Kontroversi Dan Kajian Sejarah Kelahiran dan Wafatnya Serta Penyaliban Yesus (Isa Al-Masih) dalam Qur’an dan Injil

Posted: 31 Juli 2010 in Kristologi
Tag:, , , , ,

Oleh: Armansyah

Tidak pernah manusia memperselisihkan seseorang dalam sejarah sehebat perselisihan mereka tentang pribadi Nabi ‘Isa putra Maryam yang bergelar al-Masih itu. Dan tiada pula pernah manusia sebelumnya saling bahu membahu dalam pembunuhan diantara mereka sebagaimana serunya usaha kearah itu hanya karena sosok ‘Isa al-Masih.

Mereka saling berselisih, membunuh dan memutuskan persaudaraan. Perselisihan diantara manusia begitu buasnya dan pemutusan hubungan diantara mereka begitu tegas. Disatu pihak ada yang tidak percaya bahwa ‘Isa al-Masih pernah ada dan mereka memandang bahwa munculnya ‘Isa dalam sejarah hanyalah sebagai legenda atau khayalan mimpi belaka (Jesus is just an imagination).

Semakin banyak upaya untuk menemukan siapa Jesus alias ‘Isa sebenarnya, semakin tampak betapa sedikitnya sejarah beliau yang diketahui. Catatan yang membahas tentang kehidupan dan ajarannya sangat terbatas. Gambaran tentang Jesus atau ‘Isa yang diberikan oleh kebanyakan orang hanyalah sebuah polesan yang direkayasa, sekalipun ada nilai-nilai kebenaran didalamnya.

Ada banyak manusia telah begitu mengagungkan sosok ‘Isa putra Maryam hingga menjadikannya sebagai Tuhan yang layak untuk disembah, ada pula yang mengangkatnya selaku seorang dewa sebagaimana dongeng para dewa dijaman benua Atlantis, dan ada pula diantara mereka yang telah mensejajarkan ‘Isa al-Masih dengan malaikat bahkan meninggikannya diatas kelas malaikat hingga pada derajat anak dari penguasa alam semesta.

Terlepas dari ini semua, fakta dilapangan mengatakan bahwa dua golongan terbesar didunia telah mendominasi pemahaman mengenai diri pribadi ‘Isa al-Masih putra Maryam, yaitu golongan kaum Yahudi, golongan kaum Kristen.

Meski demikian, dari ketiga golongan tersebut tidak ada satupun yang memberikan informasi secara pasti mengenai tahun kelahiran ‘Isa al-Masih si manusia misterius, jikapun itu ada maka informasinyapun jauh dari akurat, misalnya menurut catatan yang ada dalam Injil Lukas 2:1-20, ‘Isa al-Masih telah dilahirkan ketika diselenggarakan sensus penduduk diwilayah Syiria dan Palestina atas perintah Kaisar Augustus (27 SM – 14M) sekitar tahun 7 Masehi (759 Romawi), setelah Kaisar Herodes Archelaus (4SM – 6M) dipecat oleh pemerintah Romawi dan Yudea secara langsung dijadikan wilayah propinsi Roma.

Sebaliknya, dalam Injil Matius, ‘Isa al-Masih diceritakan telah dilahirkan pada masa pemerintahan Kaisar Herodes Agung (37 – 4SM), ayah dari Kaisar Herodes Archelaus yang wafat pada tahun 4 SM (749 Romawi).

Kedua perbedaan riwayat kelahiran ‘Isa al-Masih oleh Matius dan Lukas ini sangatlah tajam sekali dan tidak bisa dikompromikan. Salah satu diantaranya haruslah salah atau justru kedua-duanya salah semua, sebab tidak mungkin keduanya benar !

‘Isa al-Masih masih menurut Bible digambarkan telah lahir dikota Bait Lahm (Betlehem), sekitar 6 mil sebelah selatan ibukota Jerusalem (Darussalam). Dan kelahiran ‘Isa al-Masih ini menurut kitab al-Qur’an telah terjadi ditengah padang pasir yang terik dibawah rimbunan pohon Kurma yang akhirnya menjadi santapan Maryam, ibunya.

“Maka dari dekatnya, diserukan : Janganlah engkau (Maryam) berduka cita; sesungguhnya Tuhanmu telah menyiapkan bagimu sebuah mata sungai lalu goyangkanlah pohon kurma itu, disana dia akan berguguran buah-buahnya yang masak.”
(al-Qur’an, Maryam 19:24-25)

Dari penjelasan al-Qur’an ini bisa diambil kesimpulan, bahwa ‘Isa al-Masih dilahirkan pada awal musim rontok (gugur), karena buah-buah kurma dapat berguguran kebumi, dan itu kira-kira tanggal 21 September hingga 21 Desember.

Pada akhir musim rontok yaitu sekitar tanggal 21 Desember, dedaunan dan buah-buahan akan sudah habis berguguran (runtuh) sehingga tidak satupun yang masih terlihat pada pohonnya dan menunggu mulai musim dingin, yaitu tanggal 21 Desember.

Musim dingin di Palestina biasanya diakhiri pada tanggal 21 Maret.
Jadi Nabi ‘Isa al-Masih sesuai pernyataan al-Qur’an telah dilahirkan pada musim gugur (rontok) yaitu kurang lebih pada bulan September atau Nopember, menjelang bulan Desember, yaitu buah atau daun-daun mulai bersemi kembali (musim dingin).

Karena ‘Isa al-Masih lahir dan hidup dalam lingkungan bangsa Yahudi di Palestina yang meliputi wilayah Yudea bagian selatan dan Galilea bagian utara, maka amat penting untuk mengenal kehidupan ‘Isa al-Masih dan masyarakat Yahudi dimasanya. Dia lahir dan hidup disaat Palestina dalam keadaan tidak tentram.

Dari masa kemasa bangsa Israil (Yahudi) harus bertikai dengan bangsa lain. Setelah 40 tahun tinggal dipadang Tiah disemenanjung Sinai -setelah Nabi Musa wafat sekitar abad ke-11 SM– Yoshua berhasil merebut wilayah Palestina dari suku Edom, Kanaan dan Filistin. Tetapi setelah Nabi Sulaiman putra Nabi Daud wafat (973 – 933 SM), Israil ditaklukkan oleh raja Sargon I dari kerajaan Asiyria pada tahun 722 SM.

Kemudian Nebukadnezar dari Babilonia datang menaklukkan dan menguasai Yerusalem pada tahun 586 SM. Bait Allah yang dibangun dimasa pemerintahan Nabi Sulaiman dibiarkan utuh, tetapi harta wakaf yang tersimpan di Bait Allah dan harta kekayaan istana dirampas.

Bangsa Yahudi melakukan pemberontakan terhadap kekuasaan Babilonia itu. Dan didalam melancarkan serangan balasannya, tentara Nebukadnezar telah menghancurkan Bait Allah berikut seluruh isi kota Yerusalem.

Dan pada tahun 538 SM roda nasib kaum Yahudi berputar, Babilonia ditaklukkan oleh kerajaan Persi, dan Cyrus alias Koresi (550 – 530 SM) mengizinkan orang-orang Yahudi pulang ke Yudea untuk membangun kembali Bait Allah dan kota Yerusalem serta mengembalikan harta kekayaan yang dirampas oleh Nebukadnezar.

Bekas tawanan Yahudi yang pulang kembali ke Yudea berjumlah 42.360 jiwa. Disamping membawa budak dan wanita sebanyak 7.337 jiwa. Didalamnya termasuk 200 laki-laki dan gadis penyanyi. Kafilah besar itu membawa 736 ekor kuda, 245 ekor bagal, 435 ekor unta dan 6.720 ekor keledai (Kitab Ezra 2:64-69)

Sayangnya bangsa Yahudi tidak lama menikmati kekuasaan otonom dari pihak Persi yang raja-rajanya kala itu menganut agama Zarahustra, sebab Persi ditaklukkan oleh Alexander (337-323 SM) dari Makedonia pada tahun 322 SM yang menjadi raja Yunani tahun 323 SM dan berkelanjutan terus dibawah kekuasaan Yunani sampai tahun 168 SM dimana pecah pemberontakan total bangsa Yahudi dibawah pimpinan Makkabe bersaudara.

Pada masa itu terbentuklah kerajaan Yahudi kembali dibawah dinasti Makkabe (168 – 63 SM), namun tidak berusia lama, karena pada tahun 63 SM, wilayah Palestina, Syiria dan Asia kecil ditaklukkan oleh Imperium Romawi.

Sejak dibawah kekuasaan Imperium Romawi itulah sejarah bangsa Yahudi di Palestina diliputi kekacauan dan pemberontakan, disebabkan beban pajak yang teramat berat beserta penghinaan-penghinaan terhadap agama bangsa Yahudi yang dibawa oleh Nabi Musa as.

Disebabkan penindasan bangsa penakluk selama berabad-abad dan silih berganti, maka mereka menyimpan dendam yang selalu membara dihatinya. Namun dalam kondisi yang sehitam-hitamnya, diantara mereka ada golongan yang mengharapkan datangnya seorang Musa baru beserta pendampingnya (seperti Harun), yang akan menghantam bangsa penjajah dan menghidupkan kembali ajaran-ajaran Allah. Dan Musa baru inilah yang disebut sebagai Mesiah atau al-Masih.

Impian dan keyakinan bangsa Yahudi dari hari kehari dalam menantikan seorang al-Masih baru terus berkembang dan mereka siap mengelu-elukan kedatangan Musa baru yang mampu membebaskan bangsa Yahudi dari cengkraman Imperium Romawi, dan mengembalikan kemegahan serta kejayaan nenek moyang mereka dimasa lalu, terutama dimasa-masa pemerintahan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman.

Sebagian besar harapan dan keyakinan akan datangnya al-Masih untuk mengembalikan kemegahan Daud telah menyebabkan mereka berpendapat bahwa sang Mesias itu haruslah juga dari bibit dan benih Nabi Daud itu sendiri yang memiliki aliran darah pejuang dan bangsawan besar.

Nabi Daud dan Nabi Sulaiman telah terbukti mampu mengungguli seluruh kerajaan dunia dalam hal kekuatan dan kekayaannya; ketika seluruh kerajaan dunia takluk dan tunduk dibawah pemerintahan keduanya; ketika seluruh bangsa bertekuk lutut dibawah telapak kaki bangsa Yahudi.

Namun bangsa Yahudi tidak pernah tahu bahwa sebelum Nabi Sulaiman wafat, dimasa awal pemerintahannya, beliau sudah bermunajat kepada Allah agar dilimpahkan kerajaan yang tidak akan pernah terulang lagi pada masa kapanpun itu, baik oleh orang-orang Yahudi maupun bukan.

Ia berkata:”Ya Tuhanku ! berilah perlindungan kepadaku dan karuniailah untukku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapapun sesudahku, karena Engkau sungguh Yang Maha pemberi”.
(QS. 38:35)

Impian kaum Yahudi bahwa al-Masih yang berupa perwujudan dari Musa yang akan mengantarkan bangsa Yahudi kembali menjadi bangsa besar dan pilihan itu tampaknya memang tidak akan pernah terwujudkan dalam sejarah peradaban dunia.

Kisah kelahiran ‘Isa al-Masih secara ajaib telah menaruh satu prasangka tersendiri dalam kalangan umat Yahudi, mereka mencoba menghubung-hubungkan silsilah Maryam maupun Yusuf Arimatea (bapak angkat ‘Isa al-Masih menurut versi Bible) kedalam garis keturunan Nabi Daud.

Karena ulah kaum Yahudi tersebut, maka kacaulah sudah nasab ‘Isa al-Masih.

Hal ini bisa kita lihat adanya konfrontasi antara Riwayat Lukas dengan Riwayat Matius didalam menjabarkan silsilah sang Mesias, dimana Matius 1:6-16 telah menghubungkan ‘Isa al-Masih dalam 26 generasi dari Nabi Daud dan mencuplik Ya’kub sebagai ayah dari Yusuf Arimatea serta menyilangkan nasabnya kepada Nabi Sulaiman, maka Lukas lebih frontal lagi, dalam pasal 3:23-31 dia telah menghubungkan ‘Isa al-Masih dalam 41 generasi sebelum Daud dengan mencuplik Eli sebagai ayah dari Yusuf Arimatea dan mengambil silsilah dari Natan, saudara Nabi Sulaiman.

Tentu saja hal ini telah menghancurkan sejarah suci sang Mesias itu sendiri, sebab bagaimanapun juga, ‘Isa al-Masih, bukan anak kandung yang terlahir dari darah dan daging Yusuf Arimatea bersama Maryam, sebab sebelum keduanya menjadi suami istri, Maryam sudah hamil karena kuasa Allah.

Kisah penyaliban yang kontroversial pun telah membuat satu perdebatan yang seru, baik didalam kalangan Kristen maupun didalam kalangan orang Islam sendiri. Banyak yang mencoba memberikan pentafsiran atas kejadian yang berlaku pada waktu itu yang dilandasi dengan dalil-dalil yang menurut mereka cukup akurat dan memperkuat statement mereka tersebut.

Sebagian ada yang mengemukakan teori masih hidupnya ‘Isa dilangit yang kita coba refleksikan dengan pengetahuan modern terkini, yaitu dengan jalan menjadikan ‘Isa al-Masih dan ibunya sebagai manusia yang telah dipindahkan oleh Allah dari bumi kita ini menuju keplanet bumi Allah lainnya diluar angkasa.

Sebagaimana halnya dengan kehidupan yang berlaku dimuka bumi kita ini, tentunya kehidupan dibumi-bumi Allah yang lain itupun akan serupa dengan yang kita jumpai disini. Masalah usianya yang panjang mungkin masih bisa direlevansikan dengan kisah para Ashabul Kahfi yang hidup selama 350 tahun ? atau juga tentang usia dari Nabi Nuh yang 950 tahun.

Memang terlalu dini untuk kita menyalahkan konsep-konsep dari teori masih hidupnya putera Maryam bersama ibunya disalah satu planet bumi yang lain diangkasa raya sana, karena baik itu al-Qur’an atau juga ilmu pengetahuan masih bisa menerima konsep tersebut dengan baik (anda bisa membaca pendapat saya mengenai hal ini secara panjang lebar langsung pada website saya di www.geocities.com/armansyah_skom pada artikel studi kritis Islam tulisan dibawah tahun 2003).

Diluar itu, adanya pemandangan sebagian umat Islam yang lainnya bahwa Nabi ‘Isa telah wafat dan dikuburkan dibumi ini sebelum periode kenabian Muhammad Saw tiba 600 tahun sesudahnya pun tidak bertentangan dengan satupun ayat al-Qur’an maupun penemuan-penemuan modern yang mengindikasikan mengenai keberadaan kuburan Isa al-Masih seperti yang terdapat di India.

Kontroversi hidup matinya Isa al-Masih tidak disebutkan oleh al-Qur’an secara jelas, adapun tulisan-tulisan sejumlah pihak yang menggunakan ayat-ayat al-Qur’an seolah al-Masih masih hidup sampai sekarang ataupun Isa al-Masih sudah wafat tidak lebih dari pemahaman masing-masing saja.

Hadis-hadis yang bercerita mengenai turunnya al-Masih secara phisik tidak luput dari hal-hal yang berbau mitos, irrasional dan saling berlawanan satu sama lainnya sehingga tidak heran jikaImam Ahmad sebagaimana dikutip oleh A. Hassan dalam buku tanya jawabnya mengatakan kalau tidak ada satupun hadis yang bercerita tentang kejadian-kejadian yang akan datang bisa diterima otentisitasnya.

Saya setuju itu, berat dugaan saya bahwa hadis-hadis tersebut lebih banyak terpengaruh ataupun mungkin direkayasa oleh orang-orang Yahudi dan Kristen atau bisa saja hasil penafsiran para muallaf Islam yang sebelumnya kafir terhadap kisah Isa al-Masih, dan saya tidak perduli apakah hadis itu riwayat Bukhari atau Muslim atau siapapun karena memang saya bukan orang yang bertaklid buta terhadap para perawi hadis. Kasus yang sama bisa dilihat dari keberadaan Injil Barnabas yang terbukti hanyalah hasil rekayasa seorang Kristen yang masuk Islam dan mencoba mematahkan argumentasi Ketuhanan Yesus dengan cara membuat tandingan dari 4 kitab Injil.

Kisah kekufuran Bani Israil sudah secara gamblang dipaparkan oleh al-Qur’an didalam banyak ayat-ayatnya, sejak dari mulai masa kenabian Musa as dan Harun hingga pada periode ‘Isa al-Masih dan Muhammad Saw bahkan hingga jaman-jaman yang akan datang.

Kisah penyaliban atas diri Nabi ‘Isa al-Masih putera Maryam telah disepakati oleh semua orang disebabkan karena terjadinya pengkhianatan diantara para sahabatnya yang setia.

Kisah pengkhianatan ini sebenarnya tidak hanya bisa kita peroleh dari dalam Bible yang diyakini oleh umat Kristen namun juga al-Qur’an sudah menggambarkan akan peristiwa tersebut.

“Tatkala Hawariyin (sahabat-sahabat setia) berkata : Wahai ‘Isa putera Maryam! Apakah berkuasa Tuhanmu menurunkan kepada kami satu hidangan dari langit ?;

Maka ‘Isa menjawab : Takutlah kepada Allah jika memang kamu betul-betul orang-orang yang beriman.!” Mereka berkata : Kami ingin agar kami makan darinya dan supaya kami yakin bahwa sesungguhnya engkau sudah berkata yang benar terhadap kami dan jadilah kami ini orang-orang yang menyaksikan.” (Qs. al-Maidah 5:112-113)

Disini sebenarnya kita sudah melihat adanya bibit-bibit kekurang percayaan orang-orang yang berada disekitar ‘Isa al-Masih terhadap dirinya dan Allah, sama persis seperti yang sudah sering kita baca dan kita bahas mengenai perilaku murid-murid ‘Isa yang sering membangkang terhadapnya didalam Bible.

Sekian lama mereka menjalani kehidupan bersama, menyebarkan dakwah dibawah bimbingan Nabi ‘Isa kepada masyarakat dan membuktikan sendiri mukjizat-mukjizat kenabian ‘Isa al-Masih, namun mereka masih tetap merasa kurang yakin.

Kita lihat dalam jawabannya, ‘Isa menegur kelakuan para sahabatnya ini yang seolah tidak beriman kepada Allah dan dirinya selaku Rasul; Ini bukan teguran ‘Isa yang pertama terhadap sikap para sahabatnya semacam ini, kita lihat didalam surah ali-Imran ayat 52 :

“Ketika ‘Isa merasa akan kekufuran dari mereka, ia bertanya: Siapakah penolong-penolongku kejalan Allah ?; Maka para sahabatnya menjawab : Kami adalah pelayan-pelayan Allah, kami telah beriman kepada Allah dan lihatlah, bahwa sesungguhnya kami orang-orang yang muslimin.”
(Qs. ali Imran 3:52)

Atas jawaban para Hawariyin ini, Allah memberikan jawaban yang sangat jelas sekali bagi kita untuk menjadi bukti atas kebenaran ucapan mereka ini didalam ayat selanjutnya :

“Dan mereka membuat tipu daya, namun Allah (juga) membuat tipu daya; dan sesungguhnya Allah itu sepandai-pandainya menipudaya.”
(Qs. ali Imran 3:54)

Disini bisa kita pahami, bahwa ayat ini merupakan tanggapan Allah atas pernyataan Hawariyin yang mengaku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya yaitu ‘Isa al-Masih yang dikatakan pada ayat sebelumnya;

Dan dari sini kita bisa menangkap satu fenomena bahwa diantara para sahabat tersebut tidak semuanya mereka ini benar-benar beriman sebagaimana yang diucapkan oleh mulutnya, sebab menurut Allah, mereka telah mengatur satu rencana yang jahat, membuat satu tipu daya yang ditujukan kepada Rasul-Nya namun rencana tersebut akan dikalahkan oleh Allah dengan tipu daya pula.

Ingatkah anda akan firman Allah dibawah ini ?

“Karena kesombongan dibumi dan merencanakan tipu daya yang jahat, padahal rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain kepada orang yang merencanakannya sendiri”.
(Qs. Faathir 35:43)

Dari ayat-ayat ini kita bisa mentafsirkan bahwa satu tipu daya yang jahat yang telah diatur oleh sebagian dari Hawariyin untuk ‘Isa akan dibalas oleh Allah dengan tipu daya-Nya pula dengan menjadikan orang yang merencanakan makar ini termakan oleh rencananya sendiri.

Dan dalam ayat lanjutan ali-Imran 55 , Allah meneruskan firman-Nya :

“Tatkala Allah berkata: Wahai ‘Isa! Sungguh Aku akan mengambilmu dan akan mengangkatmu kepadaKu, dan akan membersihkanmu dari mereka yang kafir, serta akan menjadikan orang-orang yang mengikutimu diatas mereka yang kafir hingga hari kiamat.”
(Qs. ali Imran 3:55)

Ayat ini merupakan lanjutan dari ayat sebelumnya yang mengatakan bahwa Allah akan membalas tipu daya orang-orang yang jahat kepada Rasul-Nya.

Dari sini kita juga bisa mengambil satu kesimpulan bahwa rencana jahat yang dimaksudkan terhadap diri Nabi ‘Isa tidak akan bisa terjadi terhadap sang Nabi akan tetapi Allah akan mengembalikan rencana jahat tersebut menimpa kepada orang itu sendiri dan Allah akan menyelamatkan Nabi-Nya tersebut dari rencana jahat itu dengan peristiwa “pengangkatan” dan pembersihan nama baiknya.

Kita baca ayat berikutnya :

“Maka adapun mereka yang kufur itu, Aku akan menyiksa mereka satu siksaan yang keras didunia dan akhirat; dan mereka tidak akan mendapatkan penolong-penolong.”
(Qs. ali Imran 3:56)

Ayat ini kita kembalikan dengan ayat yang juga menceritakan peringatan Allah terhadap kaum Hawariyin didalam surah al-Maaidah :

“Allah berkata : Sesungguhnya Aku akan menurunkannya untukmu, tetapi barang siapa dari antara kamu yang kufur sesudah itu, maka akan Aku azab dia dengan satu azab yang tidak pernah Aku perbuat terhadap seorangpun daripada makhluk-makhluk.”
(Qs. al-Maidah 5:115)

Diayat ini kita juga menemukan isyarat langsung dari Allah, bahwa akan ada yang kufur terhadap Allah dan Rasul-Nya diantara kaum Hawariyin tersebut setelah usainya Hidangan dari langit diturunkan, yaitu sesudah terjadinya jamuan makan malam ketuhanan menurut teologi Nasrani.

Kita ketahui dari Bible, bahwa dari 12 orang murid utama ‘Isa, ada seorang yang telah berkhianat dengan jalan menjual informasi mengenai keberadaan ‘Isa terhadap para ahli Taurat dan orang-orang Romawi. Murid tersebut diyakini bernama Yahudza al-Askharyuti atau Yudas Iskariot.

Dan Yudas digambarkan memiliki rencana yang jahat terhadap ‘Isa al-Masih setelah acara jamuan makan malam al-Maidah selesai dengan membocorkan rahasia keberadaan sang Nabi kepada musuh-musuhnya sehingga mereka melakukan penyerbuan terhadap persembunyian ‘Isa al-Masih.

Namun sesuai dengan janji Allah, bahwa rencana yang jahat tidak akan menimpa selain kepada orang yang sudah membuat rencana itu sendiri, begitu pula halnya dengan diri ‘Isa al-Masih, beliau telah diselamatkan Allah dari tragedi penyaliban dengan mengangkatkan wujud ‘Isa menuju keperwujudan orang lain dan menukarkan jasad jasmani ‘Isa dengan Yahudza Askharyuti yang merupakan otak dari semua rencana jahat itu.

“Dan perkataan mereka: ‘Bahwa kami telah membunuh ‘Isa al-Masih putera Maryam, utusan Allah’, padahal tidaklah mereka membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi disamarkan kepada mereka. Orang-orang yang berselisihan tentangnya selalu dalam keraguan mengenainya. Tiada pengetahuan mereka kecuali mengikuti dugaan, dan tidaklah mereka membunuhnya dengan yakin. Tetapi Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya; karena Allah itu Gagah nan Bijaksana”
(Qs. An-Nisa’ 4:157-158)

Penafsiran diatas ini adalah penafsiran yang sangat umum sekali bisa kita jumpai dalam masyarakat Muslim kebanyakan (mainstream) meskipun sekali lagi ini bukan satu-satunya penafsiran yang ada.

Sayangnya Departemen Agama RI sehubungan dengan Surah an-Nisa’ ayat 157 telah mencampuradukkan terjemahan tersebut dengan pemahaman atau penafsiran mayoritas yang ada sebagaimana bisa kita lihat dalam al-Qur’an dan Terjemahan mereka berikut ini :

Dan karena ucapan mereka : “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, ‘Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, TETAPI (YANG MEREKA BUNUH IALAH) ORANG YANG DISERUPAKAN DENGAN ‘ISA BAGI MEREKA.”

Ada ketidakjujuran pada terjemahan tersebut, dimana tim penterjemah Departemen Agama RI telah melakukan interpolasi ayat, khususnya adanya penambahan yang bisa membuat arti ayat tersebut menjadi berbeda.

Padahal arti kata Syubiha lahum adalah samar, penyamaran atau disamarkan kepada mereka (maksud mereka disini merujuk pada orang-orang yang melakukan penyaliban itu yaitu tentara Romawi dan para Rabi Yahudi).

Bagaimana bisa sampai Departemen Agama RI menterjemahkan istilah penyamaran menjadi orang yang diserupakan dengan ‘isa ?

Adalah syah dan lumrah saja bila para penterjemah itu berkeyakinan Nabi Isa tidak disalib dan masih hidup dilangit sampai sekarang dan kelak akan turun lagi kebumi ini. Namun secara obyektif pemandangan ini tidak bisa dijadikan terjemahan dari kata Syubiha lahum karena dia hanya berbentuk penafsiran dan bukan arti dari kata Syubiha lahum itu sendiri.

Adapun terjemahan yang seharusnya adalah sebagaimana dituliskan pada bagian atas yang akan kita tuliskan lagi :

“Dan perkataan mereka: ‘Bahwa kami telah membunuh ‘Isa al-Masih putera Maryam, utusan Allah’, padahal tidaklah mereka membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi disamarkan kepada mereka. Orang-orang yang berselisihan tentangnya selalu dalam keraguan mengenainya.”

Bagaimana cara penyamaran ini sebenarnya terjadi itulah titik awal timbulnya dua pendapat tadi, bahwa ada yang berpendapat penyamaran dilakukan terhadap diri Isa al-Masih dengan proses substitusi wajah Yudas dan ada pula yang berpendapat bahwa penyamaran itu dilakukan dengan membuat Isa al-Masih seolah berhasil dibunuh padahal beliau hanya dipingsankan oleh Tuhan yang akhirnya disembuhkan oleh salah satu murid rahasianya sebagaimana kisah-kisah ini bisa ditemui didalam beberapa kitab Injil umat Kristen.

Lebih jauh lagi, ulama yang berpendapat penyamaran itu berdasarkan substitusi wajah dan perawakan Yudas iskariot mendasarkan pula kajiannya terhadap ayat berikut :

Ketika Allah berkata: “Hai ‘Isa ! Sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan akan mengangkat kamu kepadaKu serta akan membersihkan kamu dari mereka yang kafir…” (QS. 3:55)

Lagi-lagi para mufassir Islam berbeda pendapat mengenai ayat diatas.
Perbedaan tersebut berawal dari penterjemahan ayat “Tawaffa” (mewafatkanmu).
Makna dari “Tawaffa” adalah “Imatah” (mematikan).

Kata “Tawaffa” tidak menunjukkan waktu tertentu dan juga tidak menunjukkan bahwa kematian itu telah berlalu, namun Allah Swt mewafatkannya kapan saja. Yang jelas tidak ada dalil bahwa waktunya telah berlalu.

Mengenai bersambungnya kata “Mutawafika” dengan kata “Warofi’uka” tetap tidak menunjukkan satu hubungan yang sifatnya berurutan. Sejumlah ahli bahasa sepakat berpendapat bahwa kata sambung /wau/ itu tidak memberi faedah urutan waktu dan tidak pula Jama’ (mengumpulkan) akan tetapi memberi faedah Tasyrik (keikutsertaan).

Hal ini bisa kita lihat dalam firman Allah yang menyatakan penciptaan langit dan bumi, terdapat beberapa ayat yang menyebutkan penciptaan bumi lebih dahulu seperti dalam Surah Al Baqarah 29 dan surah Thaha 4. Akan tetapi terdapat lebih banyak ayat2 dimana langit-langit disebutkan sebelum bumi (Surah Al A’raaf 54, Surah Yunus 3, Surah Hud 7, Surah Al Furqaan 59, Surah As-sajadah 4, Surah Qaf 38, Surah Al Hadied 4, Surah An-Naazi’aat 27 dan Surah As Syams 5 s/d 10).

Jika kita tinggalkan surah An-Naazi’aat, tak ada suatu paragrafpun dalam Al Quran yang menunjukkan urutan penciptaan secara formal.

Ditinjau secara langsung kedalam bahasa arab yang terdapat hanya huruf /Wa/ yang artinya “dan” serta fungsinya menghubungkan dua kalimat. Terdapat juga kata “tsumma” yang berarti “disamping itu” atau “kemudian dari pada itu”. Maka kata tersebut dapat mengandung arti urut-urutan. Yaitu urutan kejadian atau urutan dalam pemikiran manusia tentang kejadian yang dihadapi. Tetapi kata tersebut dapat juga berarti menyebutkan beberapa kejadian-kejadian tetapi tidak memerlukan arti urutan-urutan.

Bagaimanapun periode penciptaan langit-langit dapat terjadi bersama dengan dua periode penciptaan bumi.

Didalam Al Quran, hanya terdapat satu paragraf yang menyebutkan urutan antara kejadian-kejadian penciptaan secara jelas, yaitu antara ayat 27 s/d ayat 33 Surah An-Naazi’aat.

Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit [planet-planet] itu ? Allah telah membangunnya, Dia meninggikan bangunannya [mengatur jarak orbit masing-masing] lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap, dan menjadikan siangnya terang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan darinya air, dan tumbuh-tumbuhannya. Dan tenaga alamiah dipancangkan-Nya dengan teguh, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.”
(QS. 79:27-33)

Perincian nikmat-nikmat dunia yang Allah berikan kepada manusia, yang diterangkan dalam bahasa yang cocok bagi petani atau pengembara (nomad) didahului dengan ajakan untuk memikirkan tentang penciptaan alam. Akan tetapi pembicaraan tentang tahap Tuhan menggelar bumi dan menjadikannya cocok untuk tanaman, dilakukan pada waktu pergantian antara siang dan malam telah terlaksana.

Jelas disini bahwa ada dua hal yang dibicarakan: kelompok kejadian samawi dan kelompok kejadian-kejadian dibumi yang diterangkan dengan waktu. Menyebutkan hal-hal tersebut mengandung arti bahwa bumi harus sudah ada sebelum digelar dan bahwa bumi itu sudah ada ketika Tuhan membentuk langit.

Dapat kita simpulkan bahwa evolusi langit dan bumi terjadi pada waktu yang sama, dengan kait mengkait antara fenomena-fenomena. Oleh sebab itu tidak perlu pula kita memberi arti khusus mengenai disebutkannya kata bumi sebelum langit atau langit sebelum bumi dalam penciptaan alam. Tempat kata-kata tidak menunjukkan urutan penciptaan.

Bertolak dari sini, maka ayat yang berbunyi :

Izqolallahu ya’Isa Inni mutawaffika warofi’uka, Artinya : Ketika Allah berkata: “Hai ‘Isa ! Sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan akan mengangkat kamu kepadaKu, bisa juga bermakna demikian :

Izqolallahu ya’Isa Inni rofi’uka illa wamutawaffika, yang artinya menjadi : Ketika Allah berkata: “Hai ‘Isa ! Sesungguhnya Akulah yang mengangkatmu kepadaKu dan yang mewafatkanmu.

Selain itu juga ada pendapat yang mengatakan bahwa kata “Mutawafa” adalah mati dalam arti tidur untuk diangkat kelangit, sehingga ayat tersebut bermaknakan “Inni munimuka warofi’uka Illa” (Sesungguhnya Aku menidurkanmu dan mengangkatmu kepadaKu)

Hal ini juga berdasarkan dalil bahwa didalam AlQur’an juga terdapat pemutlakan kata wafat untuk makna tidur, seperti dalam firman Allah :

Wahualladzi yatawaffakum billayli waya’lamuma jarohtum binnahari
Dan Dialah yang memegang/menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari.
(QS. 6:60)

Allah memegang jiwa-jiwa ketika matinya dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya; lalu ditahanNya jiwa yang telah ditetapkan kematiannya dan dilepaskanNya yang lain sampai satu masa yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.
(QS. 39:42)

Didalam AlQur’an dibenarkan memutlakkan kata wafat untuk tidur. Jika demikian bisa jadi diangkatnya Nabi Isa putra Maryam itu dalam keadaan tidur sebagaimana dikatakan oleh Al Hasan Basri.

Penafsiran lainnya lagi datang dari Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Qatadah bahwa ia berkata: Ini termasuk masalah muqaddam dan muakhkhor atau mendahulukan kata yang datang belakangan dan mengakhirkan kata yang datang lebih dahulu.

Jadi firman Allah tentang wafatnya Isa itu bisa diartikan menjadi :

Rofi’uka wamutawaffika
Kami mengangkatmu dan mewafatkanmu

Dia mengangkatmu (ke planet bumi lain) lalu menurunkanmu (kembali keplanet bumi sekarang) dan mematikanmu sebelum hari kiamat, agar kamu menjadi salah satu tanda hari kiamat tiba.

Jadi faedah menjadikan Isa putra Maryam sebagai tanda hari kiamat sebagai pemberitahuan bahwasanya diangkatnya Isa kelangit itu tidaklah menghalangi kematiannya.

Selanjutnya penafsiran lain, kata “Mutawwafa” adalah isim fail (nomina verbal) dari kata kerja “Tawaffahu”, sehingga dapat diartikan “Jika ia menggenggamnya dan menghimpunnya kepadanya”.

Ibnu Qutaibah menafsirkan dalam kitab Gharibil Qur’an bahwa menggenggamnya dari bumi tanpa harus mematikan. Imam Ibnu Jarir Ath Thabari berkata: Kita sudah ketahui bahwa jika Allah mematikannya, maka tidak mungkin ia mematikannya sekali lagi lalu mengumpulkannya menjadi dua mayat.

Sehingga penafsiran ayat itu menjadi :

Wahai Isa, sesungguhnya Akulah yang menggenggammu dari bumi dan yang mengangkatmu kepadaKu serta yang mensucikanmu dari orang-orang kafir yang mengingkari kenabianmu.

Syaikh Muhammad Jamil Zainu, seorang ulama Mekkah dan merupakan staff pengajar di Daarul Hadis Al Khairyah Mekkah mengatakan bahwa semua penafsiran tersebut adalah shahih, namun ia sendiri lebih condong kepada penafsiran yang terakhir, yaitu Yang menggenggam diri Isa dalam keadaan hidup didunia, bukan dalam keadaan mati dan juga bukan dalam keadaan tidur.

Sementara ayat : “Inni mutawaffika warofi’uka Illa” merupakan penjelasan tentang cara wafatnya.

Kata “Tawaffa” juga berarti “menyempurnakan, menerima, mengambil, menggenggam”, dalam konteks “mematikan” terdapat dalam surah Ali Imran ayat 3:193

Watawaffana ma’al abrori
“…dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang baik.”

Dengan arti menyempurnakan pahala, terdapat dalam surah Ali Imran 3:57

Wa ammalladzi na amanu wa’amilussolihati fayuwaffiyahum ujurohum
“Adapun orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, maka Allah menyempurnakan pahala bagi mereka…”

Dengan arti menerima/mengambil/menggenggam terdapat dalam surah Az-Zumar 39:42

Allahuyatawaffal anfusahina mawtiha wallati lamtamutfi manamiha
“Allah menerima/mengambil/menggenggam jiwa-jiwa ketika matinya dan yang tidak mati sewaktu tidurnya…”

Dan “Tawaffa” dengan makna “menyempurnakan janji” bisa dilihat dalam surah Ali Imran ayat 3:55 yang kita bicarakan:

Izqolallahu ya’Isa Inni mutawaffika warofi’uka,
Ketika Allah berkata: “Hai ‘Isa ! Sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan akan mengangkat kamu kepadaKu…

Dalam Bible [Matius 26:36-40] diterangkan, sewaktu Jesus [Isa Almasih] ditaman Getsemani dengan para sahabatnya, Jesus mengetahui kaum Yahudi akan membunuhnya, maka Jesus berdoa agar diselamatkan dari pembunuhan dengan cara disalibkan, karena Jesus tahu bahwa tergantung diatas salib itu adalah terkutuk [Galatia 3:13].

Dan ayat Ali Imran 3:55 itu diwahyukan kepada Isa Almasih untuk menenangkan beliau yang berarti “Sesungguhnya Aku menyempurnakan janjiKu kepadamu dengan mengangkatmu [menyelamatkan jasad dan Jiwamu] kepadaKu dan membersihkanmu [memuliakanmu] dari orang-orang kafir serta menjadikan para pengikutmu [kaum Hawariyin] diatas orang-orang kafir hingga hari kiamat.”

Dengan penafsiran seperti ini maka jelas bahwa Isa Al-masih tidak tersalibkan. Lalu bagaimana dengan penafsiran bahwa Isa al-Masih memang sudah wafat dalam arti sebenarnya ?

Para ulama yang membela paham ini tidak merubah-rubah arti dan urutan dari firman Allah yang mengatakan bahwa pengangkatan terjadi setelah kewafatan… dimana Allah lebih dahulu mewafatkan Isa, dan selanjutnya mengangkatnya.

Kalimat Ini mutawaffika wa rafi’uka tidak bisa dirubah menjadi Inni rofi’uka dan wamutawaffika… apalagi merubah Inni mutawaffika menjadi Inni munimuka …. (Aku mewafatkan engkau) ditafsirkan dengan Aku menidurkan Engkau.

Kata hubung waw (dan) dalam ayat ini tidak bisa tidak harus dipahami apa adanya dimana dia menunjukkan adanya tartib atau urutan dalam waktu, bahwa pertama Isa telah diangkat, kemudian baru ia akan dimatikan.

Adanya penafsiran yang membuat kalimat ini bertukar tempat dimana “waw” tidak menunjukkan urutan (tartib) dalam ayat ini, dan bahwa rafi’uka (Aku meninggikan engkau) adalah lebih dulu dan mutawafifika ( Aku akan matikan engkau) adalah kemudian, terpaksa akan menyebabkan firman-firman Allah perlu dirubah -sebagaimana halnya orang-orang Yahudi yang merubah-rubah perkataan-perkataan dari tempatnya dan ini jelas sangat tercela didalam Islam.

Ungkapan muttawaffika harus diartikan bahwa Aku akan lindungi engkau dari mati terbunuh oleh kaum itu dan akan menganugerahi engkau umur panjang yang sudah ditetapkan bagi engkau, dan akan membuat engkau mati secara biasa (wajar).

Kata rafi’uka ilayya (mengangkat engkau kepadaKu) bisa ditarik persamaan dalam beberapa ayat al-Qur’an lainnya, seperti : “Rumah-rumah yang diperintahkan Allah supaya mereka diangkat (turfa’a)” dalam surah 24:36 atau “Dan amal salih yang akan dia angkat(yarfa’ahu) dalam surah 35:10.

Atau juga “Sekiranya Kami mau, kami tentu akan mengangkatnya (larafa’nahu) dengan itu, tetapi ia cenderung ketanah” sebagaimana dijumpai dalam surah 7:176 serta “Allah akan mengangkat (yarfa’i) orang-orang yang beriman dari kamu.” pada surah 58:11.

Selain itu, bisa juga ditarik persamaan arti ayat ini dengan beberapa sabda Nabi seperti : “Dengan Al-Qur’an ini Allah akan mengangkat (yarfa’u) beberapa orang merendahkan yang lainnya” – Riwayat Ibnu Majah. Juga ada dikemukakan bahwa kata kerja itu juga digunakan orang Muslim dalam shalat hariannya Allahumarfa’ni (Ya Allah, angkatlah aku).

Dengan demikian, penggunaan kata rafa’a tidak selalu harus dalam arti harafiayah melainkan bisa juga dalam arti kiasan yaitu dengan memberikan kedudukan, kehormatan dan martabat yang tinggi disisi Allah.

Apalagi dalam kasus Isa al-Masih ini juga bisa dijumpai ayat lainnya yang secara tegas mengisyaratkan akan sudah wafatnya Isa al-Masih sekarang ini (artinya dia sudah wafat sebelum Muhammad lahir dan diutus menjadi Nabi).

” Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di antara mereka, tetapi sesudah Engkau wafatkan aku (tawaffaitani) Engkaulah yang menjadi penjaga atas mereka, dan Engkau menjadi saksi tentang segala sesuatu ” (5: 117).

Maksud ayat ini Isa al-Masih berlepas tangan terhadap umatnya yang apabila setelah kematiannya mereka berbalik murtad dan kafir dari apa yang sebelumnya sudah ia ajarkan kepada mereka.

Kata Mutawaffi berasal dari kata tawaffa.
Didalam bahasa Arab kalimat tawafallahu Adaman adalah berarti… Tuhan telah mengambil nyawa Adam…… maksudnya Tuhan telah mematikan si Adam.

Akhirnya, ayat yang bercerita mengenai penyaliban dan pengangkatan dimaknai sebagai berikut :

“Tidaklah mereka (…berhasil) membunuhnya dan tidaklah pula mereka menyalibnya (… dalam arti sebenarnya), melainkan disamarkan (…kejadian pembunuhan dan penyaliban itu) kepada mereka, dan mereka yang berselisih tentang itu berada dalam keadaan ragu tentang itu; mereka tidak punya pengetahuan tentang itu dan hanya mengikuti suatu dugaan, dan (dugaan) itu tidak diobah mereka menjadi kepastian” – Qs An-Nisaa 4: 157.

Bersambung..

https://tausyah.wordpress.com

Komentar
  1. […] Kontroversi Dan Kajian Sejarah Kelahiran dan Wafatnya Serta Penyaliban Yesus (Isa Al-Masih) dalam Qu… […]

    Suka

  2. […] Firman Allah dalam Surah An Nisa’ ayat 157, bahwa sesungguhnya Nabi Isa tidak dibunuh dan tidak disalib, maka berarti anggapan mereka terhadap Isa adalah bukan atas dasar ilmu, tetapi hanya berdasarkan […]

    Suka

  3. […] bahwa Allah belum pernah dilihat oleh seorangpun juga melainkan hanya dinyatakan melalui Jesus selaku utusan-Nya sebagaimana yang dinyatakan oleh Jesus sendiri dalam Injil Yohanes 17:8 dan Samuel […]

    Suka

  4. […] bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman […]

    Suka

  5. […] lahir. Secara istilah Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk memperingati hari kelahiran Isa Al Masih – yang mereka sebut Tuhan Yesus. Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325 – 354 […]

    Suka

  6. […] “doktrin trinitas”, perbedaan antara Bapa dan Anak adalah esensial. Namun, prinsip ini dikaburkan oleh Yohanes 14:9. […]

    Suka

  7. […] tidak ada yang mengetahui siapa mereka sebenarnya. Matius, Markus, Yohannes, dan Lukas benar-benar sosok misterius dalam sejarah penulisan Injil. Betapa anehnya, kitab suci yang seharusnya digunakan sebagai pedoman hidup ternyata ditulis oleh […]

    Suka

  8. […] Yusuf dan Maria ketika menunggu kelahiran Yesus ? a. Lari ke Mesir menunggu sampai Herodes meninggal, karena Herodes membunuh semua bayi lelaki […]

    Suka

  9. […] Ayat-Ayat Bibel Serta Pendapat Dan Pemikiran Paulus « Tausiyah In Tilawatun Islamiyah pada Kontroversi Dan Kajian Sejarah Kelahiran dan Wafatnya Serta Penyaliban Yesus (Isa Al-Masih) dalam Qu…Berbagai Kontradiksi Ayat-Ayat Bibel Serta Pendapat Dan Pemikiran Paulus « Tausiyah In […]

    Suka

  10. […] secara keseluruhan, bahasa yang digunakan dalam penyusunan kitab-kitab dalam Perjanjian Lama –salah satunya adalah kitab Yesaya- adalah bahasa Ibrani yaitu bahasa dari umat tempat kitab itu […]

    Suka

  11. […] telah kafirlah orang-orang yang berkata, ‘Sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putera Maryam’.” (Qs. al-Maa’idah [5]: […]

    Suka

  12. […] dimaksud ialah, barang siapa mengakui Yesus mati disalib untuk menebus dosa manusia dan mengakui Yesus sebagai Tuhan maka ia akan masuk sorga, dan barang […]

    Suka

  13. […] Selain itu, untuk menambah kelengkapan penjelasan bahwa anak Tuhan yang dipakaikan terhadap Yesus hanyalah satu kiasan, kita tarik lagi benang merah antar ayat-ayat Bible. […]

    Suka

  14. […] Natal sendiri berasal dari bahasa portugis yang artinya maulid, kelahiran, seperti dalam istilah Dies Natalis (Hari Kelahiran), sedang kata Christmas berasal dari kata Cristes maesse, frase dalam bhs Inggris yg berarti Mass of […]

    Suka

  15. […] penyaliban atas diri Nabi ‘Isa al-Masih putera Maryam telah dipercayai oleh semua orang disebabkan karena terjadinya pengkhianatan diantara para […]

    Suka

  16. […]  atas  kenabiannya,  sekalipun  saya  belum  pernah melihatnya,   dan   membenarkan   kenabiannya,   sekalipun   saya   belum   pernah   bertemu dengannya,” kata orang Arab […]

    Suka

  17. […] dugaan, dan (dugaan) itu tidak diobah mereka menjadi kepastian” – Qs An-Nisaa 4: 157. sumber: tausyah […]

    Suka

  18. […] Rabbnya Yang Maha Mulia. Yang mana tiadalah ia membawa seuatu apapun yang ia peroleh selama ia hidup di muka bumi melainkan hanya amalannya […]

    Suka

  19. […]  atas  kenabiannya,  sekalipun  saya  belum  pernah melihatnya,   dan   membenarkan   kenabiannya,   sekalipun   saya   belum   pernah   bertemu dengannya,” kata orang Arab […]

    Suka

  20. […] jantung dan hati, sedangkan kemunduran energi panas ginjal mengganggu fungsi-fungsi limpa kecil dan […]

    Suka

  21. […] Gejala-gejala kemunduran energi panas secara signifikan berkaitan dengan kehilangan energi atau panas. Serupa dengan kemunduran energi dingin ginjal, ada dengungan pada telinga, pusing, dan rasa sakit di punggung bawah. Namun rasa sakit ini ditandai dengan rasa dingin, lemah, dan lesu yang sangat. Biasanya kemunduran energi dingin ginjal menimbulkan gangguan pada jantung dan hati, sedangkan kemunduran energi panas ginjal mengganggu fungsi-fungsi limpa kecil dan paru-paru. […]

    Suka

  22. […] Rabbnya Yang Maha Mulia. Yang mana tiadalah ia membawa seuatu apapun yang ia peroleh selama ia hidup di muka bumi melainkan hanya amalannya […]

    Suka

  23. […] tanggal lahirnya Yesus itu 5 sampai 6 tahun ke belakang tahun Masehi. Kesulitan menentukan tanggal kelahiran Yesus, kehidupannya dan kematiannya terpaksa ditimbulkan kembali karena adanya keterangan-keterangan yang banyak terdapat dalam […]

    Suka

Tinggalkan komentar