Posts Tagged ‘Kristenisasi’

Kristenisasi Menghina Islam

Oleh : H Hartono Ahmad Jaiz

Ketika orde baru pimpinan Soeharto berjaya, banyak pejabat yang tak mau tahu bila diberi tahu tentang kristenisasi dan pemurtadan terjadi di mana-mana di pelosok  penjuru  Indonesia. Tetapi setelah dikeluarkan buku “Fakta dan Data” (kumpulan laporan dari  Majalah Media Dakwah), semua pihak terperangah  dan  yakin bahwa  pihak misionaris zending telah bekerja keras memurtadkan ummat Islam secara membabi buta.

Namun keterperangahan atas dimurtadkannya sejumlah ummat Islam di sana-sini itu tidak diikuti dengan kebijakan yang melindungi ummat Islam sepenuhnya.  Maka terjadilah pemandangan yang menyakitkan bagi ummat Islam. Tempat-tempat strategis dan pemukiman-pemukiman ummat  Islam tahu-tahu bermunculan gereja di tengah-tengahnya. Padahal di sekitarnya adalah penduduk Muslim, dengan adat Islami. Sentimen dan perang batin pun terpendam di hati dengan aneka rasa.

Di tengah kemelut jiwa yang melanda dan menekan perasaan ummat  Islam itu, malah sering-sering muncul tokoh Islam yang nyeleneh, yang lebih membela orang palangis ketimbang memperhatikan sesama Muslim. Bahkan sang tokoh pembela palangis walau duduk di jam’iyah Islam merasa risih dengan rintihan  Muslimin  yang disertai bacaan ayat “Walan tardho…”:

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (QS Al-Baqarah: 120).

Masih dikumandangkannya ayat walan tardho… oleh para muballigh di mana-mana, lama-lama menjadikan panasnya kuping si pembela palangis itu. Hingga secara resmi dalam muktamar jam’iyah itu di Pesantren Cipasung Jawa Barat 1994, ia (Gus Dur) dengan lantang menentang orang-orang yang menyuarakan ayat walan tardho itu. Sewotnya Gus Dur saat itu dengan cara menyalahkan pemahaman Ummat Islam pada umumnya terhadap ayat tersebut, hingga Gus Dur mengemukakan penafsiran lain. Kata Gus Dur, ayat “Walan tardho” itu  hanya terbatas khusus mengenai akidah. Tidak yang lain.

Kenapa tidak sekalian dikatakan saja: ayat “walan tardho” itu tidak berlaku, kalau terhadap diri saya. Padahal seandainya dia katakan demikian, justru masalahnya menjadi jelas.

Bentrokan Islam-Kristen

Tidak berapa lama kemudian, terjadilah keributan di mana-mana antara Islam dan Kristen. Di antaranya ummat Islam dibunuh dan masjid/mushollanya dibakari oleh orang-orang Katolik  di  Dili Timor  Timur 1994, orang-orang Nasrani di Maumere  NTT  membakari dan  berusaha membunuhi ummat Islam pada tahun 1995.

Peristiwa  di  Surabaya dan  Situbondo  Jawa Timur 1996,Tasikmalaya  1997,  Ketapang  dan Kupang  serta  Ambon  dan Sambas 1999. (lihat  Dialog  Jum’at,  6 Agustus  1999).  Terakhir  sampai  bunuh-bunuhan,  berulang-ulang kali  yaitu  di  Ambon, sejak Idul Fitri  1419H/  Januari  1999M,  diulangi Juli 1999 sampai kini 2001.

Di  saat ummat Islam sangat prihatin atas gencarnya  pemurtadan,  sedang  jeritan ummat Islam tak digubris itu,  justru  para pejabat  Orde  Baru serta para penjilat,  banyak  yang  berpidato membanggakan pancasila saat itu. Kata mereka, bahwa berkat pancasila, maka negeri  kita  Indonesia walau berbeda-beda  agama  namun  relatif paling aman di dunia.

Pemberhalaan  pancasila  sudah sedemikian rupa  saat  itu.  Di Ambon  itu, kata mereka saat itu,  masyarakatnya yang Islam  membantu  pembangunan  gereja, sedang yang Kristen  pun  sebaliknya, membantu  pula pembangunan Masjid. Itu berkat pancasila,  katanya pula.

Sesumbar-sesumbar  yang  telah  dikeluarkan  oleh  mulut-mulut mereka  itu kemudian dibalikkan oleh Allah. Seharusnya,  ketika perang agama seperti di Ambon, (diawali oleh penyerangan  dari pihak Nasrani terhadap Muslimin pas Idul Fitri 1419H / 19 Januari 1999),  mestinya  mereka mengumumkan  permintaan  maaf  dan mencabut  ucapan-ucapannya  yang telah kelewat  batas  menyanjung pancasila  dulu itu. Seharusnya mereka meminta maaf seribu  maaf, kemungkinan  besar turunnya adzab dengan aneka krisis  dan  kekacauan  di  Indonesia itu di antaranya akibat  kelancangan  mulut-mulut  mereka yang telah menyepelekan Allah SWT dan  hukum-hukum Nya,  diganti  dengan berhala bikinan mereka. Namun  tidak.  Lain lagi ceritanya. Yang dibanggakan kemudian adalah bahwa  golongannya  merupakan  golongan yang lintas agama.  Bila  yang  dibunuhi ummat  Islam,  maka mereka diam, karena tidak merasa  ada  kaitan apa-apa.   Hanya saja kalau ada orang palangis  terbunuh,  mereka ikut berteriak, karena sebagai orang yang berfaham lintas agama.

Pemurtadan mereka anggap kecil

Apalagi  hanya kristenisasi, pemurtadan terhadap ummat  Islam. Orang  yang namanya nyawa muslimin dibantai dengan  sepengetahuan mereka  pun  mereka tidak merasakan apa-apa.  Itulah  keadaannya. Kata  pepatah Arab, mayat itu takkan merasa walau dilukai.  Artinya,  hati  yang  sudah mati, yang sudah tidak  ada  kontak  sama sekali  dengan Islam, walau Islam dihancurkan, tetap saja  mereka tidak merasakan apa-apa, ibarat mayat, sudah.

Buku-buku Kristenisasi menghina Nabi dan membohongi

Di  kala  pihak palangis tahu betul  bahwa  orang-orang  yang  serakah  terhadap  jabatan telah jadi mayat-mayat bila  di  depan agamanya  (Islam) alias tidak peduli lagi itu, maka  digunakanlah kesempatan  yang  dianggap baik itu untuk menjerat  ummat  Islam. Ditulislah buku-buku dan slebaran yang menipu ummat Islam,  menghina Islam, tetapi memakai label Islam.

Mereka  semakin berani melakukan kristenisasi secara  terbuka bahkan  lebih keji, mereka menggunakan Al-Quran dan Al-Hadits  untuk membenarkan ajaran sesat mereka. Tentunya dengan memutar balikkan ajaran Islam, untuk mengelabui Ummat Islam.

Gerakan  kristenisasi dengan kedok dakwah, ukhuwah dan  shirathal  mustaqim digencarkan. Gerakan kristenisasi yang  licik  dan keji  itu  dikordinasi oleh Yayasan Nehemia yang dipelopori  Dr Suradi  Ben  Abraham, Kholil Dinata, dan Drs  Poernama  Winangun alias H Amos.

Mereka telah mengeluarkan beberapa buku di antaranya:

1. Upacara Jama’ah Haji

2. Ayat-ayat yang Menyelamatkan

3. Isa alaihis salam dalam Pandangan Islam

4. Riwayat Singkat Pusaka Peninggalan Nabi Muhammad saw.

5. Membina Kerukunan Umat Beragama

6. Rahasia Jalan ke Surga

7. Siapakah yang bernama Allah itu?

Isi  buku-buku dan brosur tersebut sangat menghina  Islam,  di antaranya:

– Upacara Ibadah haji adalah penyembahan berhala tertutup.

– Islam agama khusus untuk orang Arab, Al-Quran kitab suci  orang Arab,  Nabi Muhammad nabi untuk orang Arab yang  mengajarkan  penyembahan berhala dan tidak akan selamat di akherat.

– Tuhan orang Islam adalah batu hitam (hajar aswad).

– Waktu shalat sangat kacau dan Al-Quran tidak relevan.

– Nabi Muhammad memperkosa gadis di bawah umur.

– Al-Quran  untuk  Iblis, Injil petunjuk bagi  umat  Islam  yang taqwa.

– Bapaknya Yesus adalah Allah subhanahu wata’ala.

– Semua umat masuk Neraka kecuali umat Kristen.

– Nabi Muhammad wafat mewariskan kitab Injil.

– Khadijah, isteri Nabi Muhammad beragama Kristen.

Itulah  di antara tuduhan-tuduhan keji dan  kebohongan  mereka. Kristenisasi  di  masa  Reformasi ini  bukan  sekadar  pemurtadan secara  mempengaruhi,  namun sampai  menghina dan  menodai  Islam dengan  mencetak buku-buku yang menodai kesucian Islam dan  aneka upaya  jahat.  Bahkan  sampai memperkosa  wanita  untuk  kemudian dimurtadkan, seperti yang terjadi di Padang Sumatera Barat.

Sanggahan terhadap tuduhan keji

Tuduhan keji itu perlu dibuktikan, dan berikut ini kami kutipkan  sanggahan  seperlunya, untuk menunjukkan  betapa  licik  dan busuknya mereka itu.

— Ibadah haji dituduh sebagai penyembahan berhala tertutup,  itu  tuduhan  keji.  Tidak bolehnya orang non Muslim ke  Makkah  bukan untuk menutupi upacara ibadah haji. Dan ibadah haji itu tidak ada penyembahan berhala seperti dituduhkan H Amos. Namun tidak bolehnya orang non Muslim ke Masjidil Haram itu perintah langsung dari Allah SWT dalam Al-Quranul Kariem:

Artinya: “Hai orang-orang  yang  beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu  najis,  maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini.” (QS At-Taubah/ 9: 28).

Tuduhan  bahwa upacara ibadah haji tertutup, itu juga  bertentangan  dengan  kenyataan, karena  ditayangkan pula  ke  berbagai negara di dunia ini lewat televisi. Terbukti tak ada  penyembahan berhala dalam upacara ibadah haji, dan tak tertutup seperti  yang dituduhkan dengan keji itu.

—  Nabi Muhammad SAW dituduh hanya Rasul untuk bangsa Arab,  dan tidak  akan selamat di Akherat. Tuduhan itu sangat jahat.  Karena Allah  telah menegaskan dalam Al-Quran.

Artinya: 

“Dan Kami tiada mengutusmu (Muhammad) melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiyaa’/ 21: 107).

“Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk seluruh manusia  sebagai pemberi peringatan,  tetapi  kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Saba’/ 34: 28).

“Al-Quran  adalah suatu peringatan untuk semesta  alam.”  (QS At-Takwir/ 81: 27, dan Al-Qalam: 52).

“Dan Kami turunkan Al-Quran kepadamu (Muhammad) supaya engkau jelaskan kepada  umat manusia, apa-apa  yang  diturunkan  kepada mereka, supaya mereka berpikir”. QS An-Nahl/ 16: 44).

“Muhammad  bukanlah  bapak salah seorang laki-laki  di  antara kamu,  tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi.  Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al-Ahzaab/ 33: 40).

—   Tuduhan tentang Nabi Muhammad tidak selamat di akherat  maka harus dibacakan shalawat, itu tuduhan keji pula. Bisa  diperbandingkan dengan keadaan bahwa bayi yang meninggal dunia  keadaannya tanpa  ada dosa. Dia pasti selamat, akan masuk surga. Namun  bayi yang meninggal itu tetap disholati, dido’akan, dan dikubur sesuai dengan  aturan  Islam. Tidak seperti penguburan  binatang.  Orang yang mensholati, mendo’akan, dan menguburkan mayat bayi ini  akan mendapatkan pahala

Terhadap bayi yang belum berjasa saja harus didoakan,  apalagi terhadap  seorang  Nabi SAW yang telah sangat berjasa  bagi  umat manusia.  Ini sudah pas dari segi ajaran agama maupun  akal  yang mau menerimanya.

—  Tuduhan  bahwa Islam mengajarkan  penyembahan  berhala  batu hitam bernama hajar aswad, itu tuduhan yang amat keji dan licik. H  Amos  memutar  balikkan fakta, hajar  aswad  dianggap  sebagai berhala  yang disisakan setelah 359 berhala  dihancurkan,  dengan mengutip  hadits Bukhari tanpa disertai teksnya. Ternyata H  Amos bohong,  karena hajar aswad bukan termasuk berhala.  Teks  Hadits Bukhari nomor 832, terjemahnya:

Dari Ibnu Abbas RA, dia berkata: “Ketika Rasulullah SAW  mula-mula tiba di Makkah, beliau enggan hendak masuk Ka’bah karena  di dalamnya banyak patung. Beliau memerintahkan supaya  mengeluarkan patung-patung itu dari dalamnya, maka dikeluarkan mereka semuanya termasuk patung Nabi Ibrahim dan Islmail yang sedang memegang azlam (alat untuk mengundi). Melihat itu Rasulullah SAW bersabda:

“Terkutuklah  yang membuat patung itu! Demi  Allah!  Sesungguhnya mereka  tahu bahwa keduanya tidak pernah melakukan undian  dengan azlam, sekali-kali tidak.” Kemudian beliau masuk ke dalam Ka’bah, lalu  takbir  di  setiap pojok dan beliau sholat  ketika  itu  di dalamnya.” (Shahih Al-Bukhari nomor 832).

Tuduhan tentang waktu shalat sangat kacau, itu tuduhan sangat mengada-ada.

Penuduh membentrokkan ayat-ayat dengan Hadits  Bukhari, tanpa mau memahami. QS Al-Israa’: 78 dan  QS  Huud:  114 dibentrokkan  dengan Hadits Bukhari nomor 211,  lalu  dikomentari bahwa  yang dipakai Hadits, bukan Al-Quran. Maka dituduh  kacau. Padahal,  kalau  mau memahami, ayat-ayat maupun  hadits  tersebut semuanya bermakna bahwa shalat wajib adalah 5 waktu sehari  semalam, yaitu Shubuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya’.

—  Nabi  Muhammad dituduh memperkosa gadis di bawah  umur,  itu tuduhan sangat menghina.

Tuduhan itu hanya menunjukkan kebencian yang amat sangat, dan tidak  bisa  mengemukakan bukti-bukti larangan  tentang  menikahi gadis  dalam  batasan umur. Padahal umur 9 tahun  seperti  Aisyah yang  mulai  diajak serumah oleh Nabi SAW setelah  dinikahi  pada umur 6 tahun, itu tidak ada larangan. Sedangkan gadis-gadis  Arab pun umur 9 tahun sudah mungkin sekali haid, berarti dewasa.  Jadi tuduhan itu hanyalah kebencian yang membabi buta, dan  penghinaan yang tiada taranya. Astaghfirullaahal ‘adhiem…

Tuduhan-tuduhan lainnya seperti tertera di atas nilainya  sama saja dengan yang telah disanggah ini; semuanya adalah kebohongan, kebencian,  kelicikan,  dan penghinaan yang sangat  tidak  pantas dikemukakan oleh orang yang beradab.

Dipotong tangannya, kakinya, dan dicongkel matanya

Tingkah jahat orang yang mengaku masuk Islam kemudian menjahati kebaikan  Islam pun pernah terjadi di zaman Nabi SAW.  Di  antara contohnya tercantum dalam Hadits Shohih Al-Bukhari:

“Dari Anas RA bahwa orang-orang dari suku ‘Urainah tidak betah tinggal  di Madinah,  maka  Rasulullah  SAW  memberi  keringanan (rukhshoh)  kepada mereka untuk mendatangi onta sedekah  (zakat), lalu  mereka minum susunya dan air kencingnya (untuk  obat  sakit panas, ini menunjukkan air kencing onta tidak najis), lalu mereka membunuh penggembala dan melarikan onta. Maka Rasulullah SAW mengutus  (utusan untuk mengejar mereka), lalu (utusan Nabi)  mendatangi mereka, lalu (utusan Nabi) memotong tangan dan kaki mereka, dan  mereka dicongkel matanya, dan ditinggalkan di  daerah  bebatuan,  mereka  menggigit  batu (dalam  keadaan  sangat  sengsara, menderita berat).” (hadits shohih Riwayat Imam Al-Bukhari,  nomor 1501 bab menggunakan onta zakat dan susunya untuk ibnu sabil, dan nomor 233 kitab thoharoh).

Membunuh  penggembala  dan  melarikan  onta  adalah  kejahatan fisik.  Sedang menghina Islam, memutarbalikkan  pengertian  ayat-ayat dan Hadits atas nama Islam padahal demi Kristen adalah  jauh lebih jahat ketimbang kejahatan fisik perampok dan pembunuh  itu. Sedangkan perampok dan pembunuh itu tadi dibalas dengan  pembunuhan  pelan-pelan, yaitu tangan mereka dipotong, kaki  mereka  pun dipotong, sedang matanya pun dicongkel, lalu mereka  ditinggalkan di  padang  bebatuan yang kemungkinan panas terik  membakar  otak hingga  bisa terkena hitstrocke, yaitu strocke karena sengatan  matahari,  dalam keadaan tiada air dan makanan lagi. Lantas, hukuman apa yang pantas bagi perampok-perampok agama yang dilakukan  oleh orang-orang Nasrani, palangis dengan cara memutarbalikkan  ajaran Islam dan menghina Nabi SAW itu?

Ramai-ramai menghancurkan Islam

Kristenisasi, Orientalisme, dan Penjajahan telah menjadi satu adonan  tiga serangkai  yang  tidak  terpisahkan.  Masing-masing mempunyai tugas untuk menghancurkan Islam.

Kristenisasi  bertugas merusak aqidah; Orientalisme  memporak-porandakan  pemikiran  Islam; dan  Penjajahan  melumpuhkan  ummat Islam.

Allah  SWT  memperingatkan  dalam  Al-Quran:

Artinya: “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan  mulut (ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain  menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak  menyukai.” (QS At-Taubah/ 9:32).

Tujuan utama missionaris zending adalah menyeret  orang-orang Islam ke Kristen. Jika hal itu sulit dilakukan, maka akan dtempuh dengan  upaya  bagaimana cara mengaburkan pengertian  Islam  bagi muslimin.

Segi  politik, missionaris bertindak sebagai  antek-antek  dan mata-mata penjajah Eropa dan Barat demi merusak kesatuan Islam. Tujuan  itu diperjelas  oleh  Pendeta Simon bahwa missionaris  adalah  faktor penting sebagai penghancur kekuatan persatuan Ummat Islam.

Negara  yang  pertama kali mengembangkan  kristenisasi  adalah Belanda, yang pernah menjajah Indonesia dan memecah Jawa  menjadi kawasan-kawasan yang dibangun untuk gereja dan sekolahan.  Kemudian langkah tersebut diikuti oleh negara Eropa lainnya.

Musuh-musuh  Islam  sangat  memperhitungkan  kekuatan   Islam, melihat  pengikut  yang  demikian cepat  bertambah  banyak,  maka musuh-musuh  Islam sangat khawatir. Musuh Islam  sangat  khawatir kalau  ummat  Islam menjadi satu di bawah satu  kesatuan  bendera untuk  menuju  cita-cita Islam, akan menjadi  momok  bagi  dunia. Hingga  sejak  menjelang Perang Dunia  Kedua,  musuh-musuh  Islam telah  mengkhawatirkan  makin bertambahnya  penduduk  di  negera-negara Islam terutama Mesir.

Apabila selama 50 tahun tidak  dicegah pertumbuhan penduduknya, maka dunia akan dikuasai oleh  orang Islam,  tulis  Paul Schmitz, orang Jerman, dalam  bukunya Islam kekuatan  Internasional Esok, 1937. Padahal ummat  Islam  sedunia masih di bawah penjajahan, negera-negara Islam belum merdeka. Namun peringatan agar pertambahan penduduk Muslim dicegah  sekuat tenaga karena menjadi ancaman bagi mereka (musuh Islam) itu sudah digemakan.  Dan  kemudian, ketika  negara-negara  Islam  merdeka, musuh-musuh  Islam  itu mampu menekan  dan  mempengaruhi  negara-negara Islam untuk menekan pendudunya bahkan memaksa agar  melaksanakan  keluarga  berencana (KB), yang  pada  hakekatnya  adalah pembatasan keluarga, yang hal itu jelas haram menurut Islam.

Misi kristenisasi  dan  penjajahan bertemu di  situ,  demi  melemahkan Islam,  memperkecil jumlah ummat Islam. Sehingga walaupun  orang-orang  Nasrani  berteriak  lantang bahwa  pihak  mereka  melarang umatnya  mengikuti KB (keluarga berencana) pun tak  diapa-apakan, bahkan terhadap keturunan Cina, kalau di Indonesia tidak disentuh aturan KB. Karena sasaran utamanya hanyalah mencegah  pertumbuhan penduduk Muslim, bukan lainnya.

Missionaris, orientalis, dan imperialis bergerak  bersama-sama dalam menghancurkan ummat Islam dan memurtadkannya, dengan  dalih misi suci, padahal sebenarnya palsu. Yaitu mereka berdalih dengan Injil  Matius fasal 28 ayat 18, yang isinya menyuruh pergi ke seluruh  bumi untuk menyebarkan ajaran Yesus. Padahal,  ayat  itu hanya  dari Maria Magdalena, yang dia sendiri dalam Injil  Matius fasal 8 ayat 2 dijelaskan bahwa Maria Magdalena itu adalah perempuan yang sakit, kemasukan tujuh setan.

Ayat yang sumbernya hanya Maria Magdalena itu sendiri  bertentangan dengan ayat lain yang justru dikatakan oleh  Isa  (Yesus) sendiri di hadapan 12 pengikut setianya bahwa kalian jangan masuk ke negeri kafir mana-mana kecuali negeri Bani Israel.

Jadi  jelas, diutusnya Isa itu hanya untuk kaum  Bani  Israel. Itu tercantum pula dalam al-Quran. Artinya: “Dan  Allah akan mengajarkan kepadanya (Isa AS) Al-Kitab,  Hikmah,  Taurat, dan Injil. Dan (sebagai) rasul kepada  Bani  Israel (yang berkata  kepada mereka):

“Sesungguhnya  aku  telah  datang kepada kalian dengan  membawa  suatu  tanda  (mu’jizat) dari Tuhanmu…” (QS Ali Imran: 48).

Meskipun  sudah jelas –dari Injil dan Al-Quran– bahwa Isa itu diutus hanya untuk kaum Bani Israel, namun orang Nasrani yang diwakili  oleh  para missionaris plus orientalis  dan  imperialis tetap  ngotot  mengadakan  kristenisasi  ke  negara-negara  Islam jajahan.  Lantas  antek-antek penjajah yang di  Indonesia  sering disebut Londo Ireng (Belanda hitam) pun ikut-ikutan ngotot melancarkan  kristenisasi.

Jadi mereka itu  lebih  mempercayai  Maria Magdalena, perempuan yang dalam Injil Matius fasal 8 ayat 2 disebut  sakit  dan kemasukan tujuh setan  itu  daripada  mempercayai ucapan  Yesus sendiri di depan 12 pengikut setianya (kalau  dalam istilah  Al-Quran disebut hawaariyyuun alias pengikut setia  Nabi Isa AS, seperti halnya pengikut setia yang menyertai Nabi  Muhammad SAW disebut sahabat Nabi SAW).

Menolak tandatangani pernyataan bersama

Kengototan  mengikuti ucapan Maria Magdalena  wanita  kemasukan tujuh  setan  itupun mereka bawa-bawa,  sehingga  mereka  menolak menandatangani rumusan pernyataan bersama dalam Musyawarah  Antar Agama,  Kamis  30  November 1967. Pihak  Kristen/  Katolik  tidak menyetujui klausul yang antara lain: “…..tidak menjadikan  ummat telah  beragama sebagai sasaran penyebaran agama  masing-masing”. Padahal tokoh-tokoh agama Islam, Hindu Bali, dan Budha menyetujui hal itu. Namun pihak Kriten dan Katolik tetap ngotot tak menyetujui,  dengan  alasan  Injil Matius fasal 28 ayat  18  yang  hanya perkataan Maria Magdalena yang dijelasakan dalam Matius fs 8 ayat 2 bahwa ia adalah perempuan sakit kemasukan 7 setan itu.

Memperkosa dan memurtadkan

Tidak mengherankan apabila kemudian kristenisasi itu dilakukan dengan cara memperkosa wanita seperti yang terjadi di Padang. Khairiyah Enniswati alias Wawah (17 tahun) pelajar Madrasah Aliyah Negeri  (MAN) 2, Gunung Pangilun Padang, adalah  korban  perkosaan dan pemurtadan. Ia termasuk 500 orang Minang  (Sumatera  Barat) yang dimurtadkan dari Islam ke Kristen, menurut koran Republika. Gadis  berjilbab itu diculik, diperkosa, dan dipaksa keluar dari agamanya lewat misi rahasia yang dijalankan sekelompok orang Kristen.

Peristiwanya berawal dari Maret 1998. Suatu hari, Wawah berkenalan dengan Lia, seorang gadis berjilbab. Keakraban pun  terjadi karena  sama-sama berjilbab. Namun ternyata Lia penganut  Kristen Priotestan. Kepada Wawah, ia bercerita betapa indahnya  berkelana dalam  dunia Protestan. Tak hanya itu, ia juga  berkisah  tentang dunia seks.

Pada kesempatan lain, Lia mengajak Wawah berkeliling kota dan singgah di Gereja Protestan di Jl Bagindo Aziz Chan, Padang. Di sini,  keduanya  berbaur dengan puluhan jemaah  pimpinan  Pendeta Willy.

Singkat cerita, Wawah dipaksa masuk Kristen, kendati gadis ini menangis dan meronta. Selanjutnya Wawah diserahkan kepada Salmon, seorang  Jemaat  Gereja  yang bekerja di PDAM  Padang.  Di  rumah keluarga  Salmon itulah, Wawah juga diperkosa saat Lisa  Zuriana, istri  Salmon  keluar rumah. Lisa Zuriana  sendiri  adalah  warga Tangah  Sawah, Bukit Tinggi, asli Minangkabau yang  kini  memeluk Kristen setelah kawin dengan Salmon. Ia juga bendahara  Persatuan Kristen Protestan Sumatera Barat (PKPSB). (Dialog Jum’at, Republika, 6 Agusus 1999).

Pentingnya jihad

Di sinilah  pentingnya seruan jihad dalam  Islam  yang  nilainya sangat tinggi itu. Karena, secara internasional maupun  nasional, tidak  lain sasaran penghinaan dan pemurtadan adalah Ummat  Islam. Padahal,  mereka  itu secara teori  (landasan  kristenisasi  itu) adalah  perkataan  wanita kesetanan (kemasukan 7 setan) (lihat Matius fasal 28 ayat 18 dan fasal 8 ayat 2). Dan secara praktek, jelas kriminal, bahkan  sampai memperkosa wanita.

Di zaman Nabi SAW, ada orang yang baru menawar untuk  dibolehkan  meniduri perempuan tempat ia menginap saja, karena  mengatas namakan  adanya kebolehan (berzina) dari Nabi SAW  maka  kemudian Nabi SAW menyuruh membunuhnya. Dan ketika ia (penipu dan penghina Islam itu) kedapatan telah mati karena digigit ular, lalu  lelaki yang  menawar  berzina  (tidak sampai  memperkosa)  itu kemudian dibakar oleh sahabat utusan Nabi SAW. Lantas, kalau sudah memperkosa masih pula memurtadkan, apakah hukumannya? Dan kaum Salibis, para  penyusun  buku  dan slebaran yang  mengatas  namakan  Islam padahal membohongkan Islam dan bahkan demi pemurtadan agar  masuk Kristen, itu hukuman apa yang layak bagi mereka? Mari dibahas dan diaplikasikan,  kalau  memang kita benar-benar  sebagai  pengawal agama  Islam yang diridhoi Allah SWT ini. (Tulisan ini hasil kerjasama dengan beberapa Ustadz di LPPI. Lihat  buku-buku:  H Insan LS  Mokoginta,  Pendeta Menghujat Muallaf Meralat, 1999. Ahmed Deedat, The Choice, 1999.  Buku-buku KH  Abdullah Wasi’an, buku-buku M Natsir di antaranya  Islam dan Kristen di Indonesia).

Mungkinkah di Ranah Minang muncul konflik bermuatan SARA? Bisa jadi, jika polisi dan pemerintah terus mengabaikan kasus Kristenisasi.

Ratusan umat Islam yang bergabung dalam Aliansi Masyarakat Minangkabau Anti Pemurtadan (AMMAN), 11 Agustus lalu mendemo Poltabes Padang dan kantor Gubernur Sumatera Barat. Mereka menuntut kedua aparat terkait itu tegas dalam menangani kasus-kasus pemurtadan (baca: Kristenisasi) di Sumatera Barat.

Aksi yang digelar AMMAN ini bermula dari kerisauan warga atas kasus Kristenisasi yang seolah tak ditanggapi. Padahal sudah banyak kasus yang terjadi. Mulai dari Gereja Bagonjong dengan kasus Sate Padang Babinya, al- Qur’an bersampul Injil, kesurupan jin, sampai terakhir kasus penganiayaan atas Wawang, seorang mahasiswa IAIN Imam Bonjol. Semua kasus di atas ditenggarai sebagai proyek gerakan Kristenisasi dengan berbagai modus operandi.

Untuk kasus kesurupan jin, misalnya, pihak IAIN bahkan sama sekali tak menganggap ini masalah serius. Petinggi kampus seolah tak peduli dan berharap masalah selesai oleh waktu. Bahkan, Dr. Salmadanis, Dekan Fakultas Dakwah mengatakan, kesurupan adalah rekayasa.

Ustadz Zulkifli, seorang peruqyah (penterapi) menyayangkan pernyataan petinggi kampus IAIN tersebut. “Saya menyayangkan pola pikir kalangan IAIN yang tidak percaya pada metode yang telah digunakan sejak Rasulullah ini,” kata ustadz yang juga pengasuh Pesantren Subulussalam, Padang Pariaman.

Sama dengan petinggi IAIN, pemerintah dan juga polisi pun tak menganggap besar kasus pemurtadan ini, khususnya atas apa yang terjadi pada Wawang, mahasiswa IAIN yang kerasukan dan berakhir dengan penganiayaan.

Ihwal kisah Wawang kesurupan bermula saat ia melewati gereja GPIB Padang dan berpapasan dengan seseorang yang berpenampilan rapi, lengkap dengan dasi. Orang ini baru saja keluar dari gereja. Wawang terus dibuntuti, hingga ia ketakutan dan memutuskan untuk pulang.

Sejak peristiwa itu, Wawang sering kesurupan dan menyebut nama Yesus ketika tak sadarkan diri. Sampai suatu hari, 15 Juli 2004, ketika Wawang hendak pulang dari kampus, di tengah jalan ia merasa limbung, lalu tak sadarkan diri. Ketika sadar, ia sudah mendapati lengan kirinya berdarah dan di sampingnya tergeletak sebuah pisau bergagang hitam, sebuah gunting, pil yang dibungkus dan setumpuk uang seratus ribuan. Ada juga sebuah tiket pesawat dengan tujuan Malang, Jawa Timur.

Ketika itu, Wawang sadar bahwa dirinya berada dalam sebuah gereja. Kedua tangannya dipegang oleh dua orang laki-laki berpakaian serba hitam dan seorang lagi mencoba menyuntikkan cairan ke tangan Wawang. Semuanya bertopeng. Wawang berteriak dan meronta. Akibatnya ia sempat mendapat tamparan dari salah seorang lelaki misterius itu.

Dengan sisa tenaga, Wawang terus meronta dan berhasil merenggut topeng salah seorang penyekap. “Cirinya berkulit hitam, mata agak sipit, kumis tebal, rambut lurus dengan sisiran ke kiri. Badannya sedang,” ungkap Wawang setelah berhasil melarikan diri. Setelah mengingat-ingat, wajah itu adalah orang yang mengikuti dirinya beberapa saat sebelum kejadian.

Setelah Wawang sadar dari pengaruh obat yang disuntikkan, seorang laki-laki membisikkan kata, “Adik tenang saja. Ini uang dari kami. Kita akan berangkat ke Malang sore ini juga,” ujar salah seorang dari mereka dengan santainya. Tapi tak lama kemudian terjadi percekcokan di antara mereka. Dan tanpa diduga, setelah mereka membersihkan TKP (tempat kejadian perkara) para lelaki misterius pelaku penganiayaan itu melarikan diri dan membiarkan Wawang melarikan diri pula. Setelah itu, kasus Wawang pun menyebar.

Meski kasus ini begitu serius, tapi tampaknya pihak kepolisian tak bekerja secara profesional. “Saya kecewa dengan kinerja Poltabes Padang dalam menangani kasus ini. Jangankan membahas kasus ini, bertemu dengan jajaran petinggi Poltabes pun sulit dilakukan,” ungkap Dede Bafaqih, SH, direktur PAHAM (Pusat Advokasi Hukum dan HAM) yang menjadi kuasa hukum Wawang.

Ungkapan yang sama dinyatakan pula oleh Irfianda Abidin, Ketua Forum Penegak Syariat Islam, Sumbar. Irfianda mengatakan, Pemda Lamban dalam menangani kasus-kasus seperti ini. “

Koordinator AMMAN, Tarliasman mengatakan, jika pemerintah terus menerus bersikap seperti ini, ia khawatir masyarakat akan memberikan respon tersendiri.

Dari berbagai kasus yang terjadi di Padang atau Sumatera Barat pada umumnya, kasus Kristenisasi dan pemurtadan banyak menimpa para pelajar dan mahasiswa. Menurut Ibnu Aqil dari Paganagari, memang ada skenario tersendiri untuk menghancurkan pilar-pilar umat Islam di masa depan.

Dan jika terus menerus terjadi tanpa ada ketegasan dari aparat pemerintahan, maka jangan salahkan jika umat hilang kesabaran. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati? Atau, tegakah kita menunggu sampai bara menjadi api? (Sabili)

Irma Sagala (Padang), Herry Nurdi
Sabili

Buku saku itu, sepintas cocok dibaca oleh pemeluk Islam. Jalan Kepada Allah. Salah satu relawan dari Hizbut Tahrir, Mujiyanto, tercengang ketika melihat banyak sekali buku saku tentang Yesus bertebaran di kapal motor Verona yang ditumpanginya menuju Calang, Kabupaten Aceh Jaya. Mulanya, dia cuma mendapati satu buku di dekat nakhoda. Namun, saat ditelisik lebih jauh, buku itu berserakan di mana-mana.

”Ini pasti ada maksudnya supaya orang yang naik kapal bisa membaca itu. Kondisi Aceh betul-betul dimanfaatkan,” katanya. Fakta itu pun menguatkan pemahamannya soal adanya upaya pemurtadan di balik misi kemanusiaan membantu korban Aceh. Temuan tersebut, katanya, menguatkan bukti bahwa Kristenisasi benar-benar terjadi di Aceh setelah gempa dan tsunami menerjang.

Buku saku itu, sepintas cocok dibaca oleh pemeluk Islam. Judulnya, Jalan Kepada Allah. Padahal, isinya bicara soal ajakan mempercayai Yesus. Mereka yang tidak teliti, bisa terkecoh. Buku tersebut diterbitkan Missionary Pres Inc dengan alamat Po Box 120 New Press Indiana 46553, USA. Di Indonesia, lembaga tersebut beralamat di Tromol Pos 805 878 Surabaya Yallki-EHC.
Pada bagian dalam sampul ditulis seruan berbunyi, ”Buku ini diterbitkan oleh YALKKI-EHC kepada orang-orang Kristen, keluarga Kristen, orang-orang yang berminat dan rela untuk menerimanya.” Di situ juga tertulis frasa ‘tidak ada paksakan’ dengan huruf besar dan dicetak tebal. Dia mengakui bahwa memang upaya pemurtadan yang dilakukan secara terang-terangan itu tidak mudah terlihat. Kebanyakan aktivitas tersebut dilakukan tersamar dan jejaknya dikaburkan.
Yang jelas, menurutnya, lembaga-lembaga berbendera Kristen terlihat begitu giat beraktivitas di Aceh. Sebagian mereka berterus terang mengibarkan bendera Kristennya dan sebagian lain sembunyi-sembunyi dengan mendompleng lembaga kemanusiaan yang namanya berkesan netral. Senada dengan Mujiyanto, Manajer Relawan Dompet Dhuafa Republika, Veldy Verdiansah Armita, juga mengatakan hal yang sama. Penemuan selebaran misonaris itu dia dapatkan sewaktu mengadakan seleksi guru pada 10 Januari lalu di Banda Aceh.
”Ada guru yang melaporkan kepada saya bahwa dua warga negara Barat membagikan majalah kepada anak-anak pengungsi. Setelah dilihat isinya tentang ajaran agama Kristen,” ungkapnya. Mendengar laporan tersebut, Veldy pun langsung meminta salah satu contoh majalahnya. Sang guru pun membawa majalah yang di antaranya bertuliskan ‘Menuju Kerajaan Yehuwa’.
Atas kejadian itu, Veldy lalu mencari petugas di Satkorlak bencana di Pendopo Gubernuran Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Di tempat itu, dia berbicara dengan salah satu petugas yang mengaku dari Departemen Luar Negeri. Ternyata petugas itu mengungkapkan bahwa Indonesia adalah negara terbuka sehingga bebas bagi siapa saja untuk menyebarkan ajaran yang diyakininya. Namun, menurutnya, sebagian relawan kaget mendengar kabar itu, karena selama ini mereka baru mendengar informasinya secara sepintas.
Tak hanya umat Islam yang geram dengan adanya misi penyebaran agama di balik aksi kemanusiaan itu. Uskup Agung Kardinal Julius Darmaatmaja juga mengaku tidak sepakat dengan cara-cara seperti itu. Dia sendiri berjanji untuk tidak ‘macam-macam’ dalam ikut membantu menangani korban tsunami di Aceh dan Sumatra Utara.
Bantuan untuk para korban, kata dia, tentunya semata-mata merupakan bantuan kemanusiaan dan tidak boleh disalahgunakan. ”Semua semata-mata berdasarkan kemanusiaan. Kami dari pihak Katolik tidak akan macam-macam,” tegasnya usai mendampingi utusan khusus Paus Paulus Johanes II, Paul Josef Cordes, menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (1/1). Cordes datang ke Indonesia untuk menyampaikan surat khusus dari Paus Johannes Paulus II terkait dengan rasa keprihatinan yang mendalam terhadap bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara.
Darmaatmadja secara khusus juga memberi komentar soal aktivitas WorldHelp yang mengangkut 300 anak Aceh ke luar daerahnya. Menurutnya, Paus tidak memperkenankan umatnya menjalankan praktik-praktik seperti aktivitas WorldHelp. ”Adalah sangat tidak manusiawi mengambil anak-anak dibawa pergi jauh. Kalau Paus mengetahui, Paus juga akan mengatakan itu tidak boleh terjadi,” ungkapnya. Namun, dia menjelaskan bahwa kasus WorldHelp tidak dibincangkan dalam pertemuannya dengan Presiden.

(Diambil dari artikel Republika)

Ketika Orde Baru jaya, banyak para pejabat yang tidak percaya adanya kristenisasi besar-besaran yang telah terjadi di Indonesia. Tetapi setelah dikeluarkan buku “Fakta dan Data” tentang kristenisasi di Indonesia oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, semua pihak terperangah dan yakin bahwa pihak misionaris zending telah bekerja keras siang-malam untuk mengkristenkan umat Islam secara khusus.

Pada Orde Reformasi mereka semakin berani melakukan kristenisasi secara terbuka bahkan keji. Mereka menggunakan Al-Qur`an dan Hadits dengan diputarbalikkan untuk membenarkan ajaran sesat mereka, dan untuk mengelabui umat Islam. Gerakan kristenisasi bergerilya dengan kedok “dakwah ukhuwwah” dan “shirathal mustaqim” secara gencar dan tersembunyi, gerakan itu dikoordinasi oleh Yayasan NEHEMIA yang dipelopori Dr. Suadi Ben Abraham, Kholil Dinata dan Drs. Poernama Winangun alias H. Amos.

Mereka telah mengeluarkan beberapa buku diantaranya:
1. Upacara Jama`ah Haji
2. Ayat-ayat yang menyelamatkan
3. Isa `alaihis salam dalam pandangan Islam
4. Riwayat singkat pusaka peninggalan Nabi Muhammad saw
5. Membina kerukunan umat beragama
6. Rahasia jalan ke surga
7. Siapakah yang bernama Allah itu?

Isi buku-buku dan brosur tersebut di atas diantaranya:
· Upacara Ibadah Haji adalah penyembahan berhala tertutup
· Islam agama khusus untuk orang Arab, Al-Qur`an kitab suci orang Arab dan Nabi Muhammad saw adalah nabi untuk orang Arab yang mengajarkan penyembahan berhala dan tidak akan selamat di akhirat
· Tuhan orang Islam adalah batu hitam (hajar aswad)
· Waktu sholat sangat kacau dan Al-Qur`an tidak relevan
· Nabi Muhammad saw memperkosa gadis dibawah umur
· Al-Qur`an untuk Iblis, Injil petunjuk bagi umat Islam yang taqwa
· Bapaknya Yesus adalah Allah subhanahu wa ta`ala
· Semua umat masuk Neraka kecuali umat Kristen
· Nabi Muhammad saw wafat mewariskan kitab Injil
· Khadijah, istri Nabi Muhammad saw beragama kristen

Sanggahan terhadap tuduhan-tuduhan keji tersebut:
· Ibadah Haji dituduh sebagai penyembahan berhala tertutup, itu tuduhan keji. Tidak bolehnya orang non muslim ke Mekkah bukan untuk menutupi upacara ibadah haji. Dan ibadah haji itu tidak ada penyembahan berhala seperti dituduhkan H. Amos orang Kristen. Namun itu perintah langsung dari Allah swt yang artinya:”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini”.(Q.S. At-Taubah: 28). Tuduhan itu juga bertentangan dengan kenyataan, karena upacara ibadah haji ditayangkan pula ke berbagai negara di dunia lewat televisi. Terbukti tak ada penyembahan berhala dalam upacara ibadah haji dan tidak tertutup.

· Nabi Muhammad saw dituduh hanya rasul untuk bangsa Arab, dan tidak akan selamat di akhirat. Tuduhan itu sangat jahat,
karena Allah swt telah menegaskan dalam Al-Qur`an yang artinya: “Dan Kami tiada mengutusmu (Muhammad) melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam”. (Q.S. Al-Anbiya:107). “Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk seluruh manusia sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S.Saba`:28). “Al-Qur`an adalah suatu peringatan untuk semesta alam.” (Q.S. At-Takwir 27 dan Al-Qalam 52). “Dan Kami turunkan Al-Qur`an kepadamu (Muhammad) supaya engkau jelaskan umat manusia, apa-apa yang diturunkan kepada mereka, supaya mereka berpikir.” (Q.S. An-Nahl 44). “Muhammad bukanlah bapak salah seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi, dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. Al-Ahzab 40)

· Tuduhan tentang Nabi Muhammad saw tidak selamat di akhirat, maka harus dibacakan sholawat, itu tuduhan keji pula. Bisa diperbandingkan dengan keadaan bahwa bayi yang meninggal dunia pasti selamat akan masuk surga. Namun bayi yang meninggal itu tetap disholati dan didoakan. Orang yang mensholati, mendoakan dan menguburkan mayit bayi ini akan mendapat pahala.
Terhadap bayi yang belum berjasa saja harus didoakan, apalagi terhadap seorang Nabi saw, yang telah sangat berjasa bagi umat manusia. Ini sudah pas dari segi ajaran agama maupun akal yang mau menerimanya.

· Tuduhan bahwa Islam mengajarkan penyembahan berhala batu hitam bernama Hajar Aswad, itu tuduhan yang amat keji dan licik. H. Amos memutarbalikkan fakta, Hajar Aswad dianggap sebagai berhala yang disisakan setelah 359 berhala dihancurkan, dengan mengutip hadits Bukhori tanpa disertai teksnya. Ternyata H. Amos sebagai orang Kristen bohong, karena Hajar Aswad bukan termasuk berhala. Teksnya Hadits Bukhari nomor 832, terjemahnya:
“Dari Ibnu `Abbas ra katanya: “Ketika Rasulullah saw mula-mula tiba di Makkah, beliau enggan hendak masuk Ka`bah karena di dalamnya banyak patung. Beliau memerintahkan supaya mengeluarkan patung-patung itu, maka dikeluarkan mereka semuanya termasuk patung Nabi Ibrahim dan Isma`il yang sedang memegang Azlam (alat untuk mengundi). Melihat itu Rasulullah saw bersabda:
“Terkutuklah orang yang membuat patung itu!, Demi Allah sesungguhnya mereka tahu bahwa keduanya tidak pernah melakukan undian dengan Azlam, sekali-kali tidak”. Kemudian beliau masuk ke dalam Ka`bah, lalu takbir di setiap pojok dan beliau saw sholat di dalamnya”. (Shahih Bukhari No. 832)

· Tuduhan tentang waktu sholat sangat kacau, itu tuduhan yang sangat mengada-ada. Penuduh membentrokkan ayat-ayat dengan hadits Bukhari tanpa mau memahami Q.S. Al-Isra 78 dan Q.S. Hud 114, dibentrokkan dengan hadits Bukhari nomor 211, lalu dikomentari bahwa yang dipakai hadits, bukan Al-Qur`an. Maka dituduh kacau. Padahal kalau mau memahami, ayat-ayat maupun hadits tersebut semuanya bermakna bahwa sholat wajib adalah 5 waktu sehari semalam, yaitu Shubuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan `Isya.

· Nabi Muhammad saw dituduh memperkosa gadis dibawah umur, itu tuduhan yang sangat menghina. Tuduhan itu hanya menunjukkan kebencian yang amat sangat, dan tidak bisa mengemukakan bukti-bukti larangan tentang menikahi gadis dalam batasan umur. Padahal umur 9 tahun seperti `Aisyah yang mulai diajak berumah tangga oleh Nabi saw setelah dinikahi pada umur 6 tahun, itu tidak ada larangan. Sedangkan gadis-gadis Arab-pun dalam usia 9 tahu sudah mungkin sekali haid, berarti dewasa. Jadi tuduhan itu hanyalah kebencian yang membabi buta.

Tuduhan-tuduhan lain yang mereka lontarkan terhadap Islam sifatnya sama; hanyalah kebencian dan kebohongan belaka. Orang-orang yang mau berpikir pasti paham bahwa tuduhan-tuduhan mereka itu menunjukkan betapa rendahnya moral mereka.

Tiga Serangkai Musuh Islam
Kristenisasi, Orientalisme dan Penjajahan menjadi tiga serangkai, yang tidak dapat dipisahkan. Masing-masing mempunyai tugas untuk menghancurkan umat Islam.
Kristenisasi bertugas untuk merusak aqidah; orientalisme memporak-porandakan pemikiran Islam; dan penjajahan melumpuhkan fisik.

Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. (Q.S. At-Taubah 32)

Tujuan utama missionaris Zending adalah menyeret orang-orang Islam ke Kristen. Jika hal itu sulit dilakukan, maka akan ditempuh dengan upaya bagaimana cara mengaburkan pengertian Islam bagi kaum muslimin. Misionaris bertindak sebagai antek-antek dan mata-mata penjajah Barat demi merusak kesatuan Islam. Tujuan itu diperjelas oleh Pendeta Simon, bahwa misionaris adalah faktor penting sebagai penghancur kekuatan persatuan umat Islam.

Negara yang pertama kali mengembangkan kristenisasi adalah Belanda, yang pernah menjajah Indonesia dan memecah Jawa menjadi kawasan-kawasan yang dibangun untuk gereja dan sekolahan. Kemudian langkah tersebut diikuti oleh negara Eropa lainnya.

Memperkosa dan Memurtadkan
Kejahatan kristenisasi itu, kini dilengkapi dengan kenyataan kristenisasi yang sangat menghina umat Islam, yaitu memperkosa muslimah murid Madrasah Aliyah di Padang yang selanjutnya dimurtadkan. Khairiyah Enisnawati alias Wawah (17 thn) pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Gunung Pangilun, Padang, Sumatera Barat adalah salah satu dari 500 orang Minang yang dimurtadkan. Gadis berjilbab itu diculik, diperkosa dan dipaksa keluar dari agamanya lewat misi rahasia yang dijalankan sekelompok orang Kristen, di rumah Salmon seorang Jemaat Gereja Protestan di Jl. Bagindo Aziz Chan, Padang tempat memaksa Wawah untuk membuka jilbab dan masuk Kristen.

Gereja itu dipimpin Pendeta Willy, sedang Salmon adalah jemaat yang juga karyawan PDAM Padang. (lihat Dialog Jumat, 6 Agustus 1999). Dengan aneka kelicikan, kebrutalan dan bahkan pemerkosaan seperti tersebut di atas, jumlah orang Kristen di Indonesia makin menanjak secara drastic. Dari hanya 2,8% pada tahun 1931 menjadi 7,4% pada 1971 dan hampir 10% pada 1990. Kebrutalan dan kebiadaban mereka itu menimbulakan aneka konflik pula secara bertubi-tubi. Diantaranya kerusuhan antara Muslimin dan Nasrani di Dili Timor Timur (1994), Maumere NTT (1995), Surabaya dan Situbondo Jatim (1996), Tasikmalaya (1997), Ketapang dan Kupang, serta Ambon dan Sambas (1999). (Ibid. hal 4)

Pertemuan 300 pimpinan gereja dari 50 negara di Singapura, Januari 1989, kemudian pada 6 Januari 1991 dilancarkan apa yang disebut Dekade Evangelisasi, yakni “Manifestasi Kristus kepada gentiles (non Kristen)”. Berdasarkan interpelasi angka Gereja dari 5.100.000.000 penduduk dunia dewasa ini, orang Kristen berjumlah 1.665.000.000. Berarti ada sekitar 3.435.000.000 penduduk dunia yang harus dikristenkan, menurut mereka. (Media Dakwah, Agustus 1999, hal. 16)

Dari memperkosa muslimah lalu memurtadkan, sampai mengamen di bus-bus kota dengan lagu Gerejani telah mereka gencarkan. Maka benar dan terbuktilah firman Allah swt: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka”. (Q.S. Al-Baqarah 120).

Rujukan:
1. Muallaf Meluruskan Pendeta, H. Insan L.s. Mokoginta, Yayasan Muhtadin, Jakarta, 1998
2. Muallaf Membimbing Pendeta ke Surga, H. Insan L.S. Mokoginta, Yayasan Muhtadin, Jakarta, 1998
3. Pendeta menghujat, Muallaf meralat, H. Insan L.s. Mokoginta, FAKTA, Jakarta, 1999
4. Islam dan Kristen di Indonesia, M. Natsir, Media Dakwah