Posts Tagged ‘Ulil Amri’

https://tausyah.wordpress.com/Rukyatul-Hilal

Rukyatul Hilal

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Selamat Rahmad dan Berkah ALLAH, semoga tetap padamu..

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Sesungguhnya segala sesuatu ketetapan atas segala sesuatu keputusan manusia adalah milik ALLAH Tabaraka wa Ta’ala dan tiadalah semestinya terdapat suatu golongan muslim mendahului segala putusan itu, melainkan dengan hukum ALLAH Tabraka wa Ta’ala. Maka, dalam perkara hasil sidang Isbat akan tetapnya hari dimulainya bulan suci ramadhan ini, berpegang teguhlah kamu sekalian atas segala ketetapan ALLAH dan Rasul-Nya yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadis. Kemudian, jika engkau beroleh perselisihan atas keputusan sidang Isbat itu, maka kembalikanlah urusan itu kepada ALLAH Tabaraka wa Ta’ala dan Rasul-Nya serta orang-orang Ulil Amri maupun pemimpin negeri lagi seumpama keputusan pemerintah didalam suatu negeri. Seupama Ikadi (Ikatan Da’I Indonesia) yang sepenuhnya mengikuti pemerintah yaitu kementrian agama dalam penentuan penetapan hari dimulainya bulan suci ramadhan ini, sedang diantara majelis ulama di Indonesia senantiasa dalam perselisihan yang nyata dalam penetapannya yang menjadikan ummat berpecah belah lagi bergolong-golongan karenanya. Seumpama Ikadi (Ikatan Da’i Indonesia) adalah cenderung kepada keputusan sidang Isbat Kementrian Agama bersama seluruh ormas Islam dan para ulama sebelum ramadhan, karenanya wahai akhi lagi ukhti sekalian..jikalaulah masih terdapat perselisihan tentang ulama yang satu dengan yang lain perihal 1 ramadhan, maka..ikutilah sidang Isbat oleh kementrian agama..sedang mereka berkumpul lagi bermusyawarah sesama ulama diseluruh Indonesia dan lagi atas sekalian Ormas Islam Nusantara untuk beroleh keputusan yang lebih baik atas kepentingan sekalian ummat.  (lebih…)

https://tausyah.wordpress.com/al-Muslimah

al-muslimah

Seorang gubernor pada zaman Khalifah Al-Mahdi, pada suatu hari mengumpulkan sejumlah tetangganya dan menaburkan uang dinar dihadapan mereka. Semuanya saling berebutan memunguti uang itu dengan suka cita. Kecuali seorang wanita kumal, berkulit hitam dan berwajah jelek. Ia terlihat diam saja tidak bergerak, sambil memandangi para tetangganya yang sebenarnya lebih kaya dari dirinya, tetapi berbuat seolah-olah mereka orang-orang yang kekurangan harta.

Dengan keheranan sang Gubernor bertanya, “Mengapa engkau tidak ikut memunguti uang dinar itu seperti tetangga engkau?”

Janda bermuka buruk itu menjawab, “Sebab yang mereka cari uang dinar sebagai bekal dunia. Sedangkan yang saya butuhkan bukan dinar melainkan bekal akhirat.”

“Maksud engkau?” tanya sang Gubernor mulai tertarik akan kepribadian perempuan itu.” (lebih…)