkan bertemunya Maria Magdalena dengan sosok ‘Isa al-Masih, malah kedua malaikat itu banyak sekali berbicara kepada wanita-wanita yang mendatangi kuburan tersebut.

    Markus 16 dimulai pasal 1 mengatakan bahwa yang datang pada hari Minggu itu kekuburan ‘Isa al-Masih hanya berjumlah tiga orang, yaitu Maria Magdalena, Maria ibunya Ya’kub dan Salome, selanjutnya dalam ayat ke-9, Markus mencoba mengambil cerita dari Lukas bahwa ‘Isa sudah menemui Maria Magdalena pada hari minggu pertama itu, padahal dalam ayat-ayat sebelumnya telah dijelaskan olehnya sendiri betapa Maria Magdalena sama sekali tidak bertemu dengan ‘Isa al-Masih.

    Yang lebih kontroversial lagi, Matius dimulai pasal 28 meriwayatkan bahwa yang datang pada hari minggu pertama itu adalah Maria Magdalena dan beberapa Maria lainnya yang tidak dijelaskannya Maria apa saja mereka itu, kemudian kedatangan mereka itu bersamaan dengan terjadinya gempa bumi dan turunnya seorang malaikat kemakam tersebut dan menggolekkan batu besar penutup kubur ‘Isa dan mendudukinya.

    Perbuatan seorang malaikat ini menyebabkan takutnya beberapa Maria ini, dan sama sekali Matius tidak mengisahkan bahwa wanita-wanita itu melihat isi dalam kuburan ‘Isa al-Masih, mereka hanya baru sampai diluar makam dan belum memasukinya ketika gempa terjadi dan malaikat turun.

    Selanjutnya Matius dalam ayat ke-9 menggambarkan bahwa seluruh Maria itu telah ditemui oleh Nabi ‘Isa al-Masih ditengah perjalanannya dan memberikan salam kepada mereka. Dan ini bertentangan dengan kisah periwayatan yang lain, terutama dengan riwayat Yohanes yang menceritakan hanya Maria Magdalena yang bertemu dengan ‘Isa al-Masih.

    Bagaimana seluruh kontroversi diatas bisa kita jadikan sandaran untuk meyakinkan bahwa ‘Isa al-Masih merupakan tokoh yang tersalib dan mendekam didalam kuburan selama 3 hari sesuai dengan nubuatan Nabi Yunus yang tidak terbukti itu ?

    Bagaimana kita bisa mengatakan bahwa orang yang tersalib dan dikuburkan itu adalah sosok Nabi ‘Isa al-Masih sementara kisah-kisah yang kita jumpai didalam Bible saling berbeda antara satu dengan yang lainnya ?

    Apa kriteria kita untuk menentukan cerita mana yang benar dan sesuai dengan al-Qur’an dan dapat diterima dengan akal serta manapula yang tidak ?

    Terlepas dari seluruh kontroversi diatas, kita lihat didalam Yohanes 21:1-4, kembali digambarkan bahwa Nabi ‘Isa telah mendatangi pengikut-pengikutnya yang berada ditasik Tiberias dalam perwujudan yang lain:

    After these things Jesus shewed himself again to the disciples at the sea of Tiberias; and on this wise shewed he himself. There were together Simon Peter, and Thomas called Didymus, and Nathanael of Cana in Galilee, and the sons of Zebedee, and two other of his disciples. Simon Peter saith unto them, I go a fishing. They say unto him, We also go with thee.

    They went forth, and entered into a ship immediately; and that night they caught nothing.
    But when the morning was now come, Jesus stood on the shore:
    but
    the disciples knew not that it was Jesus.
    (John 21:1-4)

    Dalam riwayat Lukas 24:13-17 dikisahkan bahwa pada hari Minggu tersebut, Nabi ‘Isa al-Masih juga telah menyempatkan diri untuk menemui 2 orang dari 11 sahabat utamanya yang sedang berjalan menuju kampung Emaus sekitar 3 jam jauhnya perjalanan dari kota Yerusalem.

    And, behold, two of them went that same day to a village called Emmaus, which was from Jerusalem about threescore furlongs. And they talked together of all these things which had happened.
    And it came to pass, that, while they communed together and reasoned, Jesus himself drew near, and went with them.
    But their eyes were holden that they should not know him.
    (Luke 24:13-17)

    …And he said unto them, What things?
    And they said unto him, Concerning
    Jesus of Nazareth, which was a prophet mighty in deed and word before God and all the people.
    (Luke 24:19)

    And it came to pass, as he sat at meat with them, he took bread, and blessed it, and brake, and gave to them. And their eyes were opened, and they knew him; and he vanished out of their sight.
    (Luke 24:30-31)

    And they told what things were done in the way, and how he was known of them in breaking of bread.
    (Luke 24:33)

    Kita lihat dari cerita Lukas diatas, bahwa para sahabat Nabi ‘Isa sendiri tidak pernah menganggap bahwa ‘Isa adalah bagian dari ketuhanan, mereka hanya menyebut putera Maryam ini sebagai seorang Nabi yang memiliki banyak mukjizat. Dan kehadiran ‘Isa al-Masih dalam perjalanan mereka itu sama sekali tidak mereka kenali sampai pada akhirnya mereka sadar ketika ‘Isa memberkahi roti dan memecahnya untuk kemudian diberikan kepada mereka.

    Bagaimana mungkin kaum Hawariyin ini tidak mengenali sosok manusia yang selama ini senantiasa berada bersama-sama mereka jika tidak pada waktu itu wujud dari Nabi ‘Isa ditampilkan dalam wujud yang lain sama sekali dan tidak bisa mereka kenali ?

    Tidak lupa mereka ini telah memberikan gambaran kepada kita, betapa mereka akhirnya mengenali Nabi ‘Isa bukan melalui melihat wujudnya yang asli, tetapi karena Nabi ‘Isa sudah memecah roti, jadi melalui tindakannya dan mereka baru sadar bahwa orang itu adalah ‘Isa al-Masih yang mereka banggakan. Dan setelah mereka sadar, Nabi ‘Isa kembali melakukan “Transformasi”, menghilang dari hadapan mereka dan menjumpai sahabat-sahabatnya yang lain.

    Lukas 24:36 dan Yohanes 20:19 menjelaskan kepada kita bahwa setelah Nabi ‘Isa memperlihatkan dirinya dengan perwujudan lain itu kepada beberapa orang pengikutnya diatas, akhirnya pada senja hari minggu itu, Nabi ‘Isa al-Masih datang kepada kesebelas sahabat utamanya yang sedang duduk makan (lihat: Markus 16:14)

    Then the same day at evening, being the first day of the week, when the doors were shut where the disciples were assembled for fear of the Jews, came Jesus and stood in the midst, and saith unto them, “Peace be unto you”.
    (John 20:19)

    “But they being troubled and frightened, supposed that they saw a spirit.
    And he said to them: Why are you troubled, and why do thoughts arise in your hearts?
    See my hands and feet !
    That it is I myself; handle, and see:
    For a spirit hath not flesh and bones, as you see me to have.

    And when he had said this, he shewed them his hands and feet.
    But while they yet believed not, and wondered for joy.
    He said: Have you any thing to eat?
    And they offered him a piece of a broiled fish, and a honeycomb.
    And when he had eaten before them, taking the remains, he gave to them.”
    (Luke 24:37-43)

    Kita lihat, adalah suatu keanehan tersendiri, diantara para sahabat yang berkumpul pada senja hari itu sudah ada yang pernah bertemu dengan Nabi ‘Isa pada waktu siang harinya dan mengetahui bahwa ‘Isa al-Masih belumlah wafat dan berada dalam keadaan yang lain, akan tetapi kisah diatas menunjukkan kepada kita betapa para sahabat itu sendiri merasa ketakutan dengan hadirnya sosok ‘Isa al-Masih secara tiba-tiba dan mereka pun tidak mempercayai bahwa sosok orang yang hadir ditengah-tengah mereka saat itu adalah ‘Isa.

    Mereka malah mengira ‘Isa al-Masih adalah hantu !
    Apa yang menyebabkan mereka mengira sang Nabi agung ini sebagai hantu ?
    Apakah karena kemunculannya yang tiba-tiba itu ?
    Rasanya tidak, sebab mereka sudah akrab dengan fenomena mukjizat ‘Isa al-Masih, bahkan dua diantara mereka pada minggu siang itu telah menyaksikan betapa Nabi ‘Isa tiba-tiba hilang dari hadapan mereka (Baca lagi riwayat dari Lukas 24:31 diatas.

    Mereka digambarkan sangat takjub dan ketakutan serta tidak percaya sebab mereka selama ini berpikir bahwa ‘Isa al-Masih sudah tersalibkan dan wafat, sedangkan mereka sendiri tidak ada yang menjadi saksi mata pada kejadian hari itu sebab keseluruhan dari mereka malah melarikan diri disaat sang Nabi berada dalam keadaan bahaya (Baca: Kitab Markus 14:50).

    Bagaimana ini jadinya ?
    Satu-satunya penjelasan yang masuk akal adalah mereka semua saat itu berpikir bahwa ‘Isa sudah wafat dan hantunya datang kepada mereka, untuk membantah pemikiran mereka itu, ‘Isa al-Masih menunjukkan bukti-bukti masih hidupnya beliau selaku manusia biasa, diantaranya memakan sepotong ikan goreng dan minum madu serta menyuruh mereka menyentuh kulit tubuhnya.

    Penjelasan yang masuk akal diatas tetap akan berlawanan apabila kita melihat balik kepada ayat-ayat yang menceritakan berita heboh atas hilangnya mayat ‘Isa al-Masih pada pagi minggu itu dan beberapa orang dari mereka justru sudah berjumpa langsung dengan sang Nabi dalam keadaan hidup pada siang harinya.

    Sekali lagi saya katakan, apa kriteria kita untuk menyatakan bahwa ‘Isa sudah benar-benar tersalibkan dan dikubur dalam makam selama 3 hari ? Jika kita hanya menyandarkan pada data-data dari dalam Bible, maka data-data itu saling berlawanan antara satu dengan yang lainnya.

    Saya ingatkan kembali pada sabda Nabi Muhammad Saw :

    “Apabila ada ahli kitab berbicara kepadamu, maka janganlah engkau mendustakannya dan janganlah kamu membenarkannya. Tetapi katakanlah : ‘Kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kami beriman kepada apa yang diturunkan sebelum kami.’ ; Apabila yang dikatakan itu haq (benar), janganlah kamu mendustakannya. Tetapi apabila itu batil, maka janganlah kamu membenarkan.”
    (Riwayat Abu Daud, Turmudzi dan Muslim)

  3. Contoh lain dari kita untuk menolak pernyataan bahwa Nabi ‘Isa sungguh tokoh yang telah disalib adalah riwayat Yohanes 19:26 yang menyebutkan bahwa dari atas kayu salib itu Nabi ‘Isa telah memanggil ibunya dengan kata-kata ketus: “Perempuan ! lihatlah anakmu !”

Adakah itu mencerminkan adab sopan santun seorang Nabi dan Rasul Allah yang harus menjadi panutan umatnya ?

Mari kita baca firman Allah dalam al-Qur’an secara teliti berikut ini :

‘Isa berkata: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku kitab dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dia jadikan aku seorang yang berbakti di mana saja aku berada, dan Dia mewajibkan kepadaku shalat dan zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (Qs. 19:30-34)

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya engkau tidak menyembah selain Dia dan hendaklah engkau berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah kamu berkata : “Ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
(Qs. 17:23)

Dan ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil: “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat.
(Qs. 2:83)

Dari beberapa kriteria ini, menurut saya, untuk menyatakan bahwa Nabi ‘Isa sudah tersalib benar-benar sulit diterima, baik dengan menggunakan dalil-dalil dalam Bible sendiri apalagi dengan berdasarkan dalil-dalil dari kitab suci al-Qur’an.

Sewajarnyalah kita mengimani wahyu Allah dalam an-Nisaa’ 157 apa adanya :

Dan perkataan mereka: “Kami telah membunuh al-Masih ‘Isa putera Maryam, utusan Allah”, padahal tidaklah mereka membunuhnya dan tidak menyalibnya, tetapi dia disamarkan bagi mereka.
Dan sesungguhnya orang-orang yang berselisihan tentangnya selalu dalam keraguan mengenainya. Tiada pengetahuan mereka kecuali mengikuti dugaan, dan tidaklah mereka yakin telah membunuhnya.
(Qs. 4:157)

Pada masanya, Nabi Musa as., pernah dikaruniakan oleh Allah tongkat yang dapat berubah ujud menjadi seekor ular besar ketika berhadapan dengan tukang sihir Fir’aun.

Bahkan dalam kasus Nabi Musa ini, tongkatnya itu sebagai satu benda mati, benar-benar berubah menjadi wujud benda lain yang memiliki nyawa dan mampu melawan ular-ular kecil para tukang sihir dari negri Mesir itu. Sementara Nabi Isa Almasih, hanyalah diserupakan wajahnya oleh Allah Swt dengan wajah orang lain namun bukan dirubah wujudnya menjadi ‘benda lain, semuanya merupakan hal yang sangat mudah sekali bagi Allah, Tuhan semesta alam.

“Ye men of Israel, hear these words; Jesus of Nazareth, a man approved of Yahweh among you by miracles and wonders and signs, which Yahweh did by him in the midst of you, as ye yourselves also know”
(The Acts 2:22)

“Hai orang-orang Israil, dengarlah perkataan ini: Jesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan mukjizat-mukjizat dan kekuatan-kekuatan serta tanda-tanda yang dilakukan Allah dengan perantaraan dia ditengah-tengah kamu sebagaimana yang kamu ketahui.”
(Kisah Para Rasul 2:22)

Paus pernah menegur Fra Fulgentio mengenai pengajaran Bible :

Thus for instance Fra. Fulgentio was reprimanded by the Pope in a letter saying, ‘Preaching of the Scriptures is a suspicious thing. He who keeps close to the Scripture will ruin the Catholic faith.’ In his next letter he was more explicit, warning against too much insistence on the scriptures ‘which is a book if anyone keeps close to, he will quite destroy the Catholic Church.’
(Taken from :
A Brief Account of the Crusades)

“Mengajarkan kitab suci itu perkara yang mencurigakan.
Orang yang terlalu berpegang pada kitab suci itu akan menjatuhkan keyakinan yang umum.”
“…itulah yang disebut kitab suci. Bila orang berpegang teguh kepadanya, niscaya akan menghancurkan gereja Katolik.”

Kita jangan terlampau mudah mempercayai kisah-kisah yang terdapat didalam Bible yang nyata-nyata memiliki banyak sekali pertentangan dengan ajaran Islam, lagipula, isi Bible terutama Perjanjian Baru yang ada sekarang ini, semuanya dikarenakan untuk membuat persamaan terhadap cerita-cerita yang disebarkan oleh Paulus, musuh besar ‘Isa al-Masih.

Dalam hal ini, Paulus sendiri membuka identitas dirinya :

Tetapi JIKA kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaanNya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa ? (Roma. 3:7).

Disini Paulus mencoba mencari pembenaran atas sikapnya sebagai seorang pendusta agama, bahwa bila apa yang dilakukannya dengan segala kebohongannya itu kepada umat Kristen adalah untuk dan demi Allah, maka tidaklah layak dia dihakimi sebagai orang yang berdosa, sebab dia menganggap dirinya berjasa kepada Allah.

Namun umat Nasrani akan menunjukkan dengan ayat berikutnya :

Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan bahwa kita berkata: “Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya.” Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman. (Roma. 3:8).

Sekarang kita ajukan pertanyaan yang di JIKA oleh Paulus pada Roma 3:7 itu apanya ?
Kebenaran Allah yang melimpah atau dustaku ?
Bagaimana kalau kalimat tersebut kita ganti dengan kalimat yang setara jenis dan susunannya seperti :

Tetapi JIKA kemakmuran Indonesia oleh bantuan IMF semakin melimpah bagi kemuliaan Indonesia, mengapa IMF masih juga dihakimi sebagai penghancur negara ? (IMF 3:7)

Kalimat Roma 3:7 akan sama saja bunyinya jika kita alihkan sbb :

Tetapi JIKA DENGAN AKU BERDUSTA maka kebenaran Allah semakin melimpah bagi kemuliaanNya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa ? (Roma. 3:7)

Lalu juga akan muncul argumen baru dari mereka dengan menggunakan persamaan :

JIKA AKU KAYA ——-> Faktanya aku tidaklah kaya
JIKA AKU BERDUSTA ———> Faktanya aku tidaklah berdusta

Baiklah, dalam bahasa Inggris kita mengenal adanya If Conditional (kalimat bersyarat) ‘Conditional Type 1, 2 and 3’, yaitu kalimat yang menyatakan bahwa pekerjaan itu dapat dilakukan kalau syaratnya terpenuhi. Dan berikut ini akan kita ketengahkan dalam bahasa Indonesia salah satu contoh kalimat dari ketiga type If conditional tersebut.

Jika bacokanku ternyata membuat dirinya semakin terkenal, mengapakah aku dihakimi sebagai seorang yang bersalah ?

Menurut anda, orang tersebut telah membacok atau tidak ?
Kalimat diatas, itu memiliki pola yang sama dengan Roma 3:7, silahkan anda memberikan penilaian sendiri sampai sejauh mana kebenaran yang keluar dari ucapan Paulus.

Kita kembali pada pembahasan al-Qur’an, bahwa Nabi ‘Isa al-Masih telah diselamatkan oleh Allah dari peristiwa penyaliban itu dengan cara mengembalikan perbuatan makar itu kepada orang yang telah merencanakannya sendiri.

Wa innahu la’ilmullisa’ati falatamtarunna biha wattabi’un; Haza shirothum mustaqim
“Dan sesungguhnya Isa telah memberikan pengetahuan mengenai Sa’ati.
Karena itu janganlah kamu ragu-ragu padanya ikutilah Aku (Allah). Ini satu jalan yang lurus.
(Qs. 43:61)

Bahwa Nabi ‘Isa al-Masih telah memberikan pengetahuan, memberikan informasi mengenai kejadian yang akan berlaku sesudahnya, yaitu pemberitaan akan datangnya Nabi Muhammad Saw selaku Nabi akhir zaman, Nabi penutup yang merupakan satu kabar gembira bagi umat manusia yang benar-benar mengharapkan ridho dan rahmat Allah.

“Dan tatkala ‘Isa putra Maryam berkata: hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada kamu, membenarkan Taurat yang turun sebelumku dan memberikan kabar gembira mengenai seorang Rasul sesudahku yang namanya Ahmad.” (Qs. ash-Shaff 61:6)

“Ye men of Israel, hear these words; Jesus of Nazareth, a man approved of Yahweh among you by miracles and wonders and signs, which Yahweh did by him in the midst of you, as ye yourselves also know”
(The Acts 2:22)

“Hai orang-orang Israil, dengarlah perkataan ini: Jesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan mukjizat-mukjizat dan kekuatan-kekuatan serta tanda-tanda yang dilakukan Allah dengan perantaraan dia ditengah-tengah kamu sebagaimana yang kamu ketahui.”
(Kisah Para Rasul 2:22)

Kisah penyaliban yang kontroversial telah membuat satu perdebatan yang seru, baik didalam kalangan Nasrani maupun didalam kalangan Islam sendiri. Banyak yang mencoba memberikan pentafsiran atas kejadian yang berlaku pada waktu itu yang dilandasi dengan dalil-dalil yang menurut mereka cukup akurat dan memperkuat statement mereka tersebut.

Pada bahasan yang lalu, kita telah membahas pendapat dari sebagian golongan Islam mengenai teori masih hidupnya ‘Isa dilangit yang kita coba refleksikan dengan pengetahuan modern terkini, yaitu dengan jalan menjadikan ‘Isa al-Masih dan ibunya sebagai manusia yang telah dipindahkan oleh Allah dari bumi kita ini menuju kebumi Allah lainnya didalam jangkauan angkasa raya.

Masih ingat anda tentang kajian kita mengenai kehidupan diplanet lain diluar bumi ?

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
Perintah /hukum-hukum/ Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”. (Qs. at-Tahriim 65:12)

Sebagaimana halnya dengan kehidupan yang berlaku dimuka bumi kita ini, tentunya kehidupan dibumi-bumi Allah yang lain itupun akan serupa dengan yang kita jumpai disini. Dan adalah sesuatu yang sangat masuk akal sekali apabila kita katakan bahwa ‘Isa al-Masih beserta ibunya masih tetap hidup disana.

Tidak ada yang perlu dibantah dalam teori ini.
Masalah udara dan makanan diplanet-planet atau bumi-bumi lain tersebut sudah kita bahas dalam pembahasan
Kisah Adam maupun Makhluk Luar Angkasa yang lalu. Semuanya sama seperti kehidupan dibumi.

Dan masalah usia, kenapa pula kita mesti mengingkari akan kenyataan yang diberikan oleh al-Qur’an sendiri tentang hidupnya para Ashabul Kahfi selama 350 tahun ? atau juga tentang usia dari Nabi Nuh as yang 950 tahun ? atau pula kisah salah seorang hamba Allah yang tercatat pada al-Qur’an surah al-Baqarah 2:259 ?

Adalah terlalu dini untuk kita menyalahkan konsep-konsep dan teori masih hidupnya putera Maryam bersama ibunya disalah satu planet bumi yang lain diangkasa raya sana, karena baik itu al-Qur’an atau juga ilmu pengetahuan masih bisa menerima konsep tersebut dengan baik.

Dalam pembahasan lanjutan, kita akan mengedepankan satu pendapat lainnya yang beredar dikalangan Islam, bahwa Nabi ‘Isa al-Masih sudah wafat dan dimakamkan dibumi ini.

Kisah kekufuran Bani Israil sudah secara gamblang dipaparkan oleh al-Qur’an didalam banyak ayat-ayatnya, sejak dari mulai masa kenabian Musa as dan Harun hingga pada periode ‘Isa al-Masih dan Muhammad Saw bahkan hingga jaman-jaman yang akan datang.

Kisah penyaliban atas diri Nabi ‘Isa al-Masih putera Maryam telah dipercayai oleh semua orang disebabkan karena terjadinya pengkhianatan diantara para sahabatnya yang setia. Kisah pengkhianatan ini sebenarnya tidak hanya bisa kita peroleh dari dalam Bible yang diyakini oleh kaum Nasrani namun juga al-Qur’an sudah menggambarkan akan peristiwa tersebut.

Dimulai dari saat-saat akan diturunkannya Hidangan (al-Maidah) atas keinginan para sahabat Nabi ‘Isa al-Masih :

“Tatkala Hawariyin (sahabat-sahabat setia) berkata : Wahai ‘Isa putera Maryam! Apakah berkuasa Tuhanmu menurunkan kepada kami satu hidangan dari langit ?;
Maka ‘Isa menjawab : Takutlah kepada Allah jika memang kamu betul-betul orang-orang yang beriman.!”

Mereka berkata : Kami ingin agar kami makan darinya dan supaya kami yakin bahwa sesungguhnya engkau sudah berkata yang benar terhadap kami dan jadilah kami ini orang-orang yang menyaksikan.”
(Qs. al-Maidah 5:112-113)

Disini sebenarnya kita sudah melihat adanya bibit-bibit kekurang percayaan orang-orang yang berada disekitar ‘Isa al-Masih terhadap dirinya dan Allah, sama persis seperti yang sudah sering kita baca dan kita bahas mengenai perilaku murid-murid ‘Isa yang sering membangkang terhadapnya didalam Bible. Sekian lama mereka menjalani kehidupan bersama, menyebarkan dakwah dibawah bimbingan Nabi ‘Isa kepada masyarakat dan membuktikan sendiri mukjizat-mukjizat kenabian ‘Isa al-Masih, namun mereka masih tetap merasa kurang yakin.

Kita lihat dalam jawabannya, ‘Isa menegur kelakuan para sahabatnya ini yang seolah tidak beriman kepada Allah dan dirinya selaku Rasul; Ini bukan teguran ‘Isa yang pertama terhadap sikap para sahabatnya semacam ini, kita lihat didalam surah ali-Imran ayat 52 :

Ketika ‘Isa merasa akan kekufuran dari mereka, ia bertanya: Siapakah penolong-penolongku kejalan Allah ?; Maka para sahabatnya menjawab : Kami adalah pelayan-pelayan Allah, kami telah beriman kepada Allah dan lihatlah, bahwa sesungguhnya kami orang-orang yang muslimin.”
(Qs. ali Imran 3:52)

Atas jawaban para Hawariyin ini, Allah memberikan jawaban yang sangat jelas sekali bagi kita untuk menjadi bukti atas kebenaran ucapan mereka ini didalam ayat selanjutnya :

“Dan mereka membuat tipu daya, namun Allah (juga) membuat tipu daya; dan sesungguhnya Allah itu sepandai-pandainya menipudaya.”
(Qs. ali Imran 3:54)

Disini bisa kita pahami, bahwa ayat ini merupakan tanggapan Allah atas pernyataan Hawariyin yang mengaku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya yaitu ‘Isa al-Masih yang dikatakan pada ayat sebelumnya; Dan dari sini kita bisa menangkap satu fenomena bahwa diantara para sahabat tersebut tidak semuanya mereka ini benar-benar beriman sebagaimana yang diucapkan oleh mulutnya, sebab menurut Allah, mereka telah mengatur satu rencana yang jahat, membuat satu tipu daya yang ditujukan kepada Rasul-Nya namun rencana tersebut akan dikalahkan oleh Allah dengan tipu daya pula.

Ingatkah anda akan firman Allah dibawah ini ?

“Karena kesombongan dibumi dan merencanakan tipu daya yang jahat, padahal rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain kepada orang yang merencanakannya sendiri“.
(Qs. Faathir 35:43)

Dari ayat-ayat ini kita bisa mentafsirkan bahwa satu tipu daya yang jahat yang telah diatur oleh sebagian dari Hawariyin untuk ‘Isa akan dibalas oleh Allah dengan tipu daya-Nya pula dengan menjadikan orang yang merencanakan makar ini termakan oleh rencananya sendiri.

Dan dalam ayat lanjutan ali-Imran 55 , Allah meneruskan firman-Nya :

“Tatkala Allah berkata: Wahai ‘Isa! Sungguh Aku akan mengambilmu dan akan mengangkatmu kepadaKu, dan akan membersihkanmu dari mereka yang kafir, serta akan menjadikan orang-orang yang mengikutimu diatas mereka yang kafir hingga hari kiamat.”
(Qs. ali Imran 3:55)

Ayat ini merupakan lanjutan dari ayat sebelumnya yang mengatakan bahwa Allah akan membalas tipu daya orang-orang yang jahat kepada Rasul-Nya. Dari sini kita juga bisa mengambil satu kesimpulan bahwa rencana jahat yang dimaksudkan terhadap diri Nabi ‘Isa tidak akan bisa terjadi terhadap sang Nabi akan tetapi Allah akan mengembalikan rencana jahat tersebut menimpa kepada orang itu sendiri dan Allah akan menyelamatkan Nabi-Nya tersebut dari rencana jahat itu dengan peristiwa pengangkatan dan membersihkan nama baiknya.

Kita baca ayat berikutnya :

“Maka adapun mereka yang kufur itu, Aku akan menyiksa mereka satu siksaan yang keras didunia dan akhirat; dan mereka tidak akan mendapatkan penolong-penolong.”
(Qs. ali Imran 3:56)

Ayat ini kita kembalikan dengan ayat yang juga menceritakan peringatan Allah terhadap kaum Hawariyin disaat penurunan Hidangan dari langit didalam surah al-Maaidah :

“Allah berkata : Sesungguhnya Aku akan menurunkannya untukmu, tetapi barang siapa dari antara kamu yang kufur sesudah itu, maka akan Aku azab dia dengan satu azab yang tidak pernah Aku perbuat terhadap seorangpun daripada makhluk-makhluk.”
(Qs. al-Maidah 5:115)

Diayat ini kita juga menemukan isyarat langsung dari Allah, bahwa akan ada yang kufur terhadap Allah dan Rasul-Nya diantara kaum Hawariyin tersebut setelah usainya Hidangan dari langit diturunkan, yaitu sesudah terjadinya jamuan makan malam ketuhanan menurut teologi Nasrani.

Kita ketahui dari Bible, bahwa dari 12 orang murid utama ‘Isa, ada seorang yang telah berkhianat dengan jalan menjual informasi mengenai keberadaan ‘Isa terhadap para ahli Taurat dan orang-orang Romawi. Murid tersebut diyakini bernama Yahudza Iskharyuti atau Yudas Iskariot.

Dan Yudas digambarkan memiliki rencana yang jahat terhadap ‘Isa al-Masih setelah acara jamuan makan malam al-Maidah selesai dengan membocorkan rahasia keberadaan sang Nabi kepada musuh-musuhnya sehingga mereka melakukan penyerbuan terhadap persembunyian ‘Isa al-Masih.

Namun sesuai dengan janji Allah, bahwa rencana yang jahat tidak akan menimpa selain kepada orang yang sudah membuat rencana itu sendiri, begitu pula halnya dengan diri ‘Isa al-Masih, beliau telah diselamatkan Allah dari tragedi penyaliban dengan mengangkatkan wujud ‘Isa menuju keperwujudan orang lain dan menukarkan jasad jasmani ‘Isa dengan Yahudza Iskharyuti yang merupakan otak dari semua rencana jahat itu.

“Dan perkataan mereka: ‘Bahwa kami telah membunuh ‘Isa al-Masih putera Maryam, utusan Allah’, padahal tidaklah mereka membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi disamarkan kepada mereka. Orang-orang yang berselisihan tentangnya selalu dalam keraguan mengenainya. Tiada pengetahuan mereka kecuali mengikuti dugaan, dan tidaklah mereka membunuhnya dengan yakin. Tetapi Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya; karena Allah itu Gagah nan Bijaksana” (Qs. An-Nisa’ 4:157-158)

Demikianlah kiranya Allah telah menentukan keputusan-Nya untuk memberikan hukuman terhadap orang yang telah merencanakan hal yang keji atas diri Nabi-Nya dengan azab yang belum pernah ada dan terjadi pada seluruh makhluk-makhluk Allah.

Kita lihat, betapa Yahudza alias Yudas telah disiksa diatas kayu salib oleh Allah dengan perantaraan orang-orang Yahudi dan Romawi; kemudian ketersaliban Yudas diatas kayu ini diabadikan Allah untuk generasi selanjutnya, yaitu dengan cara dijadikan-Nya orang-orang Nasrani menciptakan Yudas yang tersalib itu kedalam simbol keagamaan mereka, simbol kesesatan yang diatasnamakan Allah dan ‘Isa yang akan dikembalikan mereka semua itu kedalam neraka sebagai azab yang berkepanjangan.

Sepanjang sejarah kita tidak pernah menyaksikan adanya satu symbol berbentuk manusia yang terhukum dan menderita yang abadi sepanjang sejarah kemanusiaan; satu syimbol kejahatan yang membimbing manusia kejalan syaitan, syimbol yang dipergunakan oleh orang untuk membeli kebenaran dengan kesesatan.

Siapa yang tahu, nun jauh dialam kuburnya, Yudas merintih setiap kali ada orang yang memandangi dirinya dalam salib dan mempergunakan symbol dirinya tersebut didalam menjalankan satu ritual yang salah, yang bertentangan dengan ajaran Allah. Semuanya ini akan menambah panjang penderitaan Yudas sebagai satu azab dari Allah untuknya karena telah berbuat makar terhadap ‘Isa al-Masih.

Kematian Yudas Iskariot sendiri terbukti telah menjadi satu kontroversi tersendiri didalam Bible yang tidak mungkin bisa kita pertemukan :

And he cast down the pieces of silver in the temple, and departed, and went and hanged himself. (Matthew 27:5)

Now this man purchased a field with the reward of iniquity; and falling headlong, he burst asunder in the midst, and all his bowels gushed out. (The Acts 1:18)

Disatu riwayat disebutkan bahwa Yudas sudah mati karena menggantung diri dan dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa Yudas mati karena ia sudah jatuh terjerumus terbelah dua dengan isi perutnya terburai.

Mari kita lihat kembali apa kata ‘Isa al-Masih terhadap sikap Allah kepada orang-orang ingkar akan kenabiannya itu :

“…Dan adalah aku menjadi penjaga atas mereka selama aku ada pada mereka; maka tatkala Engkau mengambil aku, adalah Engkau menjadi pengurus mereka; dan sungguh Engkau menyaksikan segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka itu hamba-hambaMu; dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sungguh Engkaulah Maha Kuasa nan Bijaksana.” (Qs. al-Maidah 5:117-118)

Disini ‘Isa menyerahkan segala urusan itu kepada kehendak Allah, bahwa selama dirinya masih berada ditengah-tengah umatnya, ditengah-tengah sahabat-sahabatnya, maka ‘Isa sendiri yang akan menjadi pengingat mereka terhadap ajaran Allah, dia sendiri yang akan menegur apabila dia melihat keingkaran mereka namun manakala dirinya sudah wafat atau juga sudah tidak lagi bersama mereka, maka ‘Isa al-Masih lepas tangan terhadap semua tindak-tanduk umatnya.

‘Isa al-Masih mengatakan bahwa bila karena perbuatan umatnya yang salah telah menyebabkan Allah menjadi murka dan menghukum mereka, maka itu adalah hak prerogatif Allah, sebab Dia adalah penguasa dan pencipta seluruh makhluk yang mampu bertindak dan berkehendak sebebas-bebasnya kepada siapapun sebab mereka hanyalah hamba-hamba Allah yang tidak akan bisa menghentikan kehendak Allah.

Kembali kita pada pembahasan seputar pengangkatan dan penyerupaan ‘Isa pada peristiwa penyaliban itu, golongan lain dari Islam telah mengakui bahwa yang dimaksud dengan penyerupaan ‘Isa itu adalah penyerupaan dari mitos penyaliban, artinya bahwa ‘Isa al-Masih adalah benar tokoh yang digantung diatas kayu salib namun pada hakekatnya dia tidak disalibkan sebab ‘Isa tidak mati dalam penyaliban itu.

Keyakinan ini umumnya dipahami oleh golongan Ahmadiyah yang mengakui adanya doktrin kenabian setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. Salah satu dari dasar akidah pemahaman kaum yang mempercayai ketersaliban Nabi ‘Isa adalah berdasar pada kitab Bible bukan berdasarkan al-Qur’an !

Didalam Bible diceritakan bahwa ‘Isa telah menubuatkan satu persamaan yang akan dialaminya dengan apa yang sudah menimpa Nabi Yunus as.

“For as Jonas was three days and three nights in the whale’s belly; so shall the Son of man be three days and three nights in the heart of the earth”. (Matthew 12:40)

“Now the LORD had prepared a great fish to swallow up Jonah. And Jonah was in the belly of the fish three days and three nights.” (Jonah 1:17)

Didalam Matius 12:40 ada tertulis bahwa seperti halnya Nabi Yunus berada 3 hari 3 malam di dalam perut ikan, demikian pula Anak Manusia (yaitu ‘Isa putra Maryam) akan berada tiga hari hari, tiga malam dalam perut bumi. Dan karena Nabi Yunus waktu itu tidak mati didalam perut ikan melainkan hanya sekedar pingsan dan pada waktu dia keluar dia dalam keadaan hidup, maka seharusnya begitu pula yang terjadi terhadap diri ‘Isa al-Masih.

‘Isa diyakini oleh sekelompok orang telah disalibkan dan pingsan pada waktu kejadian penyaliban tersebut dan keluar kembali dari dalam kuburnya dalam keadaan hidup setelah dibantu oleh para sahabatnya yang masih setia.

“Jawabannya kepada mereka : Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal didalam perut tiga hari tiga malam, demikian juga Anak manusia akan tinggal dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.”(Matius 12:39-40)

Kini timbul pertanyaan: Kapankah ‘Isa al-Masih disalibkan ?
Berdasarkan keyakinan kaum Nasrani, maka peristiwa tersebut terjadi Pada hari Jum’at !
Peristiwa inilah yang menyebabkan timbulnya pesta peringatan yang disebut “
Good Friday” (Hari Jumat yang baik). Seluruh umat Nasrani didunia mengadakan hari besar resmi pada hari “Jumat” yang mendahului hari raya Paskah.

Tapi benarkah ‘Isa telah berhasil disalibkan dan pingsan sesuai dengan keyakinan beberapa ulama Islam tersebut ?

Seperti yang kita ketahui dari dalam Bible, ‘Isa al-Masih dikubur sore hari Jumat menjelang matahari terbenam, dan sudah tidak diketemukan lagi mayatnya dalam kubur pada pagi Ahad atau Minggu sebelum matahari terbit.

Dengan demikian jelaslah, mitos ‘Isa tinggal didalam kuburan bukan tiga hari tiga malam sebagaimana yang dinubuatkan, tetapi hanya sehari dua malam ! Mari sama-sama kita lihat pada tabel dibawah ini :


Pekan Hari Raya Paskah
Dalam Kubur
Hari Malam
(Hari Jum’at)

Dikubur sebelum matahari terbenam

Kosong Semalam
(Hari Sabtu)

Diduga ia masih ada didalam kuburnya

Sehari Semalam
(Hari Ahad)

Tidak ditemukan dikuburannya sejak matahari belum terbit

Kosong Kosong
Jumlah Sehari Dua malam

Kita harus ingat, Maria magdalena telah pergi kekuburan ‘Isa putra Maryam menjelang fajar menyingsing pagi hari ahad/Minggu, dan ‘Isa sudah tidak ada lagi dikuburannya.

Ada sebagian pihak yang mengatakan bahwa ‘Isa telah memenuhi nubuatan dari Yunus, jika dia disalib pada hari Rabu dan bukan Jum’at, namun dengan begitu ia tidak akan mendapatkan dalil-dalil yang tepat, sebaliknya dia hanya akan semakin menentang al-Qur’an dan juga Bible.

Selain itu, Nabi Yunus berada dalam perut ikan tiga hari tiga malam dan secara otomatis, baru pada hari ke-empat Nabi Yunus keluar darisana agar 3 hari 3 malam tergenapi. Sedangkan ‘Isa al-Masih diyakini oleh kaum Nasrani telah bangkit pada hari ke-3, ini bertentangan dengan persamaan dari Nabi Yunus.

Dengan ini, semakin nyata bahwa mengatakan ‘Isa al-Masih sudah benar-benar tersalibkan dan mengambil persamaan contoh Nabi Yunus sangat tidak relevan dengan kenyataan yang berlaku dan hanya terjebak didalam pemahaman mereka sendiri.

Telah terbukti sudah, bahwa nubuatan Nabi Yunus didalam Bible adalah Gagal !

Kita harus melihat peristiwa ini secara arif, dan bagi umat Islam, sebenarnya tidak terlalu penting untuk mengambil data-data yang ada pada Bible, kita semua tahu bahwa kitab Bible tidak memiliki keakuratan dan keterjaminan benar kisah-kisahnya, marilah kita sandarkan pondasi utama kita kepada al-Qur’an untuk mengoreksi Bible, bukan sebaliknya, Bible yang mengoreksi al-Qur’an.

Apa yang terjadi atas diri ‘Isa putra Maryam tidak perlu diherankan, selama ini Allah telah melimpahkan Rahmat, Karunia dan Mukjizat kepada beliau, maka apakah sulitnya bagi Allah untuk mengadakan kembali keajaiban-keajaiban ketika peristiwa penyaliban itu ?

Lalu mengenai pengertian ayat yang menjelaskan bahwa telah terjadi pengangkatan dan penyamaran atas diri ‘Isa al-Masih semestinya kita tetap yakin bahwa Nabi ‘Isa telah benar-benar disamarkan dengan seseorang lainnya sehingga menyerupai orang tersebut.

Sekedar lintas baca dan lintas pengetahuan kembali, kita pelajari ulang kisah penangkapan ‘Isa al-Masih, dimana Nabi ‘Isa digambarkan telah dikepung oleh banyak tentara termasuk oleh Judas Iskariot sendiri, dan dalam Matius 26:49 malah dijelaskan bahwa Judas sempat mencium Nabi ‘Isa, namun cerita yang serupa ini tidak kita jumpai dalam riwayat Jahja (Johanes) pasal 18 yang meliputi ayat 1 s.d 12, meskipun mereka mengisahkan kejadian yang sama.

Pada riwayatnya ini, Yohanes malah bertentangan dengan ke-3 riwayat Injil lainnya. Untuk baiknya akan kita mulai saja dari ayat ke-3 sebagai suatu cerita awal penangkapan.

Maka Judas membawa suatu pasukan laskar beserta dengan segala hamba kepala-kepala imam dan orang Parisi, lalu datang kesitu dengan tanglung dan suluh serta senjata. Maka Jesus sedang mengetahui segala perkara yang akan berlaku atasnya, keluarlah serta berkata kepada mereka itu: “Siapakah yang kalian cari ?”

Maka sahut mereka itu kepadanya: ‘Jesus orang Nazaret.’ Maka kata Jesus kepada mereka itu: ‘Akulah dia!’, Maka Judas yang hendak menyerahkan dia, ada berdiri bersama-sama dengan mereka. (Yohanes 18:3-5)


Kini dia, yang mengkhianatinya, memberi tanda pada mereka dengan mengatakan: “Siapa saja yang nanti saya cium, itulah orangnya, tangkaplah dia !”. Dan dengan begitu ia datang pada Jesus dan mengatakan, “Hail Master !”, lalu menciumnya.”

Maka kata Jesus kepadanya: “Hai sahabat, lakukanlah maksud kedatangan engkau ini.” Kemudian mereka itupun menghampirinya sambil mendatangkan tangan keatasnya lalu menangkapnya. (Matius 26:49-50)

Saya persilahkan anda sendiri yang mencari perbedaan diantara kisah yang dimuat oleh kedua Injil tersebut.
Dan jika anda mengatakan bahwa keduanya saling melengkapi, maka silahkan juga coba anda cocok-cocokkan kedua kisah diatas itu.

Dimana disatu pihak dikatakan bahwa Judas mencium gurunya dan mengisyaratkan kepada tentara bahwa itulah ‘Isa , maka disisi yang lainnya dikatakan telah terjadi dialog tanya jawab mengenai keberadaan diri ‘Isa itu sendiri, sementara Judas sendiri yang nyata-nyata telah lama bergaul dengan ‘Isa dan berada diantara tentara itu tidak dapat mengenali ‘Isa yang berada dihadapannya dan berkata bahwa dia adalah ‘Isa

Yang manakah cerita yang harus dipegang dari kedua Injil diatas ?
Apakah Judas sudah sedemikian tolol dan linglungnya hingga dia sendiri tidak dapat mengenali sosok ‘Isa yang hendak ditangkapnya, sehingga justru orang yang akan ditangkap itu harus berulang kali mengatakan bahwa dialah yang mereka cari itu ?

Ataukah harus mempercayai kisah yang termuat dalam Matius yang mengatakan bahwa Judas dapat mengenali ‘Isa dan dengan melakukan penciuman adalah sebagai isyarat kepada tentara bahwa orang itulah yang mereka cari ?

Markus 14:43 hingga 14:46 redaksi ceritanya hampir sama dengan Matius 26:47-50 namun akan tetap saja berbeda dengan cerita yang termuat dalam Yohanes 18:3-8.

Karena itulah, kita tidak bisa terlalu mudah mempercayai apa-apa yang terdapat didalam Bible dan mencoba memparalelkannya dengan kisah yang ada didalam al-Qur’an. Wahai saudara-saudaraku kaum Muslimin dan Muslimah yang memiliki kepandaian dalam hal tafsir dan ilmu, ingatlah sabda Nabi Muhammad Saw dibawah ini :

“Apabila ada ahli kitab berbicara kepadamu, maka janganlah engkau mendustakannya dan janganlah kamu membenarkannya. Tetapi katakanlah : ‘Kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kami beriman kepada apa yang diturunkan sebelum kami.’ ; Apabila yang dikatakan itu haq (benar), janganlah kamu mendustakannya. Tetapi apabila itu batil, maka janganlah kamu membenarkan.” (Riwayat Abu Daud, Turmudzi dan Muslim)

Dalam sabdanya diatas, Rasulullah Muhammad Saw hendak mengingatkan kepada kita agar jangan terlalu mudah untuk membenarkan apa yang sudah dikabarkan oleh kaum Ahli Kitab, baik secara lisan maupun melalui tulisan-tulisan dalam pamflet, selebaran hingga pada kitab yang dianggap suci sekalipun oleh mereka.

Cukuplah kita mengatakan bahwa kita umat Islam percaya kepada seluruh yang diturunkan kepada kita, yaitu berupa wahyu al-Qur’an dan kita juga percaya kepada wahyu-wahyu yang diturunkan sebelum al-Qur’an yang diberikan Allah kepada Nabi dan Rasul-Nya; dan kita tidak memiliki kewajiban untuk mempercayai seluruh isi Kitab Perjanjian Lama maupun Kitab Perjanjian Baru yang diyakini oleh umat Nasrani sekarang ini.

Ketika Allah berkata: “Hai ‘Isa ! Sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan akan mengangkat kamu kepadaKu serta akan membersihkan kamu dari mereka yang kafir…”
(Qs. ali-Imran 3:55)

Para mufassir berbeda pendapat mengenai ayat diatas.
Perbedaan tersebut berawal dari penterjemahan ayat “Tawaffa” (mewafatkanmu)
Makna dari “Tawaffa” adalah “Imatah” (mematikan), dan kematian itu telah terjadi sebelum ‘Isa diangkat.

Kata “Tawaffa” tidak menunjukkan waktu tertentu dan juga tidak menunjukkan bahwa kematian itu telah berlalu, namun Allah Swt mewafatkannya kapan saja. Yang jelas tidak ada dalil bahwa waktunya telah berlalu.

Mengenai bersambungnya kata “Mutawafika” dengan kata “Warofi’uka” tetap tidak menunjukkan satu hubungan yang sifatnya berurutan. Para ahli bahasa berpendapat bahwa kata sambung /wau/ itu tidak memberi faedah urutan waktu dan tidak pula Jama’ (mengumpulkan) akan tetapi memberi faedah Tasyrik (keikutsertaan).

Hal ini bisa kita lihat dalam firman Allah yang menyatakan penciptaan langit dan bumi, terdapat beberapa ayat yang menyebutkan penciptaan bumi lebih dahulu seperti dalam Surah Al Baqarah 29 dan surah Thaha 4. Akan tetapi terdapat lebih banyak ayat2 dimana langit-langit disebutkan sebelum bumi (Surah Al A’raaf 54, Surah Yunus 3, Surah Hud 7, Surah Al Furqaan 59, Surah As-sajadah 4, Surah Qaf 38, Surah Al Hadied 4, Surah An-Naazi’aat 27 dan Surah As Syams 5 s/d 10).

Jika kita tinggalkan surah An-Naazi’aat, tak ada suatu paragrafpun dalam Al Quran yang menunjukkan urutan penciptaan secara formal.

Ditinjau secara langsung kedalam bahasa arab yang terdapat hanya huruf /Wa/ yang artinya “dan” serta fungsinya menghubungkan dua kalimat. Terdapat juga kata “tsumma” yang berarti “disamping itu” atau “kemudian dari pada itu”. Maka kata tersebut dapat mengandung arti urut-urutan. Yaitu urutan kejadian atau urutan dalam pemikiran manusia tentang kejadian yang dihadapi. Tetapi kata tersebut dapat juga berarti menyebutkan beberapa kejadian-kejadian tetapi tidak memerlukan arti urutan-urutan.

Bagaimanapun periode penciptaan langit-langit dapat terjadi bersama dengan dua periode penciptaan bumi.
Didalam Al Quran, hanya terdapat satu paragraf yang menyebutkan urutan antara kejadian-kejadian penciptaan secara jelas, yaitu antara ayat 27 s/d ayat 33 Surah An-Naazi’aat.

“Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit itu ? Allah telah membangunnya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap, dan menjadikan siangnya terang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan darinya air, dan tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.” (Qs. 79:27-33)

Perincian nikmat-nikmat dunia yang Allah berikan kepada manusia, yang diterangkan dalam bahasa yang cocok bagi petani atau pengembara (nomad) didahului dengan ajakan untuk memikirkan tentang penciptaan alam. Akan tetapi pembicaraan tentang tahap Tuhan menggelar bumi dan menjadikannya cocok untuk tanaman, dilakukan pada waktu pergantian antara siang dan malam telah terlaksana.

Jelas disini bahwa ada dua hal yang dibicarakan: kelompok kejadian samawi dan kelompok kejadian-kejadian dibumi yang diterangkan dengan waktu. Menyebutkan hal-hal tersebut mengandung arti bahwa bumi harus sudah ada sebelum digelar dan bahwa bumi itu sudah ada ketika Tuhan membentuk langit.

Dapat kita simpulkan bahwa evolusi langit dan bumi terjadi pada waktu yang sama, dengan kait mengkait antara fenomena-fenomena. Oleh sebab itu tidak perlu pula kita memberi arti khusus mengenai disebutkannya kata bumi sebelum langit atau langit sebelum bumi dalam penciptaan alam. Tempat kata-kata tidak menunjukkan urutan penciptaan.

Bertolak dari sini, maka ayat yang berbunyi :

Izqolallahu ya’Isa Inni mutawaffika warofi’uka, Artinya adalah
“Ketika Allah berkata: “Wahai ‘Isa ! Sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan akan mengangkat kamu kepadaKu, bisa juga bermakna demikian :

Izqolallahu ya’Isa Inni rofi’uka illa wamutawaffika, yang artinya menjadi
Ketika Allah berkata: “Hai ‘Isa ! Sesungguhnya Akulah yang mengangkatmu kepadaKu dan yang mewafatkanmu.

Selain itu dari kalangan Islam Sunni juga ada pendapat yang mengatakan bahwa kata “Mutawafa” adalah mati dalam arti tidur untuk diangkat kelangit, sehingga ayat tersebut bermaknakan “Inni munimuka warofi’uka Illa” (Sesungguhnya Aku menidurkanmu dan mengangkatmu kepadaKu)

Hal ini juga berdasarkan dalil bahwa didalam AlQur’an juga terdapat pemutlakan kata wafat untuk makna tidur, seperti dalam firman Allah :

Wahualladzi yatawaffakum billayli waya’lamuma jarohtum binnahari
Dan Dialah yang memegang/menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari. (Qs. 6:60)

Allah memegang jiwa-jiwa ketika matinya dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya; lalu ditahanNya jiwa yang telah ditetapkan kematiannya dan dilepaskanNya yang lain sampai satu masa yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.
(Qs. 39:42)

Rasulullah ketika bangun tidur mengucapkan:
Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah Dia Mematikan kami (artinya, membangunkan kami setelah menidurkan kami) dan hanya kepada Dia saja tempat kembali.
(Hr. Bukhari)

Didalam kitab dan sunnah dibenarkan memutlakkan kata wafat untuk tidur. Jika demikian bisa jadi diangkatnya Nabi Isa putra Maryam itu dalam keadaan tidur sebagaimana dikatakan oleh Al Hasan Basri.

Penafsiran lainnya lagi dari kalangan Sunni, datang dari Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Qatadah bahwa ia berkata: Ini termasuk masalah muqaddam dan muakhkhor atau mendahulukan kata yang datang belakangan dan mengakhirkan kata yang datang lebih dahulu.

Jadi firman Allah tentang wafatnya Isa itu bisa diartikan menjadi :

Rofi’uka wamutawaffika
Kami mengangkatmu dan mewafatkanmu

Dia mengangkatmu (kelangit) lalu menurunkanmu (kedunia) dan mematikanmu sebelum hari kiamat, agar kamu menjadi salah satu tanda hari kiamat tiba.

Itu adalah pendapat Al Farra’ dan Al Zujaj.
Jadi faedah menjadikan Isa putra Maryam sebagai tanda hari kiamat sebagai pemberitahuan bahwasanya diangkatnya Isa kelangit itu tidaklah menghalangi kematiannya.

Selanjutnya penafsiran lain, kata “Mutawwafa” adalah isim fail (nomina verbal) dari kata kerja “Tawaffahu”, sehingga dapat diartikan “Jika ia menggenggamnya dan menghimpunnya kepadanya”.

Ibnu Qutaibah menafsirkan dalam kitab Gharibil Qur’an bahwa menggenggamnya dari bumi tanpa harus mematikan. Imam Ibnu Jarir Ath Thabari berkata: Kita sudah ketahui bahwa jika Allah mematikannya, maka tidak mungkin ia mematikannya sekali lagi lalu mengumpulkannya menjadi dua mayat

Sehingga penafsiran ayat itu menjadi :

Wahai Isa, sesungguhnya Akulah yang menggenggammu dari bumi dan yang mengangkatmu kepadaKu serta yang mensucikanmu dari orang-orang kafir yang mengingkari kenabianmu.

Syaikh Muhammad Jamil Zainu, seorang ulama Mekkah dan merupakan staff pengajar di Daarul Hadis Al Khairyah Mekkah mengatakan bahwa semua penafsiran tersebut adalah shahih, namun ia sendiri lebih condong kepada penafsiran yang terakhir, yaitu Yang menggenggam diri Isa dalam keadaan hidup didunia, bukan dalam keadaan mati dan juga bukan dalam keadaan tidur.

Sementara ayat : Inni mutawaffika warofi’uka Illa merupakan penjelasan tentang cara wafatnya.

Satu ayat lain yang menjadi perdebatan seru para ulama didalam Islam dan mengundang pula ikut campurnya kaum-kaum diluar Islam didalam menafsirkannya adalah :

Wa Immin ahlil kitabi ‘ilal layu’minannabih; Qobla mauti wayau mal qiyamah yakunu ‘alaihim sahida
Dan tidak ada dari Ahli Kitab yang tidak beriman kepadanya sebelum matinya. Dan pada hari kiamat dia akan menjadi saksi terhadap mereka. (QS. an-Nisaa’ 4:159)

Kata “Qobla Mauti” (sebelum matinya) pada ayat diatas, itu bisa kita terjemahkan juga sebelum kematian Nabi ‘Isa Almasih pada akhir jaman nanti.

Tentu akan timbul pertanyaan: kenapa demikian ?
Baiklah, bukankah pada pembahasan ayat 157 dan 158 dari surah an-Nisaa’, sudah dijelaskan bahwa Nabi ‘Isa tidaklah mati dibunuh dan tidak juga disalib oleh orang-orang Yahudi dan Romawi itu, melainkan diangkat kepada-Nya.

Sekarang, kemanakah ‘Isa al-Masih ini diangkat oleh Allah ?
Adakah beliau diangkat kelangit dan duduk bersanding dengan Allah seperti pemahaman umat Nasrani serta seperti kebanyakan pemahaman Islam ?
Atau pula diangkat derajatnya dan diperintahkan Allah kepada al-Masih itu mengembara untuk mencari suku-suku yang hilang dari Bani Israil ditempat lain sebagaimana pemahaman beberapa golongan didalam Islam ?

Dari beberapa Hadist yang Shahih, kita dapati satu pernyataan bahwa Nabi ‘Isa akan kembali turun pada saat dunia menjelang kiamat nanti, dikatakan bahwa pada saat itu beliau akan mematahkan palang salib, membunuh babi serta mengadakan perlawanan terhadap Dajjal yang mengaku-aku dirinya sebagai Tuhan.

Banyak sekali pendapat para ulama dan ahli tafsir mengemukakan pendapat mereka berkenaan dengan masalah ini, baik itu mereka yang mengatakan bahwa ‘Isa al-Masih akan turun kebumi secara nyata dari pengangkatannya kelangit pada peristiwa Golgotta hingga mereka yang menganggap bahwa peristiwa turunnya Isa Almasih didalam Hadist tersebut tidak terjadi secara kongkret alias kiasan saja.

Namun terlepas dari seluruh penafsiran dan pendapat manusia diatas, al-Qur’an secara jelas menceritakan bahwa Nabi ‘Isa al-Masih dan Maryam ibu kandungnya ini telah diselamatkan Allah kesatu tempat yang aman dan bagus, sebagaimana firman Allah berikut ini :

Waja’alna ‘ibna maryama wa’ummahu; ayataw wa awayna huma ila robwatin zati qororiwwama’in
Kami jadikan putra Maryam dan ibunya satu bukti yang nyata dan Kami melindungi keduanya ditempat tinggi yang rata dan bermata air.
(Qs. 23:50)

Tentunya kita tidak bisa berkutat didalam pemahaman lama yang mungkin saja bisa salah, akan tetapi demi objektivitas, mari sekarang kita coba untuk mengikuti dahulu pendapat dari sebagian kaum Islam yang menyatakan bahwa ‘Isa al-Masih masih hidup dilangit saat ini dengan kajian yang berdasar pada ilmu pengetahuan Modern.

Ada satu hal yang baik yang bisa kita simpulkan dari pendapat ini yang tidak menutup kemungkinan dalam kacamata apapun, bahwa Nabi ‘Isa Almasih beserta ibunya hingga hari ini masih ada dan hidup dengan perlindungan Allah disuatu tempat diluar bumi.

Memang Allah tidak pernah menjelaskan lebih lanjut dalam al-Qur’an dan juga Nabi Muhammad Saw tidak pernah bersabda apa, dimana dan bagaimana Allah Swt mengangkat Nabi ‘Isa al-Masih setelah proses penyaliban yang disamarkan itu, hingga tahu-tahu kita mendapati keterangan bahwa Allah melindungi Nabi Isa dan ibunya pada surah 23:50 disertai banyaknya Hadist Shahih yang menerangkan akan kedatangan beliau lagi untuk yang kedua kalinya.

Pada pembahasan mengenai Buraq sebagai kendaraan inter dimensi, kita sudah berbicara perihal kendaraan Buraq itu sendiri, Mi’raj Rasulullah Muhammad Saw bersama malaikat Jibril hingga pada masalah ruang dan waktu yang mereka tempuh dengan perbandingan waktu para malaikat untuk sampai pada Tuhan-Nya dengan waktu manusia bumi dan kecepatannya.

Untuk menjelaskan masalah kemungkinan ‘Isa al-Masih dan ibunya masih tetap ‘Exist’ disuatu tempat yang tinggi diluar bumi (-mungkin planet Muntaha sebagai planet terjauh dan tertinggi yang ada Jannah sebagai tempat tinggal yang subur dan berkecukupan ?) kita coba adakan pemahaman dengan postulat-postulat Einstein yang pada akhirnya melahirkan rumusannya yang legendaris :

E = MC2

Dimana :
E merupakan energi
M adalah massa
C adalah kecepatan cahaya (9 x 108 m/s)

Disini terlihat adanya hubungan antara dimensi energi (E) dengan dimensi massa (M).
Postulat diatas tidak merubah atau bertentangan dengan prinsip kesetimbangan massa/materi walaupun mengalami perubahan bentuk – jadi bukan hanya energi saja yang tetap setelah terjadi transformasi.

Pada pelajaran Fisika SMA ada bab-bab yang menjelaskan masalah metafisika antara lain tentang dimensi-dimensi yang dikenal manusia beserta tingkatannya. Tingkatan yang tinggi berkuasa atas tingkat yang lebih rendah dan memiliki semua unsur-unsur dimensi dibawahnya. Sebaliknya dimensi yang lebih rendah hanya mampu merasakan apa yang ada di dimensi yang lebih tinggi serta tunduk pada ‘aturan main’ yang diberlakukan oleh dimensi yang lebih tinggi tersebut.

Seorang ilmuwan bernama Al Bielek, dalam ‘MUFON CONFERENCE’ January 13, 1990 berkaitan dengan suatu proyek rahasia pemerintah USA yang diberi nama Philadelphia Experiment berpendapat :

…..We’re not living in a three dimensional universe. We’re living in a five dimensional universe. The fourth and fifth dimensions are TIME. The fourth time dimension of course has been well alluded to as outlined by Einstein and others. The fifth dimensional concept actaully goes back to 1931, to P.D.

Aspinski and his book “Tertium Organum”, a new model of the universe, in English. And he spoke of the five dimensions of our reality. He named the fourth as time; he never really got around to naming the fifth. But von Neumann realized, as it is known today by some physicists, hat thefifth dimension is also time; it is a spinnor, a vector, rotating around the first primary vector which indicates the flow and direction of time. The flow is immaterial.

We say that we are moving forward in time, that’s because of our looking at it, and our reference. We don’t sense time but it does flow at a fairly stable rate. And this other vector running around it is of no concern to us… normally.

Terlepas dari benar tidaknya pendapat tersebut, kita cuma bisa berteori ria.
Sekarang kita kembali pada urutan tingkatan dari dimensi itu yaitu :

  1. Dimensi satu yaitu titik
  2. Dimensi dua yaitu bidang dan luas serta jarak/ukuran (kumpulan unsur titik)
  3. Dimensi tiga yaitu bentuk – dimana manusia berada (kumpulan unsur bidang, luas dan jarak/ukuran)
  4. Dimensi empat yaitu ruang dan waktu – manusia bisa merasakan namun tunduk pada aturan penempatan ruang dan peluruhan oleh waktu – dimensi energi – semestinya memiliki seluruh unsur dimensi dibawahnya, termasuk diantaranya memiliki jasad – yang mungkin karena tidak diperlukan bisa saja ditanggalkan sebagaimana kita melepas baju.

Misalnya manusia hanya bisa menempati ruang namun tidak berkuasa atas ruang (alam semesta) serta luruh oleh waktu. Sedang dimensi energi tidak terpengaruh waktu (kekal) namun manusia tidak dapat menjangkau dimensi energi karena terhalang oleh dimensi ruang dan waktu sehingga seolah-olah energi yang berubah bentuk mengalami proses ‘menghilang’ tertelan waktu. Seandainya manusia berada di atas dimensi ruang dan waktu niscaya ia akan dapat melihat wujud energi yang sesungguhnya.

Namun dimensi yang lebih rendah mampu bertransformasi ke dimensi yang lebih tinggi karena suatu sebab, daya upaya dan campur tangan dimensi yang lebih tinggi. Misalnya : titik dapat berubah menjadi bidang apabila dia berkumpul (daya upaya) dan bidang dapat menjadi bentuk apabila ada manusia yang membuatnya (campur tangan).

Sehingga bila manusia mau berupaya maka ia akan mampu memasuki dimensi yang lebih tinggi sebagaimana yang termaktub dalam al-Qur’an Surah ar-Rahmaan 55:33 atau kemungkinan lainnya adalah melibatkan campur tangan dari dimensi yang lebih tinggi baik oleh inisiatif manusia maupun inisiatif penghuni dimensi yang lebih tinggi sendiri yang dalam hal ini Allah Swt sebagaimana peristiwa Mi’raj Rasulullah Muhammad Saw dengan kendaraan Buraqnya dan mungkin pula pada kasus ‘Isa al-Masih dan ibunya yang diangkat oleh Allah lengkap dengan jasad mereka dan diberikan perlindungan.

Perlindungan Allah pada surah 23:50 ini sudah tentu merupakan perlindungan total dari segala hal yang dapat menimpa diri Isa dan ibunya.

Mari kita ulangi lagi ayat 23:50 tadi dengan lebih teliti :

Waja’alna ‘ibna maryama wa’ummahu; ayataw wa awayna huma ila robwatin zati qororiwwama’in
Kami jadikan putra Maryam dan ibunya satu bukti yang nyata dan Kami melindungi keduanya ditempat tinggi yang rata dan bermata air.
(Qs. 23:50)

Tidak mungkinkah yang dimaksud dengan tempat tinggi yang rata itu sebagai suatu dimensi tertinggi yaitu energi dimana semua urusan tempat (ruang – di bumi atau langit – alam semesta raya), jarak dan apalagi waktu tidaklah ada artinya alias datar. Sehingga biarpun Nabi Isa tetap hidup sampai menjelang kiamat tidak ada pengaruhnya terhadap beliau karena waktu hanya berpengaruh bagi kita di dimensi tiga ini sehingga jarak waktu satu jam saja terasa lama sedang mungkin bagi Rasulullah Muhammad Saw, Jibril dan Nabi Isa Almasih perjalanan waktu itu amatlah singkat !

Kita pernah membahas secara matematis perihal kecepatan waktu malaikat Jibril yang mengemban amanah wahyu dari Allah untuk diteruskan kepada hambaNya dibumi pada artikel Buraq sebagai kendaraan inter dimensi

Masalah kemudian Nabi ‘Isa al-Masih ‘diturunkan’ kembali ke dimensi manusia adalah ‘campur tangan’ yang sangat mudah bagi Allah yang tentu berada dalam tingkatan diatas semua dimensi ! Semudah manusia ‘campur tangan’ terhadap gambar bidang (dimensi dua) yang kita hapus menjadi titik (dimensi satu). Dan kita (manusia) tidak akan terpengaruh apapun yang terjadi dalam gambar bidang tersebut.

“Tetapi aku mengatakan ini yang benar kepadamu, bahwa berfaedahlah bagi kamu jikalau aku ini pergi, karena jikalau aku tidak pergi, tiadalah “Paraclete” itu akan datang kepadamu; tetapi jika aku pergi, aku akan memintakannya untukmu. Dan bilamana dia sudah datang, dia akan menerangkan kepada isi dunia ini mengenai dosa dan keadilan serta hukuman dari dosa, sebab mereka tidak mempercayaiku.”
(Yohanes 16:7-9)

“Dan tatkala ‘Isa putra Maryam berkata: hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada kamu, membenarkan Taurat yang turun sebelumku dan memberikan kabar gembira mengenai seorang Rasul sesudahku yang namanya Ahmad.” (QS. ash-Shaff 61:6)

Demi dzat yang jiwaku dalam genggaman kekuasaan-Nya, niscayalah sudah amat dekat sekali saat turunnya ‘Isa putera Maryam dikalangan engkau semua …”
(Hr. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Dalam keterangan-keterangan diatas bisa kita ambil satu kesimpulan bahwa baik ‘Isa al-Masih anak Maryam didalam berkata pada Johanes 16:7 dan alQur’an surah 61:6 maupun Rasulullah Saw sendiri pada hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim telah menggunakan perhitungan waktu luar bumi atau waktunya Allah Swt didalam menjelaskan kedatangan masing-masing.

Pada Johannes 16:7 serta paralel dengan QS. 61:6 Jesus alias ‘Isa al-Masih telah menjelaskan bahwa sang Paraclete alias Ahmad akan datang setelah ‘Isa al-Masih pergi.

Kita semua tahu bahwa sang Paraclte alias Ahmad itu sendiri baru tiba atau dilahirkan sekitar 6 abad setelah kepergian Isa Almasih, yaitu pada 12 Rabi’ul awal tahun gajah bertepatan dengan bulan Agustus 570 Masehi dikota Mekkah Almukarromah dari keturunan Nabi Ismail putra pertama Nabi Ibrahim as.

Sebegitu lama jarak mereka berdua tersebut, meskipun Isa berkata bahwa setelah kepergiannya akan dilahirkan sang Rasul, namun kenyataannya tidak terjadi begitu saja, dengan kata lain tidak terjadi dalam jangka pendek hitungan manusia, tetapi mempergunakan hitungan luar bumi atau hitungan perjalanan malaikat, dimana 1 harinya malaikat = 50 ribu tahun manusia (QS. 70:4) atau malah juga mempergunakan waktunya Allah, bahwa 1 hari Allah adalah 1000 tahun manusia (QS. 22:47)

Bertolak dari sini pulalah, tentunya nubuatan Nabi Saw akan turunnya kembali ‘Isa al-Masih untuk kedua kalinya sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim belumlah terjadi dalam jangka pendek hitungan manusia, namun akan terjadi nanti, menjelang kiamat yang waktu pastinya hanyalah Allah Swt yang tahu.

Sebagian dari kaum Islam yang meyakini akan masih adanya kehidupan dari putera Maryam disalah satu planet diluar bumi ini juga mempergunakan dalil dari ayat al-Qur’an dibawah ini :

Dan sesungguhnya Ia itu /Isa/ merupakan satu tanda bagi kiamat /Sa’ah/. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu padanya ikutilah Aku. Ini satu jalan yang lurus. (Qs. 43:61)

Surah 43:61 diatas bisa dan biasa pula diartikan orang dengan : Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. dst akan tetapi ada beberapa bantahan yang dikemukakan sebagian ulama Islam dengan tafsiran ini.

Dalam ayat aslinya dinyatakan :

Wa innahu la’ilmullisa’ati falatamtarunna biha wattabi’un; Haza shirothum mustaqim

Dia itu merupakan ilmu bagi Sa’ah /Innahu la’ilmullisa’ah/, sebagian ulama menterjemahkan kata “ilmu” disana dengan kata ‘Tanda‘ bukan dengan terjemahan “mempunyai pengetahuan sebagaimana tafsiran dari sebagian ulama Islam yang lain.

Alasan yang dikemukakan menurut mereka jelas sekali dinyatakan didalam alQur’an bahwa masalah Sa’ah /waktu kehancuran total yang ditentukan/, Yaumul Hasrah /hari penyesalan/, Yaumul Muhasabah /hari perhitungan/, Yaumul Wazn /hari pertimbangan/ dan sejumlah nama lain yang kesemuanya menunjukkan mengenai kiamat yang akan terjadi hanyalah Allah saja yang mengetahuinya, tidak ada satupun makhluk yang tahu, siapapun dia adanya, baik Isa Almasih, Muhammad Saw maupun Jibril sebagai kepala malaikat.

Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Kapankah datangnya ?”. Katakanlah:”Hanya disisi Tuhankulah pengetahuan /ilmu/ tentangnya; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. ia /Kiamat/ itu amat dahsyat untuk langit dan bumi. Dia tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya ilmu /pengetahuan/ tentangnya ada di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Qs. 7:187)

Ulama-ulama Islam ini juga menekankan adalah akan sangat bertentangan sekali jika menafsirkan ayat 43:61 dengan mengatakan bahwa ‘Isa al-Masih mempunyai pengetahuan mengenai hari kiamat dengan ayat 7:187 diatas.

Selain itu, para ulama yang berpaham ini juga memiliki argumen lain dari dalam al-Qur’an :

Dan tidak ada dari Ahli Kitab yang tidak beriman kepadanya sebelum matinya.
Dan pada hari kiamat dia akan menjadi saksi terhadap mereka.
(Qs. 4:159)

Pada ayat diatas Allah sudah menggambarkan, bahwa tidak akan ada seorangpun dari Ahli kitab, yaitu orang-orang Kristen, Yahudi dan berbagai umat lainnya yang pernah didatangkan Rasul dan petunjuk-Nya /kitab/ kepada mereka oleh Allah akan berbalik mengimani kenabian ‘Isa al-Masih yang turun untuk kedua kalinya tetapi dengan misi universal sebagai pengikut ajaran Muhammad Saw dan meluruskan penyimpangan terhadap ajaran yang dulu dia bawa kepada umatnya, bangsa Yahudi menjelang kiamat kelak sebagai bukti dari janji Allah pada surah 9:33

Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya. (Qs. 9:33)

Surah 4:159 diatas itu menurut ulama-ulama Islam ini belumlah terbukti, karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa pada saat ‘mangkat’ atau kepergian Nabi ‘Isa putera Maryam, umatnya sebagai ahli kitab dari jaman Musa hingga pada Injil yang ia emban tidak semuanya mengimaninya bahkan dia sendiri nyaris terbunuh dan disalibkan jika saja tidak datang pertolongan Allah yang Maha Perkasa dan Bijaksana.

Hal ini sekaligus bisa membantah akan dakwah kenabian Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku-aku sebagai titisan Nabi Isa dan titisan semua Nabi termasuk Rasulullah Muhammad Saw, dengan melihat kenyataan, jangankan para ahli kitab akan berbalik menjadi beriman kepada Mirza Ghulam Ahmad sebelum kematiannya, bahkan setelah kematian Nabi palsu ini semakin banyak saja ahli kitab, padahal menurut ayat 4:159 itu sendiri bahwa sebelum kematian Nabi ‘Isa yang sebenarnya, semua ahli kitab akan beriman kepadanya yang juga merupakan refleksi dari Hadist Rasul yang mengatakan bahwa pada saat turunnya nanti, ‘Isa al-Masih akan menghancurkan palang salib.

Dan jika al-Masih ‘Isa putera Maryam memang masih hidup disalah satu planet diluar bumi dan akan turun kembali dalam bentuk dan jasad aslinya, sekarang timbul lagi pertanyaan bahwa berarti Muhammad bukan Nabi terakhir, lantas bagaimana dengan konsep Muhammad sebagai Khataman Nabiyyin ?

Jawabannya adalah :

Secara urutan, Muhammad Saw lah Nabi terakhir yang diangkat.
‘Isa al-Masih putera Maryam adalah Nabi sebelum Muhammad Saw, jadi “surat pengangkatannya” umurnya lebih tua dari Muhammad Saw. Pun pada saat beliau datang kembali, beliau tidak akan membawa ajaran-akidah baru. Sementara ‘khataman nabiyyin’ lebih mengacu kepada Nabi yang terakhir ‘dinobatkan’ dan Nabi paling mulia dari segala Nabi Allah.

Penyaliban ‘Isa al-Masih dalam Tinjauan

Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah pula anak dihukum mati karena ayahnya; Setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri.” (Ulangan 24:16)

“Orang yang berbuat dosa, itulah yang harus mati. Anak tidak akan ikut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah pun tidak akan ikut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung diatasnya. (Yehezkiel 18:20)

Perjalanan hidup para Nabi Israil didalam menempuh misi kenabiannya ditengah-tengah bangsanya sendiri, seringkali mendapatkan sandungan dan tantangan, baik yang berasal dari pemerintahan yang berkuasa saat itu maupun dari orang-orang yang menghambakan dirinya pada harta benda dan keserakahan hawa nafsunya.

Begitupun yang menimpa pada sejarah kehidupan ‘Isa al-Masih putera Maryam yang diutus Allah untuk mengembalikan bangsanya kepada jalan Allah yang pernah disampaikan oleh Musa beberapa waktu sebelumnya, telah mendapatkan tantangan yang keras dari pihak Yahudi dan pemerintahan Romawi yang berkuasa atas Yerusalem masa itu.

Sejarah Bible mencatatkan bahwa Nabi ‘Isa al-Masih hanya mengangkat sebanyak dua belas orang murid untuk membantu perjuangannya menyebarkan agama Allah, yaitu suatu jumlah tradisional yang mewakili dua belas suku Bani Israil.

Namun sayang sekali, ternyata tidak semuanya dari sahabat-sahabat beliau adalah orang-orang yang beriman dan setia terhadap Nabi ‘Isa putra Maryam, ada diantara mereka yang malah membelot dan menjadi musuh dalam selimut, bekerja sama dengan pihak romawi untuk menangkap dan membunuh ‘Isa.

al-Qur’an mengingatkan orang-orang yang beriman terhadap Allah dan Rasul-Nya dengan mengambil contoh kepada peringatan Nabi ‘Isa putera Maryam terhadap para sahabatnya untuk menjadi khalifatullah yang menegakkan ajaran Islam dimanapun berada.

“Wahai orang-orang yang beriman !
Jadilah pembantu-pembantu Allah sebagaimana ‘Isa putera Maryam berkata kepada para sahabatnya: Siapakah pembantu-pembantuku untuk Allah ?; Sahabat-sahabatnya berkata: Kamilah pembantu-pembantu Allah.; Maka sebagian dari Bani Israil itu beriman dan sebagian lagi ingkar. Maka Kami bantu mereka yang beriman terhadap musuh-musuhnya. Maka jadilah mereka orang-orang yang menang.
(al-Qur’an surah ash-Shaff 61:14)

Dari dalam Bible kita ketahui bahwa diantara para sahabat (istilah al-Qur’an adalah Hawarayin dan dalam teologi Nasrani disebut sebagai murid-murid) ‘Isa al-Masih putra Maryam alias Yaohushua The Mashiah ada seorang yang telah melakukan tindakan makar berupa pengkhianatan kepada sang Nabi dengan jalan menyerahkan gurunya tersebut kepada pihak Yahudi yang dibantu oleh tentara Romawi, nama pengkhianat ini adalah Yahudza Iskharyuti atau lebih dikenal dengan nama Judas Iskariot.

“And the chief priests and scribes sought how they might kill him; for they feared the people. Then entered Satan into Judas surnamed Iscariot, being of the number of the twelve. And he went his way, and communed with the chief priests and captains, how he might betray him unto them. And they were glad, and covenanted to give him money. And he promised, and sought opportunity to betray him unto them in the absence of the multitude.”
(Luke 22:6 KJV)

“Dan para pimpinan imam dan ahli Taurat mencari jalan bagaimana mereka akan membunuh Jesus; karena mereka khawatir terhadap kaum itu; Lalu masuklah Setan kepada Judas Iskariot, murid kedua belas dari Jesus. Dan dia pergi menuju pada imam serta para kepala tentara Romawi bahwa dia akan mengkhianati Jesus untuk mereka. Mereka sangat gembira dan bermufakat akan memberikan kepadanya sejumlah uang. Lalu Judas menyetujuinya dan mencari kesempatan untuk menyerahkan Jesus kepada mereka tanpa sepengetahuan orang banyak.”
(Lukas 22:2-6)

Namun tindakan makar yang akan dilakukan ini sudah tercium oleh ‘Isa al-Masih, sebagaimana yang disinggungnya pada saat pekan hari raya Paskah atau jamuan makan malam terakhir yang dalam versi al-Qur’an dikenal dengan nama al-Maidah itu :

Ketika ‘Isa merasa akan kekufuran dari mereka, ia berkata: ” Siapakah penolong-penolongku kejalan Allah ?”, Maka sahabat-sahabatnya berkata: “Kamilah penolong-penolong Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah muslimin. Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti Rasul itu, karena itu masukkanlah kami kedalam orang-orang yang menyaksikan”.
(QS. ali-Imran 3:52-53)

“Setelah Jesus berkata demikian jiwanya sangat terharu, lalu memberikan kesaksian dan berkata: Sesungguhnya aku berkata kepada kamu, bahwa salah seorang di antara kamu akan mengkhianatiku.”
(Yohanes 13:21)

Dalam sabda berikutnya bisa kita lihat bahwa ‘Isa al-Masih menyesali kelahiran muridnya yang melakukan khianat itu dan ini sebenarnya sudah membuyarkan konsep dosa turunan yang harus ditebus oleh putera Maryam sebagaimana yang diajarkan dalam dunia Kristen; Bila memang ‘Isa dijadikan oleh Allah untuk menjadi penebus dosa Adam, maka seharusnya kelahiran Yudas Iskariot tidak perlu untuk disesali justru ‘Isa al-Masih dan semua orang Nasrani harus berterima kasih kepadanya, sebab dengan begitu akan ada yang namanya penebusan dosa.

“Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya anak manusia itu dikhianati. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.”
(Matius 26:24)

“Lalu Jesus berkata kepada Judas, Lakukanlah apa yang akan engkau lakukan secepatnya.”
(Yohanes 13:27)

Setelah kepergian Judas, Jesus sendiri tidak sudi menunggu dan berpangku tangan untuk ditangkap begitu saja oleh musuh-musuhnya. Jesus berencana untuk segera membuat jalur pertahanan demi menghadapi rencana jahat dari Judas, Jesus lalu menyiapkan para sahabat atau murid-muridnya yang lain untuk ikut pergi bersamanya dengan tidak lupa Jesus juga mengingatkan mereka akan adanya kemungkinan terjadinya bentrokan dan pertikaian nantinya. Dengan berhati-hati agar mereka semua tidak takut, Jesus mengajarkan cara mempertahankan diri dengan mempergunakan kata-kata yang indah.

“Lalu Jesus berkata kepada mereka: “Ketika aku mengutus kamu dengan tiada membawa pundi-pundi, uang darurat (bahasa inggris=scrip) dan sepatu, adakah kamu kekurangan apa-apa ?” Jawab mereka: “Suatupun tidak.” Lalu katanya kepada mereka: “Tetapi sekarang, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya, demikian juga yang mempunyai uang; dan siapa yang tidak mempunyai pedang, maka juallah jubahnya dan belilah satu pedang.”
(Lukas 22:35-36)

Ini adalah persiapan untuk melakukan Jihad, perang suci, Yahudi melawan Yahudi.
Jesus tidak lagi menyarankan para muridnya untuk mempergunakan jalan yang lembut didalam menghadapi para musuhnya, situasi dan kondisi telah berubah dan dengan segala kebijakan maka strategi harus diubah.

Murid-muridnya telah dipersenjatainya, bahwa barang siapa yang tidak memiliki pedang waktu itu, maka jualkanlah jubah mereka untuk membeli satu pedang bagi masing-masingnya.

Jesus tahu, untuk menghadapi para musuhnya hanya dengan mengandalkan tongkat yang senantiasa dibawa para muridnya (Markus 6:8) adalah suatu kekonyolan, maka dari itu dia memerintahkan untuk membeli pedang. Dan manakala para muridnya hanya berhasil mendapatkan dua bilah pedang dalam Lukas 22:38, Jesus tidak bisa berkata lain lagi, Jesus tahu bahwa perlawanan yang akan ia lakukan terhadap para musuhnya kemungkinan besar akan menjadi sia-sia, para muridnya ini tidak bisa melakukan hal yang lebih baik untuk menolongnya.

Kata “Pedang” disini tidak bisa diartikan lain dan haruslah dipergunakan didalam arti sebenarnya, sebab menjual jubah untuk mendapatkan uang dan membeli pedang akan dipakai pada saat perlawanan terhadap Yudas, anda bisa melihat didalam Matius 26:51-52, pedang yang dibeli sudah dihunus dan dipergunakan untuk memutuskan telinga orang, jadi jelas bukan pedang kiasan.

Jelas sekali diantara para muridnya waktu itu sudah ada yang memiliki pedang, namun tidak keseluruhan dari mereka. Maka itu Jesus menyuruh bahwa bagi mereka yang belum berpedang, maka diharuskan untuk membeli pedang.

Saya perkirakan waktu itu yang membawa pedang baru 3 orang, yaitu Petrus, Yohanes dan Yakobus, sementara yang delapan lainnya belum memiliki pedang. Dan ditambah dua pedang yang berhasil didapatkan oleh ke-8 muridnya yang lain, jadi jumlah keseluruhan murid berpedang adalah 5 orang.

Jesus juga menyadari dengan minimnya persiapan perlawanan yang ada sudah mengisyaratkan bahwa waktu kepergiannya dari tengah-tengah Bani Israil akan segera sampai.

“Sekarang adalah saatnya bagi anak manusia akan dimuliakan, dan Allah pun akan dipermuliakan bersamanya.” (Yohanes 13:31)

“Then Jesus said to them: All you shall be scandalized in me this night. For it is written: I will strike the shepherd, and the sheep of the flock shall be dispersed.”
(Matthew 26: 31 – Douay )

“Maka berkatalah Yesus kepada mereka: ‘Malam ini kamu semua akan memalukan aku, mengecewakanku. Sebab sebagaimana yang telah tertulis: Aku akan menyerang para gembala dan kawanan domba ini akan tercerai berai. Namun setelah aku ditinggikan, aku akan mendahului kamu ke Galilea.

Dan Petrus menjawab, berkata kepadanya: Sekalipun seluruh orang akan mengkhianatimu, aku tidak akan pernah mengkhianatimu. Jesus menjawabnya: dengarlah apa yang kusabdakan padamu, dalam malam ini saja sebelum ayam berkokok, engkau akan mengingkari aku tiga kali.

Petrus menjawabnya: Sekalipun aku akan mati denganmu, aku tidak akan mengingkari mu. Dan begitu juga jawaban para murid semuanya.” (Matius 26:31-35)

Jesus hanya tersenyum mendengar penuturan Petrus dan para muridnya yang lain itu, bagaimanapun juga ia sudah lama kenal dengan mereka dan sudah mengetahui kepribadian mereka. Atas pernyataan mereka, Jesus menjawab :

“Simon, simon ! waspadalah, Setan sangat ingin memiliki dirimu, dia akan mengayak engkau laksana gandum, namun aku akan berdoa untukmu, supaya tidak gugur imanmu dan apabila engkau bertobat, perkuatlah saudara-saudaramu.” (Lukas 23:31-32)

Jesus tampaknya menyandarkan seluruh kekuatan iman muridnya yang lain kepada Simon Petrus, dialah yang akan menjadi kunci bagi kelangsungan hidup ajaran Allah sepeninggalnya, Petrus adalah kunci dari kekuatan sepuluh orang pengikut al-Masih yang tertinggal dan karena itu sebagaimana sabda Jesus, Setan berusaha untuk menjatuhkan Petrus kedalam godaannya sehingga apabila dia sudah berhasil dijatuhkan, maka akan sangat mudah bagi Setan meruntuhkan ajaran yang dibawa oleh putra Maryam.

Untuk mengingatkan para muridnya, Jesus memberikan wejangan kepada mereka:

Siapa yang mengikuti perintahku dan mematuhinya, dialah yang mencintaiku; dan dia yang mencintaiku itu akan dikasihi oleh Allah dan akupun akan mencintainya.” (Yohanes 14:21)

“Sesungguhnya Allah itu adalah Tuhanku dan Tuhan kamu. Karenanya berbaktilah kepada-Nya, inilah jalan yang lurus.” (Qs. ali-Imran 3:51)

“These things have I spoken unto you, that ye should not be offended.
They shall put you out of the synagogues: yea, the time cometh, that whosoever killeth you will think that he doeth God service. And these things will they do unto you, because they have not known the Father, nor me.”
(John 16:1-3)

“Semua perkara ini sudah aku katakan padamu, agar jangan kamu kecewa. Engkau akan ditolak oleh mereka dari rumah peribadatan. Waktunya akan tiba, dimana siapa yang membunuh kamu, dia akan berpikir sudah melakukan bakti terhadap Allah; semuanya dilakukan mereka kepadamu sebab mereka tidak mengenal aku dan Allah.” (Yohanes 16:1-3)

Dan sebagai akhir dari wejangannya, ‘Isa al-Masih mewasiatkan akan kedatangan seorang utusan berikutnya yang akan menggantikan posisi dirinya sebagai seorang utusan Allah.

“Sebenarnya, masih banyak perkara yang hendak kukatakan kepadamu, namun kamu tidak bisa menerimanya sekarang. Tetapi apabila dia, Nabi al-Amin telah datang, dia akan mengajarkanmu seluruh hal tentang kebenaran, sebab dia tidak akan berkata-kata menurut kehendaknya sendiri, tetapi apasaja yang akan dia dengar itulah yang akan dikatakannya. Dia akan mengabarkan kepadamu semua perkara yang akan datang.”

“He shall glorify Me; for He shall take of Mine, and shall disclose it to you. All things that the Father has are Mine; therefore I said, that He takes of Mine, and will disclose it to you.”
(John 16:14-15 New American Standard Bible – NASB)

“Maka ia akan memuliakan aku, karena ia akan mengambil daripada hakku, lalu mengabarkannya kepadamu, segala sesuatu yang hak Allah itu juga hakku, oleh sebab itu aku berkata, bahwa diambilnya daripada hakku, lalu dikabarkannya kepadamu.” (Yohanes 16:12-15)

“Tetapi utusan yang akan datang, Nabi al-Amin yang akan diutus Allah karenaku, dia akan mengajarkan kepadamu seluruh perkara dan akan mengingatkan kepadamu apa yang telah kusabdakan padamu.”
(Yohanes 14:26)

“Dan tatkala ‘Isa putra Maryam berkata: hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada kamu, membenarkan Taurat yang turun sebelumku dan memberikan kabar gembira mengenai seorang Rasul sesudahku yang namanya Ahmad.” (Qs. ash-Shaaf 61:6)

Ketika Jesus hendak menyelesaikan wejangannya, wahyu Allah turun kepadanya :

“Dan tatkala Allah bertanya : Hai ‘Isa putra Maryam, adakah engkau mengatakan kepada manusia, : jadikanlah aku dan ibuku sebagai Tuhan selain Allah ?, ‘Isa menjawab: ‘Maha suci Engkau ! Tidaklah patut bagiku berkata apa yang tidak ada hak untukku mengatakannya, maka sesungguhnya Engkau mengetahuinya. Engkau tahu apa yang ada pada diriku, namun aku tidak tahu apa yang ada pada diri-Mu, karena sungguh, Engkaulah yang sangat mengetahui perkara yang ghaib.” (Qs. al-Maaidah 5:116)

Dan Jesus menengadah kelangit lalu berseru :

“And this is life eternal, that they might know thee, the only true Elohim, and Yahshua the Messiah, whom thou hast sent.”
(John 17:3 from The Restored Name King James Version of the Scriptures)

“Inilah hidup yang kekal, yaitu agar mereka mengenal Engkau, Allah yang Maha Esa dan benar, serta Jesus al-Masih yang telah Engkau utuskan.” (Yohanes 17:3)

“Now they have come to know that everything Thou hast given Me is from Thee; for the words which Thou gavest Me I have given to them; and they received them, and truly understood that I came forth from Thee, and they believed that Thou didst send Me.” (John 17:7-8 New American Standard Bible – NASB)

“Sekarang mereka sudah mengetahui bahwa seluruh yang Engkau berikan kepadaku berasal dari-Mu, sebab semua firman yang Engkau berikan kepadaku telah kusampaikan kepada mereka dan mereka sudah menerimanya serta percaya dengan sebenarnya bahwa aku datang dari Engkau dan Engkau sudah mengutusku.” (Yohanes 17:7-8)

“Ketika aku bersama dengan mereka, aku menjaga mereka yang telah Engkau berikan kepadaku dengan nama-Mu. Tiada satupun yang tersesat kecuali pengkhianat itu.” (Yohanes 17:12)

“Aku tidak akan memohon agar Engkau juga mewafatkan mereka, namun tolong peliharalah mereka dari kejahatan.” (Yohanes 17:15)

“Tidak aku katakan kepada mereka, melainkan apa yang Engkau perintahkan kepadaku, yaitu beribadahlah kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada diantara mereka; maka setelah Engkau mengambil aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka.” (Qs. al-Maaidah 5:117)

‘Isa al-Masih sudah membuktikan dirinya mempunyai keahlian dalam mengatur strategi dan rencana, peka terhadap sinyal-sinyal bahaya dan banyak akalnya. Setelah cukup banyak memberikan nasihat dan wasiat kepada para muridnya, ‘Isa sadar saat itu bukan waktunya lagi untuk duduk berlama-lama dan ongkang-ongkang kaki menjadi sasaran empuk tangkapan bagi musuh-musuhnya. Itu bukan sifat dari para Nabi Allah.

Maka seperti yang diceritakan dalam Matius 26:36, Markus 14:26, Lukas 22:39 serta Yohanes 18:1, berangkatlah Jesus malam itu bersama para muridnya yang sebelas orang menyeberangi anak sungai Kidron menuju kepegunungan Zaitun kesatu tempat yang bernama taman Getsemani.

Begitu sampai ditaman tersebut, Jesus alias ‘Isa al-Masih mengatur dan menempatkan delapan dari sebelas orang muridnya untuk berjaga dipintu masuk taman, sementara Petrus, Yohanes dan Yakobus diajaknya untuk menjaga dirinya dibagian agak dalam dari taman Getsemani itu :

“Duduklah disini, sementara aku pergi untuk berdoa disebelah sana.” (Matius 26:36)

Namun sebelum Jesus meninggalkan para muridnya yang delapan orang itu, dia juga tidak lupa memerintahkan mereka untuk melakukan doa didalam berjaga itu.

“Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” (Lukas 22:40)

“Dan Jesus membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus bersamanya.” (Matius 26:37)

Ini adalah strategi yang sudah dirancang oleh ‘Isa al-Masih untuk menghadapi para musuhnya. Jesus membawa para muridnya pergi ketaman Getsemani bukan untuk melakukan ibadah kepada Allah, sebab jika memang itu sasaran utama Jesus, dia bisa membawa muridnya itu menuju kuil Sulaiman atau juga Bait Allah.

Perhatikan, Jesus tidak mengajak serta kedelapan muridnya untuk beribadah, dia menempatkan murid-muridnya tersebut secara strategis pada pintu masuk taman; dan ingat, sebelumnya Jesus telah mempersenjatai mereka dengan pedang.

Kemudian Petrus, Yohanes serta Yakobus yang terkenal fanatik dan bersemangat, disuruhnya membuat jalur pertahanan bagi dirinya disebelah dalam taman.

Nama Taman Getsemani tersebut hanya disebut dua kali dalam 4 Injil, yaitu pada Matius 26:36 dan Markus 14:32, itu pun ketika menceritakan perihal penangkapan Jesus. Sebelum itu nama Getsemani sebagai tempat Jesus biasa berdoa tidak pernah ditemukan.

Gunung Zaitun (Mount of Olives) hanyalah merupakan tempat Jesus biasa bermalam (Matius 21:1, Markus 11:11, Lukas 21:37, Lukas 19:29, Yohanes 8:1).

Sebaliknya, Bait Allah adalah tempat paling sering dipakai oleh Jesus untuk mengajar, bertanya jawab dengan para murid maupun Ahli Taurat, berdoa serta lain sebagainya.

Jadi mengatakan bahwa Getsemani adalah tempat Jesus biasa berdoa, adalah kurang meyakinkan dalam satu telaah kritik ilmiah. Jarak antara Taman Getsemani yang berlokasi digunung Zaitun tampaknya tidak terlalu jauh, ini bisa dilihat dalam Markus 13:3 dimana disana diceritakan bahwa Jesus duduk digunung Zaitun sembari menghadapkan pemandangannya kearah Bait Allah.

Dengan demikian, alasan berdoa sambil membawa pedang didalam taman Getsemani sama sekali kurang bisa kita terima, hal ini akan berbeda jika disana diceritakan bahwa Jesus ditangkap didalam Bait Allah ketika berdoa dan tanpa kawalan para murid yang memakai pedang.

Tapi buktinya ?
Jesus alias Nabi ‘Isa al-Masih telah mengatur 3 orang sahabatnya yang berpedang mengawal dirinya dan 2 orang yang berpedang lainnya menjaga dibagian masuk taman Getsemani bersama 6 orang lain yang hanya membekal tongkat.

Satu hal lainnya, Jesus kesana tidak untuk berdoa.
Lagi pula untuk apa sosok Tuhan harus berdoa ? Tuhan berdoa kepada siapa ?
Bukankah seperti pandangan kaum Nasrani, ‘Isa al-Masih sudah mengetahui apa yang akan menimpa dirinya sebagai korban tebusan dosa Adam ?

“Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu katanya kepada mereka: “Jiwaku sangatlah sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan aku.” (Matius 26:37-38)

Jelas bahwa dia kesana bukan untuk berdoa, melainkan untuk membuat jalur pertahanan.
Kita lihat lagi, Jesus menempatkan delapan orang murid dibagian terdepan dan membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus yang dipersenjatai dengan pedang untuk bersamanya guna : “stay you here and watch with me” (Matius 26:38), Ya, mereka bertiga hanya disuruh untuk “menunggu dan mengawasi”, dalam pengertian bahwa ketiganya disuruh untuk mengawalnya !

Dan jika memang Jesus harus berdoa, kenapa harus memilih taman Getsemany ?
Bukankah dia bisa memilih tempat yang suci, yaitu Bait Allah ?

Lihat kembali Lukas 19:45 – 48 :

“And he went into the temple, and began to cast out them that sold therein, and them that bought; Saying unto them, It is written, My house is the HOUSE OF PRAYER: but ye have made it a den of thieves. And he taught daily in the temple. But the chief priests and the scribes and the chief of the people sought to destroy him, And could not find what they might do: for all the people were very attentive to hear him.”

Kenapa dia menyuruh muridnya untuk membawa pedang ?
Kenapa harus mengatur ke-8 muridnya dibagian depan dan mengajak yang 3 untuk mengawalnya ?

Jawabnya tidak lain adalah untuk membuat suatu pertahanan, sebab Jesus telah melihat antusiasme yang ditunjukkan para murid-muridnya pada acara jamuan malam, bahwa mereka bisa melawan Yahudi yang akan menangkapnya dan bersedia mati bersama dirinya. (Matius 26:35)

Bagaimana juga, dibalik semua stategi yang matang dan ketenangannya itu Jesus menyimpan rasa khawatir yang tinggi, akankah apa yang direncanakannya ini akan berjalan sebagaimana kehendak Allah sebelumnya, ataukah Allah merubah keputusan-Nya dan membiarkan dirinya ditangkap dan dibantai oleh musuh-musuhnya ?

Dalam diamnya, Jesus bersujud, menghadapkan dirinya keharibaan Allah, menyerahkan dirinya lahir batin kepada Allah yang maha kuasa :

“Ya Allah, jika saja Engkau berkenan untuk mengangkat beban ini dari diriku; namun bukanlah kehendakku itu yang harus terjadi melainkan kehendak Engkaulah saja yang terjadi.” (Lukas 22:42)

Sejenak Jesus diam dan mengangkat kepalanya dari sujud, menoleh kepada para sahabatnya, terperanjatlah ia, mereka semua, kesebelas orang sahabat dan muridnya, hanya dalam hitungan beberapa detik sudah pulas tertidur, sungguh perih hatinya.

Alangkah buruk nasib dirinya mendapatkan pengikut yang seperti ini. Disuruh berjaga malah tidur dalam sekejapan, meninggalkan dirinya sendirian. Mengabaikan perintah guru dan Nabinya.

Jesus bangkit berdiri dihadapan Petrus yang berdiri tidak jauh dari dirinya dan sedang nyenyak tertidur lalu menegurnya :

“Hai Simon, apakah engkau tertidur ? tidakkah engkau sanggup berjaga hanya untuk satu jam saja ?, Bangunlah dan berdoalah” (Markus 14:37)

Setelah berkata begitu Jesus kembali menjauh dari Petrus dan dua orang lainnya lalu meneruskan munajatnya kepada Allah, memohon agar dirinya selamat dari ancaman musuh-musuhnya, Jesus tidak rela dirinya dijadikan bahan tertawaan, bahan ejekan oleh para seterunya, tergantung diatas kayu terkutuk, dihukum, ditelanjangi dihadapan semua orang.

Ketika pemikirannya sampai kesana, bertambah khawatir hati Jesus dan bertambah dia mengharapkan pertolongan Allah kepadanya.

“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluhnya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.” (Lukas 22:44)

Didalam menanggapi hal ini, Paulus menyatakan dalam Ibrani 5:7

“Dalam hidupnya sebagai manusia, ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada-Nya yang sanggup menyelamatkannya dari maut, dan karena kesalehannya, beliau telah didengarkan.”

Untuk itu Allah mengabulkan permohonan Jesus ini lalu mengirimkan malaikat Jibril kepadanya, wahyu Allah telah datang kepada Jesus.

“Lalu kelihatanlah kepadanya seorang malaikat dari langit untuk mengkuatkannya.” (Lukas 22:43)

“Dan Kami berikan kepada ‘Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus.” (Qs. al-Baqarah 2:253)

“Dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran kepada ‘Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus.” (Qs. al-Baqarah 2:87)

Melalui perantaraan malaikat-Nya ini Allah berfirman :
“Ketika Allah berfirman: Hai ‘Isa, sesungguhnya Aku akan mengambilmu dan akan mengangkatmu kepada-Ku, dan akan membersihkan dirimu dari mereka yang kafir…” (QS. Ali Imran 3:55)

Mendengar wahyu Allah ini, hati Jesus menjadi teduh, kepercayaannya terhadap pertolongan Allah pada dirinya semakin kuat akan keterlepasan dirinya dari marabahaya dan kehinaan, lalu ia bangkit dan mendekati para sahabatnya yang masih tertidur, lalu membangunkan mereka semuanya.

“Bangunlah kamu, marilah kita beranjak; lihatlah orang yang mengkhianatiku sudah mendekat.” (Markus 14:42)

Sampai disini kita menemukan satu benturan untuk memberikan gambaran lanjutan peristiwa penangkapan diri Jesus yang dilakukan oleh Judas Iskariot, para ahli Taurat serta tentara Romawi yang terdapat dalam 4 Injil kanonik Nasrani, antara Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes … ke-4 pengarang Injil ini memiliki pemaparan cerita yang berbeda mengenai tragedi penangkapan hingga penyaliban Jesus dan banyak beberapa bagiannya tidak bisa disatukan alur riwayatnya.

Penangkapan, pengadilan dan penyaliban dilakukan secara membabi buta, sehingga banyak sekali kontradiksi dan kesalah pahaman yang sulit sekali untuk mengungkap peristiwa yang sebenarnya.

Pihak gereja mengatakan bahwa antara 4 Injil saling melengkapi satu sama lainnya, namun untuk bagian yang terpenting ini, justru saya menemukan kontroversi. Cerita ke-3 Injil yaitu Matius, Markus dan Lukas berbeda sama sekali dengan apa yang dipaparkan oleh Yohanes dalam Injilnya.

Matius, Markus dan Lukas sepakat menyatakan bahwa Jesus ditangkap ketika sedang berbicara membangunkan sebelas muridnya dengan perantaraan “Judas Kiss” namun sementara Yohanes memaparkan riwayat tertangkapnya Jesus ini dengan penyerahan suka rela dari Jesus sendiri “Without a kissing of Judas” sebagaimana riwayat ketiga Injil yang lain.

Bahkan dalam cerita Yohanes dikisahkan betapa ketika mengetahui kedatangan Judas dan musuh-musuhnya yang lain itu, Jesus secara serta merta menyambutnya diluar taman Getsemani dan mengajukan pertanyaan kepada Judas mengenai siapa orang yang dicari oleh Judas dan anehnya Judas sendiri tidak mengenali Jesus yang berdiri dihadapannya mengajukan pertanyaan tersebut, pertanyaan Jesus ini diulangnya sampai 3 kali dan lucunya pada pertanyaan yang kedua, Yohanes menceritakan seluruh musuh Jesus itu langsung rebah ketanah.

Selanjutnya seperti yang saya katakan diatas, Jesus akhirnya menyerahkan dirinya suka rela setelah setengah mati dia meyakinkan orang-orang tersebut bahwa dialah orang yang hendak mereka cari dan tangkap, Jesus dari Nazareth.

Ini adalah misterius problem.
Jelas sudah terjadi kesimpang siuran cerita pada masa itu mengenai permasalahan ini, apalagi ke-4 penulis Injil ini tidak pernah melakukan kompromi antara satu dengan yang lainnya didalam penulisan kitab mereka untuk memilih cerita penangkapan mana yang layak mereka pasangkan dalam Injil mereka masing-masing.

Berdasarkan hal ini, bagaimana mungkin kita bisa menguraikan secara pasti bahwa Jesus adalah tokoh yang benar-benar tertangkap dan tersalibkan ?

Benarlah kiranya apa yang sudah disabdakan oleh Rasulullah Muhammad Saw dalam hadistnya :

“Apabila ada ahli kitab berbicara kepadamu, maka janganlah engkau mendustakannya dan janganlah kamu membenarkannya. Tetapi katakanlah : ‘Kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kami beriman kepada apa yang diturunkan sebelum kami.’ ; Apabila yang dikatakan itu haq (benar), janganlah kamu mendustakannya. Tetapi apabila itu batil, maka janganlah kamu membenarkan.”
(Riwayat Abu Daud, Turmudzi dan Muslim)

Dan dengan rasa hormat yang mendalam, sebenarnya saya merasa heran dengan pendapat Ahmad Deedat, salah seorang pembela Islam terkemuka, sebagaimana tertulis dalam bukunya “The Choise” yang seolah membenarkan telah terjadinya penyaliban atas diri ‘Isa al-Masih putra Maryam yang didahului dengan penangkapannya melalui “Judas Kiss” dengan mengambil rujukan pada kisah ke-3 Injil dan mengabaikan berita “Without Judas Kiss” pada Injil Yohanes.

al-Qur’an, secara tegas sudah mengadakan penolakan akan tergantungnya ‘Isa al-Masih alias Yesus Kristus diatas kayu salib. Semua perkara yang terjadi dalam tragedi penyaliban diatas bukit Golgota itu telah disamarkan oleh Allah azza wajalla dengan kekuasaan-Nya.

“Dan perkataan mereka: ‘Bahwa kami telah membunuh ‘Isa al-Masih putera Maryam, utusan Allah’, padahal tidaklah mereka membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi disamarkan untuk mereka. Orang-orang yang berselisihan tentangnya selalu dalam keraguan mengenainya. Tiada pengetahuan mereka kecuali mengikuti dugaan, dan tidaklah mereka yakin telah membunuhnya.” (Qs. An-Nisa’ 4:157)

Kita kembalikan dulu konteks ini pada al-Qur’an surah ali-Imran ayat ke-45 yang menceritakan perihal wahyu Allah kepada Maryam, ibunda ‘Isa al-Masih:

“Ketika Malaikat berkata:”Wahai Maryam, sesungguhnya Allah mengabarkan kepadamu bahwa engkau akan dapat satu kalimah daripadaNya, namanya al-Masih, ‘Isa putra Maryam, yang mulia didunia dan akhirat dan seorang dari mereka yang dihampiri.” (QS. ali-Imran 3:45)

Dengan pernyataan Allah ini, jelas ‘Isa al-Masih tidak tersalibkan sebab jika al-Masih disalib, meski tidak sampai mati [melainkan mati semu lalu diturunkan dari kayu salib kemudian diobati oleh salah seorang murid] tetap ia cacat hukum, sebab itu berarti gagal sudah rencana Allah bahwa Nabi ‘Isa al-Masih dijadikan salah seorang yang terkemuka didunia dan akhirat.

Anda tahu, hukuman salib hanya layak diberikan bagi orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, anda buka Surah al-Ma’idah ayat 33 :

“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya serta membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalibkan atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik atau diusir dari negerinya. Yang demikian itu adalah suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan diakhirat mereka beroleh azab yang besar.”
(QS. Al-Ma’idah 5:33)

“…sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.” (Ulangan 21:23)

“…sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Galatia 3:13)

Hukuman salib sebagai ganjaran bagi orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya sebagaimana firman Allah diatas, sekarang bagaimana pula ‘Isa harus dikatakan telah tersalibkan ? Apakah ‘Isa merupakan musuh Allah sehingga harus dihukum salib ?

Selain itu, terdapat dua perbedaan yang ditekankan disini, bahwa pembunuhan telah dibedakan dari penyaliban.

“…Padahal tidaklah mereka membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi disamarkan untuk mereka.” (Qs. an-Nisa’ 4:157-158)

Apa yang termaktub dalam surah an-Nisa’ 4:157 tentang penyaliban ‘Isa putra Maryam diatas merupakan dalil yang qath’i (pasti) bahwa ‘Isa alaihissalam telah diangkat dalam keadaan hidup, kata “Bal” (tetapi) yang jatuh setelah kalimat nafyi (peniadaan) yaitu kalimat “Wama qotaluhu” menyebabkan kata yang datang sesudahnya yaitu “rofa’uhu” mengandung arti penetapan bagi kalimat nafyi yang terletak sebelumnya.

Jika kata “Rofa’uhu” (mengangkat) mengandung makna “Rofa’a ruh” (mengangkat ruh) maka ini tidak berlawanan dengan pembunuhan dan penyaliban yang dinafikan sebelumnya, karena adanya pertemuan makna pembunuhan dengan pengangkatan ruh, sebagaimana ia membatalkan nafyi yang sebelumnya atau yang mendahuluinya.

Mengenai perkataan rof’ dalam kamus :
Rofa’a berarti : ia mengangkat atau menaikkan (baik berupa barang atau orang dari satu tempat ketempat lain), bisa juga berarti mengangkat (seseorang) dalam martabat tertentu, menaikkan kehormatan, kedudukan atau kemuliaan.

Kata yang menerangkan Allah telah mengangkat dia kepada-Nya itu merupakan sambungan dari ayat sebelumnya yang merupakan kata bantahan yang merefer kepada peristiwa penyaliban yang dijelaskan secara pasti dan tidak perlu ditambah atau dikurangi bahwa Isa tidak dibunuh dan tidak disalib melainkan disamarkan kepada mereka, dalam artian bahwa penyamaran itu terjadi atas diri ‘Isa al-Masih putera Maryam dengan pengangkatan jasad dan rohani ‘Isa kepada-Nya. Dan menggantikan orang lain untuk tersalibkan.

Kita perhatikan, ayat tersebut disambung lagi dengan firman Allah : karena bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Kata terakhir ini sebenarnya merupakan kata kunci dari keterangan sebelumnya, dimana sesungguhnya dengan Keperkasaan-Nya, Kekuatan-Nya atau Kemampuan-Nya, Tuhan telah menyelamatkan dengan mengangkat dan menyamarkan Nabi ‘Isa alaihissalam /mungkin istilah sekarang ini dengan tekhnologi transformasi/ pada kejadian hari itu sehingga dia tidak berhasil dibunuh oleh tentara itu sekaligus juga tidak tersalibkan atau tergantungkan diatas kayu terkutuk (Galatia 3:13). Itulah Kebijaksanaan yang sudah ditetapkan Allah kepada Nabi Isa Almasih seperti yang terdapat pada bagian akhir ayat 4:158.

Apakah dengan begitu Allah Swt berarti melakukan penipuan ?
Jawabnya tidak !
Allah hanya membalas perbuatan orang yang telah ingkar dan kufur akan kekuasaanNya serta kenabian yang diutuskanNya kepada Isa Almasih.

“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah 2:9)

“karena kesombongan dibumi dan merencanakan tipu daya yang jahat, padahal rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri“.(QS. 35:43)

“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar”. (QS. 2:9)

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah membalas tipuan mereka”.(QS. 4:142)

“Dan mereka merencanakan tipu daya dengan sungguh-sungguh dan Kami pun bersungguh-sungguh /akan membalasnya/, sedang mereka tidak menyadari”.(QS. 27:50)

Pada akhirnya kita akan mengetahui bahwa orang yang disalib itu bukanlah Jesus alias ‘Isa al-Masih putra Maryam, melainkan seseorang yang diserupakan seperti dirinya yang telah melakukan tindakan makar terhadap Allah dan Rasul-Nya.

“Maka kita ini memberitakan Jesus kristus yang tersalib, yaitu suatu dugaan kepada orang Yahudi dan suatu kebodohan kepada pandangan orang kafir.” (1 Korintus 1:23)

“Hai orang Galatia yang bodoh, siapakah yang sudah merasukimu sehingga tergambar dimatamu bahwa Jesus Kristus sudah tersalib ?”(Galatia 3:1 – Al-Kitab LAI 1963)

Lalu bagaimana sekarang kita sebagai umat Islam harus menyatakan pula ‘Isa al-Masih telah tersalibkan sementara Allah sendiri melalui firman-Nya kepada Muhammad Saw didalam al-Qur’an sudah mengingkari penyaliban atas diri Nabi-Nya ‘Isa al-Masih itu ?

Tidak ada satupun yang mengetahui secara pasti tahun kelahiran ‘Isa al-Masih putera Maryam, menurut catatan yang ada dalam Injil Lukas 2:1-20, ‘Isa al-Masih telah dilahirkan ketika diselenggarakan sensus penduduk diwilayah Syiria dan Palestina atas perintah Kaisar Augustus (27 SM – 14M) sekitar tahun 7 Masehi (759 Romawi), setelah Kaisar Herodes Archelaus (4SM – 6M) dipecat oleh pemerintah Romawi dan Yudea secara langsung dijadikan wilayah propinsi Roma.

Sebaliknya, Injil Matius, ‘Isa al-Masih telah dilahirkan pada masa pemerintahan Kaisar Herodes Agung (37 – 4SM), ayah dari Kaisar Herodes Archelaus yang wafat pada tahun 4 SM (749 Romawi).

Kedua perbedaan riwayat kelahiran ‘Isa al-Masih oleh Matius dan Lukas ini sangatlah tajam sekali dan tidak bisa dikompromikan. Salah satu diantaranya haruslah salah atau justru kedua-duanya salah semua, sebab tidak mungkin keduanya benar !

‘Isa al-Masih didalam Bible digambarkan telah lahir dikota Bait Lahm (Betlehem), sekitar 6 mil sebelah selatan ibukota Jerusalem (Darussalam). Dan kelahiran ‘Isa al-Masih ini menurut al-Qur’an telah terjadi ditengah padang pasir yang terik dibawah rimbunan pohon Kurma yang menjadi santapan Maryam, ibunya. (al-Qur’an surah 19:24-25).

“Maka dari dekatnya, Jibril telah berseru: Janganlah engkau (Maryam) berduka cita; sesungguhnya Tuhanmu telah menyiapkan bagimu sebuah mata sungai lalu goyangkanlah pohon kurma itu, disana dia akan berguguran buah-buahnya yang masak.
(al-Qur’an, Maryam 19:24-25)

Dari penjelasan al-Qur’an ini bisa diambil kesimpulan, bahwa ‘Isa al-Masih dilahirkan pada awal musim rontok (gugur), karena buah-buah kurma dapat berguguran kebumi, dan itu kira-kira tanggal 21 September hingga 21 Desember.

Pada akhir musim rontok yaitu sekitar tanggal 21 Desember, dedaunan dan buah-buahan akan sudah habis berguguran (runtuh) sehingga tidak satupun yang masih terlihat pada pohonnya dan menunggu mulai musim dingin, yaitu tanggal 21 Desember.

Musim dingin di Palestina diakhiri dengan tanggal 21 Maret.
Jadi Nabi ‘Isa al-Masih telah dilahirkan pada musim gugur (rontok) yaitu kurang lebih pada bulan September atau Nopember, menjelang bulan Desember, yaitu buah atau daun-daun mulai bersemi kembali (musim dingin).

Karena ‘Isa al-Masih lahir dan hidup dalam lingkungan bangsa Yahudi di Palestina yang meliputi wilayah Yudea bagian selatan dan Galilea bagian utara, maka amat penting untuk mengenal kehidupan ‘Isa al-Masih dan masyarakat Yahudi dimasanya. Dia lahir dan hidup disaat Palestina dalam keadaan tidak tentram.

Dari masa kemasa bangsa Israil (Yahudi) harus bertikai dengan bangsa lain. Setelah 40 tahun tinggal dipadang Tiah disemenanjung Sinai -setelah Nabi Musa wafat sekitar abad ke-11 SM- Yoshua berhasil merebut wilayah Palestina dari suku Edom, Kanaan dan Filistin. Tetapi setelah Nabi Sulaiman putra Nabi Daud wafat (973 – 933 SM), Israil ditaklukkan oleh raja Sargon I dari kerajaan Asiyria pada tahun 722 SM.

Kemudian Nebukadnezar dari Babilonia datang menaklukkan dan menguasai Yerusalem pada tahun 586 SM. Bait Allah yang dibangun dimasa pemerintahan Nabi Sulaiman dibiarkan utuh, tetapi harta wakaf yang tersimpan di Bait Allah dan harta kekayaan istana dirampas. Bangsa Yahudi melakukan pemberontakan terhadap kekuasaan Babilonia itu. Namun dalam melancarkan serangan balasannya, tentara Nebukadnezar telah menghancurkan Bait Allah berikut kota Yerusalem.

Dan pada tahun 538 SM roda nasib kaum Yahudi berputar, Babilonia ditaklukkan oleh kerajaan Persi, dan Cyrus alias Koresi (550 – 530 SM) mengizinkan orang-orang Yahudi pulang ke Yudea untuk membangun kembali Bait Allah dan kota Yerusalem serta mengembalikan harta kekayaan yang dirampas oleh Nebukadnezar. Bekas tawanan Yahudi yang pulang kembali ke Yudea berjumlah 42.360 jiwa. Disamping membawa budak dan wanita sebanyak 7.337 jiwa. Didalamnya termasuk 200 laki-laki dan gadi penyanyi. Kafilah besar itu membawa 736 ekor kuda, 245 ekor bagal, 435 ekor unta dan 6.720 ekor keledai (Kitab Ezra 2:64-69)

Sayangnya bangsa Yahudi tidak lama menikmati kekuasaan otonom dari pihak Persi yang raja-rajanya kala itu menganut agama Zarahustra, sebab Persi ditaklukkan oleh Alexander (337-323 SM) dari Makedonia pada tahun 322 SM yang menjadi raja Yunani tahun 323 SM dan berkelanjutan terus dibawah kekuasaan Yunani sampai tahun 168 SM dimana pecah pemberontakan total bangsa Yahudi dibawah pimpinan Makkabe bersaudara.

Pada masa itu terbentuklah kerajaan Yahudi kembali dibawah dinasti Makkabe (168 – 63 SM), namun tidak berusia lama, karena pada tahun 63 SM, wilayah Palestina, Syiria dan Asia kecil ditaklukkan oleh Imperium Romawi.

Sejak dibawah kekuasaan Imperium Romawi itulah sejarah bangsa Yahudi di Palestina diliputi kekacauan dan pemberontakan, disebabkan beban pajak yang teramat berat beserta penghinaan-penghinaan terhadap agama bangsa Yahudi yang dibawa oleh Nabi Musa as.

Disebabkan penindasan bangsa penakluk selama berabad-abad dan silih berganti, maka mereka menyimpan dendam yang selalu membara dihatinya. Namun dalam kondisi yang sehitam-hitamnya, diantara mereka ada golongan yang mengharapkan datangnya seorang Musa baru beserta pendampingnya (seperti Harun), yang akan menghantam bangsa penjajah dan menghidupkan kembali ajaran-ajaran Allah. Dan Musa baru inilah yang disebut sebagai Mesiah atau al-Masih.

Impian dan keyakinan bangsa Yahudi dari hari kehari dalam menantikan seorang al-Masih baru terus berkembang dan mereka siap mengelu-elukan kedatangan Musa baru yang mampu membebaskan bangsa Yahudi dari cengkraman Imperium Romawi, dan mengembalikan kemegahan serta kejayaan nenek moyang mereka dimasa lalu, terutama dimasa-masa pemerintahan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman.

Sebagian besar harapan dan keyakinan akan datangnya al-Masih untuk mengembalikan kemegahan Daud telah menyebabkan mereka berpendapat bahwa sang Mesias itu haruslah juga dari bibit dan benih Nabi Daud itu sendiri yang memiliki aliran darah pejuang dan bangsawan besar.

Nabi Daud dan Nabi Sulaiman telah terbukti mampu mengungguli seluruh kerajaan dunia dalam hal kekuatan dan kekayaannya; ketika seluruh kerajaan dunia takluk dan tunduk dibawah pemerintahan keduanya; ketika seluruh bangsa bertekuk lutut dibawah telapak kaki bangsa Yahudi sebagaimana yang juga dipaparkan oleh al-Qur’an :

Lalu Kami jadikan Sulaiman memahaminya. Setiap orangnya Kami beri hukum dan pengetahuan; dan Kami edarkan bersama Daud gaya-gaya alamiah/Rawasia dan burung-burung yang bertasbih. Dan Kamilah yang melakukannya.
(QS. 21:79)

Dan bagi Sulaiman angin; yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan sebulan perjalanan dan diwaktu sorenya sebulan (pula) dan Kami suruh menyelidiki baginya sumber logam. Diantara Jin ada yang bekerja dihadapannya dengan izin Tuhannya; dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya siksaan api yang menyala.

Mereka mengerjakan untuknya apa yang dia kehendaki dari gedung-gedung pencakar langit dan patung-patung, serta piring-piring seperti kolam dengan roda-roda yang bersumbu. Bekerjalah hai keluarga Daud sambil bersyukur, dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.
(QS. 34:12-13)

Namun bangsa Yahudi tidak pernah tahu bahwa sebelum Nabi Sulaiman wafat, dimasa awal pemerintahannya, beliau sudah bermunajat kepada Allah agar dilimpahkan kerajaan yang tidak akan pernah terulang lagi pada masa kapanpun itu, baik oleh orang-orang Yahudi maupun bukan.

Ia berkata:”Ya Tuhanku ! berilah perlindungan kepadaku dan karuniailah untukku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapapun sesudahku, karena Engkau sungguh Yang Maha pemberi”.
(QS. 38:35)

Impian kaum Yahudi bahwa al-Masih yang berupa perwujudan dari Musa yang akan mengantarkan bangsa Yahudi kembali menjadi bangsa besar dan pilihan itu tampaknya memang tidak akan pernah terwujudkan dalam sejarah peradaban dunia.

Kisah lahirnya ‘Isa putra Maryam secara ajaib telah menaruh satu prasangka tersendiri dalam kalangan umat Yahudi, mereka mencoba menghubung-hubungkan silsilah Maryam maupun Yusuf Arimatea (bapak angkat ‘Isa al-Masih menurut versi Bible) kedalam garis keturunan Nabi Daud.

Karena ulah kaum Yahudi tersebut, maka kacaulah sudah nasab ‘Isa al-Masih.
Kembali terjadi konfrontasi antara Gospel of Luke dan Gospel of Matthew didalam menjabarkan silsilah sang Mesias, dimana Matius 1:6-16 telah menghubungkan ‘Isa al-Masih dalam 26 generasi dari Nabi Daud dan mencuplik Ya’kub sebagai ayah dari Yusuf Arimatea serta menyilangkan nasabnya kepada Nabi Sulaiman, maka Lukas lebih frontal lagi, dalam pasal 3:23-31 dia telah menghubungkan ‘Isa al-Masih dalam 41 generasi sebelum Daud dengan mencuplik Eli sebagai ayah dari Yusuf Arimatea dan mengambil silsilah dari Natan, saudara Nabi Sulaiman.

Tentu saja hal ini telah menghancurkan sejarah suci sang Mesias itu sendiri, sebab bagaimanapun juga, ‘Isa al-Masih, bukan anak kandung yang terlahir dari darah dan daging Yusuf Arimatea bersama Maryam, sebab sebelum keduanya menjadi suami istri, Maryam sudah hamil karena kuasa Allah.

“Ketika Malaikat berkata:”Wahai Maryam, sesungguhnya Allah mengabarkan kepadamu bahwa engkau akan dapat satu kalimah daripadaNya, namanya al-Masih, ”Isa putra Maryam, yang mulia didunia dan akhirat dan seorang dari mereka yang dihampiri. Dan dia akan berbicara kepada manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh” (Qs. ali Imran 3:45-46)

Ia (Maryam) menjawab: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh manusia ?”. Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril):”Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia.” (Qs. ali Imran 3:47)

Pengertian kata “Kalimah/Kalam Allah” yang terdapat pada kitab suci AlQuran atau Hadits mempunyai beberapa arti, antara lain :

  1. Ujian
    Sebagaimana dapat kita temukan dalam Surah AlBaqarah 124 Sbb :

    Dan ketika Ibrahim diuji Tuhan-nya dengan beberapa Kalimah, lalu ditunaikannya.
    Ia berfirman : “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia !”. Ia bertanya : “Dengan anak cucuku ?”. Dia menjawab: “PerjanjianKu tidak akan mengenai orang-orang yang zhalim.”
    (Qs. 2:124)

  2. Ketetapan
    Kolu Bala Walakin Haqqot KALIMATUL ‘azabi ‘alal kafirin
    Artinya : Tetapi telah pantas Kalimah atas orang-orang kafir !(Qs. 39:71)
  3. Ucapan, Omongan atau Kalam
    Pengertian seperti ini bisa dijumpai pada hadist yang berbunyi :
    “Jihad yang paling utama ialah Kalimah yang benar dihadapan penguasa yang zalim.”

    Kata “KALIMAH” dengan arti “Ucapan, Omongan atau Kalam” ada 2 macam pengertian, yaitu :

  1. Ucapan yang dimiliki oleh manusia disebut Kalimat Hawadis, artinya Ucapan Makhluk yang bersifat fana atau rusak.
  2. Ucapan yang berasal dari Allah disebut Firman atau Kalam yang bersifat Qodim, kekal selamanya dan tidak akan rusak. Untuk lebih jelas, mari kita lihat langsung pada konteks ayat yang mengatakan bagaimana Isa dijadikan Allah, kita ambil Surah An-Nisa ayat 171 yang berbunyi :

    “Hai Ahli Kitab ! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu berkata atas Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al-Masih, ‘Isa putera Maryam itu, tidak lain melainkan utusan Allah dan KalimahNya yang Ia berikan kepada Maryam dengan tiupan ruh daripada-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu berkata: “Trinitas”, Hentikanlah ! Baik bagimu. Allah itu adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Dia dari mempunyai anak, kepunyaanNya-lah semua yang dilangit dan semua yang dibumi; Cukuplah Allah sebagai Pelindung.” (QS. 4:171)

Kata “Al Qoha Ila Maryam” yang diartikan dengan Meniupkannya kedalam rahim Maryam susunan kalimatnya berbentuk kata kerja transitif (fi’il muta’addi), yaitu kata kerja yang membutuhkan obyek penderita.

Pada ayat ini, subyeknya adalah “Allah”.
Kata kerjanya ialah “alqo” (melemparkan).
Obyek penderitanya ialah “ha” (Kalimah).

Jadi sudah jelas, yang masuk kedalam tubuh Maryam itu adalah “Kalimah Hawadis” dan bukan “Kalam Qodim”.
Sebab, mustahil Allah memasuki tubuh Maryam. Seandainya peristiwa mustahil ini bisa terjadi, maka susunan kalimatnya memakai kata kerja intransitif (fi’il lazim) sebagai berikut :

Wakola muhu yad ghulu fi Maryam
Artinya: dan Firman-Nya memasuki tubuh Maryam

Sehingga nyatalah keterangan AlQur’an dalam hal ini bahwa Kalam Allah/Firman Allah itu tidak berarti Allah itu sendiri sebagaimana yang tertulis dalam Yohanes 1:1 dan 1:14 dan digembar-gemborkan oleh umat Kristen dengan perkataan bahwa AlQur’an mendukung keTuhanan Yesus alias Isa.

Adapun juga peniupan ruh daripada-Nya sebagaimana yang telah terjadi pada Maryam itu adalah sama kejadiannya dengan tiupan ruh dari-Nya yang diberikan kepada Nabi Adam as.

Tatkala Tuhanmu berkata kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan menusia dari tanah !, maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruhKu; maka hendaklah kamu tunduk bersujud kepadanya !” (Qs. 38: 71-72)

Makanya, benarlah firman Allah berikut ini :

“Sesungguhnya perbandingan Isa disisi Allah, adalah seperti Adam. Allah menjadikan dia dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya: “Jadilah !”, maka jadilah dia. (Qs. 3:59)

Adam telah diciptakan oleh Allah tanpa ayah dan ibu, Hawa diciptakan tanpa ibu dan Isa diciptakan dengan tanpa seorang bapak. Sungguh, semuanya adalah hal yang mudah saja bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Dia mampu menjadikan sesuatu yang sebelumnya tidak ada, lalu diadakan-Nya, dibentuk-Nya dunia dan seluruh alam raya ini dengan kekuasaan-Nya, apakah kita mesti harus ragu dengan kebijaksanaan-Nya ?

Orang yang menganggap bahwa kelahiran ‘Isa al-Masih itu sebagai suatu keistimewaan tersendiri dan dikatakan sebagai kelahiran Tuhan, hanyalah orang yang memperbodoh diri mereka sendiri.
Mereka membatasi ruang lingkup kekuasaan Allah sebagai Tuhan yang serba Maha.

Tidak lain semuanya karena mereka itu tetap terpengaruh akan pemikiran orang masa lalu yang pengetahuan mereka akan peristiwa ilmiah ini amatlah dangkal, sehingga segala sesuatu itu senantiasa dikait-kaitkan dengan hal-hal yang irrasional.

Apa yang terjadi dan dialami oleh Maryam ini sudah bukan pada tempatnya lagi untuk didongengkan oleh kaum Nasrani selama ini sebagai cikal bakal kelahiran seorang Tuhan atau anak Tuhan.

Saya kutipkan dari Majalah Kartini no.5 tahun 1975 halaman 32 sbb :

“Pada tanggal 30 September tahun lalu, lahirlah anak perempuan saya melalui pembedahan Keizersnee, seorang bayi cantik gemuk dengan mata biru seperti mata saya, dengan rambut sawo matang seperti rambut saya dan halus seperti kulit saya juga.

Dokter spesialis mengatakan bahwa dia segera akan melakukan penyelidikan medis terhadap saya dan anak saya itu. Dan pada akhir Desember, dokter memberitahukan sesuatu yang penting kepada saya : “Nona Young,” katanya: “Anda ini dapat dikatakan sebagai suatu keajaiban medis. Anda merupakan kejadian yang ketiga kalinya dalam sejarah ilmu pengobatan dimana dengan pasti dapat ditentukan tentang terjadinya suatu parthenogenese.”

Suatu PARTHENOGENESE ialah suatu kelahiran perawan.
Seorang wanita menjadi hamil tanpa ada hubungan seks dengan seorang pria.
Itu pernah terdapat di Jerman pada tahun 1945 dan sebelum itu juga di Brazilia. Didalam dunia hewan hal itu lebih banyak terjadi, namun pada manusia jarang sekali.”

Akhirnya Allah Swt membukakan pintu kebenaran-Nya, bahwa apa yang telah dialami dulu oleh Maryam atas kelahiran ‘Isa al-Masih adalah suatu hal yang bersifat alamiah dan bukan sesuatu yang istimewa sehingga harus dikabarkan bahwa bayi yang dikandung dan dilahirkan secara parthenogenese sebagai anak Tuhan, terbukti dengan adanya kelahiran-kelahiran serupa yang terjadi pada masa sekarang ini.

Adakah kaum Nasrani pun akan mengatakan bahwa anak-anak yang dilahirkan oleh para perawan tanpa adanya hubungan seks dengan laki-laki manapun alias secara Parthenogenese itu sebagai anak Tuhan juga sebagaimana halnya anggapan mereka terhadap diri ‘Isa al-Masih alias Yesus The Christ ?

Pada masa lalu, orang senantiasa takjub akan suatu peristiwa atau kejadian yang aneh-aneh, mereka senang terhadap yang sifatnya menghebohkan, sebab itu pula makanya Allah menurunkan Nabi dan Rasul-Nya dengan beragam mukjizat yang bersifat hebat dan mentakjubkan.

Tercatatlah kemukjizatan dari Nabi Ibrahim yang tidak mempan dibakar oleh api, Nabi Musa yang mampu membelah lautan dengan tongkatnya, dan dengan tongkat itu pula dia menghadapi tukang sihir Fir’aun, Nabi Sulaiman yang mampu menundukkan Jin dan manusia serta pandai berbahasa binatang, Nabi ‘Isa putra Maryam bisa berbicara kepada manusia semasa dia masih dalam buaian ibunya serta mampu menghidupkan orang mati dan menjadikan burung dengan seizin Allah.

Masih ada banyak lagi sederetan Nabi dan Rasul Allah yang membekal mukjizat yang dahsyat yang tercatat dalam al-Qur’an, tetapi jika kita simak lebih jauh lagi, ternyata Nabi-nabi dan Rasul tersebut tidak selalu berhasil dengan gemilang didalam dakwah kenabian mereka kepada umat.

Semua mukjizat yang mereka punyai, cenderung dianggap sebagai suatu sihir yang mempesonakan.
Untuk itu pada periode pengutusan Nabi Muhammad Saw selaku Nabi yang terakhir, Allah tidak hanya membekali beliau dengan mukjizat-mukjizat yang hebat sebagaimana yang dimiliki oleh Nabi-nabi-Nya sebelum itu, Allah telah menurunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebuah mukjizat terbesar sepanjang jaman.

Sebuah muikjizat yang mampu menjadikan dunia terang benderang, mengantarkan kepada kebahagiaan manusia.
Itulah dia yang bernama AlQur’an, yang dijadikan sebagai petunjuk bagi mereka yang bertakwa.

Suatu kitab suci yang membuka diri untuk penelaahan ilmiah oleh para ahli dan kaum cendikiawan disetiap masa dan disetiap waktu, mukjizat yang akan abadi selama-lamanya.

Keadaan Maryam yang telah mendapatkan kedudukan terhormat dari Allah Swt, selaku wanita pertama yang melahirkan seorang Nabi dan Rasul melalui peristiwa parthenogenese pada masa lampau itu telah membuat banyak orang heran karenanya.

Waktu itu masyarakat mengenal Maryam adalah seorang yang senantiasa beribadah kepada Allah dan tidak pernah dijamah oleh seorang laki-laki manapun, dia adalah seorang perawan. Lalu jika mendadak mereka melihat Maryam hamil dan melahirkan, timbul prasangka yang macam-macam terhadap diri Maryam ini, maka bertanyalah mereka kepadanya.

“Hai Maryam, sesungguhnya engkau telah berbuat satu perkara yang luar biasa !
Hai saudara perempuan Harun !, bukanlah ayahmu seorang penjahat dan ibumu bukan seorang penzina”.
Maka ia (Maryam) menunjuk kepada anaknya.
Mereka bertanya : “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang dalam buaian ?”

Ia berkata: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku kitab dan Dia menjadikan aku nabi.
Dan Dia menjadikan aku seorang yang berbakti di mana saja aku berada, dan Dia mewajibkan aku sholat dan zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Keselamatan atasku pada hari aku dilahirkan dan pada hari aku akan mati dan pada hari aku akan dibangkitkan dengan keadaan hidup.”
(Qs. 19-27-33)

Pada ayat ke-28 surah 19 diatas ada disebutkan teriakan dari Bani Israil kepada Maryam dengan perkataan : “Hai saudara perempuan Harun !, inilah penjelasannya :

Nama bapak Nabi Musa adalah Imran, dan nama cucu Nabi Musa juga Imran.
Dalam al-Qur’an surah Maryam 27-28 diterangkan bahwa Maryam adalah saudara Harun (Ukhta Harun) :

  1. Dalam Bible, Yesus itu disebut ‘Putra Daud’, padahal antara Daud dengan Yesus itu berjarak 750 tahun, dan diselingi oleh beberapa keturunan Daud (Matius 1:1)
  2. Maryam adalah anak perempuan Imran, cucu kesekian dari Musa.
  3. Bapak Nabi Musa bernama Imran juga.
  4. Dengan demikian, Maryam ibundanya Isa al-Masih dapat disebut sebagai anak perempuan Imran, seperti Yesus disebut sebagai anak Daud.
  5. Jika Maryam ibunya nabi Isa dapat disebut anak perempuan Imran, dengan sendirinya Maryam dapat disebut ‘saudara Harun’, karena Harun itu adalah anak laki-laki Imran.

Begitulah, salah satu mukjizat tanda kenabiannya sudah diperlihatkan oleh Allah dengan diberikan-Nya kepada Isa kuasa untuk dapat berbicara kepada umatnya sewaktu ia masih dalam buaian ibunya, Maryam.

Tapi apa yang terjadi kemudian, umatnya malah menjadi ingkar, bahkan berita keajaiban kelahiran ‘Isa dan mukjizatnya yang dapat berbicara ketika masih dalam buaian ini telah dianggap sebagai menjelmanya Tuhan dalam perwujudan manusia.

Apa yang terjadi pada Bani Israil ini sungguh suatu kekejian terhadap Allah.
Merasa umatnya semakin ingkar dan mendakwakan yang bukan-bukan pada dirinya serta ibundanya, yang membuat Allah telah meminta pertanggung jawaban darinya atas hal yang demikian, maka Isa menampik sendiri semua berita bohong tersebut.

Dia berkata: “Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan kebijaksanaan (Hikmat) untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertaqwakah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu, oleh itu sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus.” (Qs. 43:63-64)

al-Qur’an mengangkat derajat Maryam sebagai seorang wanita yang suci (lihat al-Qur’an surah ali-Imran (3) ayat 42) dan menisbatkan silsilah ‘Isa al-Masih kepada nasab ibunya, Maryam, tanpa harus menghubung-hubungkan silsilah ‘Isa kepada Daud, Sulaiman, Natan dan Yusuf Arimatea apalagi harus menghubungkannya selaku keturunan dari Tuhan !

Bismillahirrohmanirrohim,

Selamat Rahmad dan Berkah ALLAH, Semoga Tetap Padamu..

Saudara – saudariku yang dimuliakan ALLAH, renungilah olehmu suatu perkara yang sebahgian daripada kita tidak mengetahui dan tidak pula memikirkannya. Sesungguhnya ALLAH itu Esa lagi berdiri sendiri, Ia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, oleh karena yang sedemikian itu adalah sifat dariapda makhluk-Nya. bermula pasal yang pertama yaitu kejadian tujuh petala langit dan tujuh petala bumi dengan segala gerangan perkara yang berada diantara keduanya.

Kemudian didalamnya terdapat beberapa pasal yang menyatakan Nur Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam dengan segala yang takluk daripadanya. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda:” Bahwa ALLAH Subhana Wa Ta’ala, tiadalah yang tiada beserta-Nya suatu juapun segala peristiwa.

Suatu ketika berkumpullah pengikutnya lagi berkata: “ya Rasulullah..Dimanakah Tuhan kita tat kala Ia belum menjadikan sekalian makhluk?, Rasulullah bersabda: artinya “bahwasanya tiadalah Ia dibawah dan tiada pula di atas” artinya; bahwa ALLAH berada pada ilmu-Nya, seperti Firman  ALLAH ta’ala dalam hadist qudsy, artinya; “Adalah Aku pada perbendaharaan yang tersembunyi,maka Aku kehendaki dengan dia (makhluk) perihal mengenal-Ku, maka Aku jadikan sekalian makhluk agar mengenali-Ku.

Firman ALLAH yang lain dalam hadist qudsy yang diriwayatkan oleh Ja’bar radhiallahu anhu, artix; bahwa “nyawa Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, dijadikan ALLAH daripada zat-Nya & dijadikan ALLAH sekalian alam daripada nyawa Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam. Kemudian sabda Rasulullah yang lain, artinya; “Akulah yang dijadikan ALLAH yang pertama & sekalian mu’min itu ALLAH jadikan daripadaku. Dan lagi Firman ALLAH didalam hadis qudsy yang lain, artinya; Ku-jadikan segala sesuatu itu adalah karenamu.. ya Muhammad, dan Aku jadikan engkau karena-Ku.

Wahai sadara – saudariku sekaliannya, tiadalah kisah itu cukup jika dituliskan melainkan disisi ALLAH telah termaktub segala ilmu dan pengetahuan itu dalam genggaman-Nya. Ia memberi pada yang meminta dan sekali – kali tidak pada yang enggan. Ketahuilah..bahwasanya ilmu lagi pengetahuan itu, tiadalah habis dalam pencaharianmu sampai jasad tak lagi bernyawa dan jasad semesta alampun tiada jua.

Sumber : Tajul Muluk

Maka tuntutlah ilmu sejauh mata engkau memandang dan sedalam hatimu berbicara. Akan tetapi yang dituntut daripadamu hanyalah ilmu syar’i lebih baik, oleh karena ialah satu – satunya ilmu lagi pengetahuan yang kelak maupun kini membawa engkau pada jalan kebenaran yaitu “akhirat”. Sesungguhnya ilmu syar’i itu adalah satu derajat lebih tinggi daripada ilmu dunia (sosial,ekonomi,pengetahuan alam,matematika,fisika dan lain sebagainya). Sedang pengetahuan duniamu hanyalah semata untuk duniamu sedang pengetahuan akhirat (agama) engkau adalah untuk dunia lagi akhiratmu. jika engkau mengetahui.. Wallahu A’lam Bish Showab

Jika terdapat perkataan yang  kurang berkenan dalam artikel ini, maka..kepada ALLAH aku memohon ampun..sedang padamu sekaliannya..aku memohon maaf.. ^_^

https://tausyah.wordpress.com