Dalam Hadist Riwayat Muslim Bag. II, Siksaan Raja dan Seorang Ibu Yang Ragu Karena Bayinya, Hingga Bayinyapun Berkata “Bersabarlah Ibunda, Karena Sesungguhnya Ibunda Dalam Kebenaran”

Posted: 3 Mei 2011 in Tausiyah
Tag:, , , , , , , , ,
https://tausyah.wordpress.com/Menulis-Membaca-Al-Qur'an

Membaca Al-Qur'an

Sambungan dari artikel sebelumnya..

Sahabat-sahabatnya itu pergi membawanya, kemudian menaiki gunung, lalu anak itu berkata:

“Ya Allah, lepaskanlah hamba dari orangorang ini dengan kehendakMu.” Kemudian gunung itu pun bergerak keras dan orang- orang itu jatuhlah semuanya. Anak itu lalu berjalan menuju ke tempat raja.

Raja berkata: “Apa yang dilakukan oleh kawan-kawanmu?”

Ia menjawab: “Allah Ta’ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka.

Anak tersebut terus diberikan kepada sekelompok sahabat-sahabatnya yang lain lagi dan berkata:

“Pergilah dengan membawa anak ini dalam sebuah tongkang dan belayarlah sampai di tengah lautan. Jikalau ia kembali dari agamanya – maka lepaskanlah ia, tetapi jika tidak, maka lemparkanlah ke lautan itu.”

Orang-orang bersama sama pergi membawanya, lalu anak itu berkata:

“Ya Allah, lepaskanlah hamba dari orang-orang ini dengan kehendakMu.” Tiba-tiba tongkang itu terbalik, maka tenggelamlah semuanya. Anak itu sekali lagi berjalan ke tempat raja.Rajapun berkatalah: “Apakah yang dikerjakan oleh kawan-kawanmu?”

Ia menjawab: “Allah Ta’ala telah melepaskan aku dari tindakan mereka.”

Selanjutnya ia berkata pula pada raja: “Tuan tidak dapat membunuh saya, sehingga Tuan suka melakukan apa yang ku perintahkan.”

Raja bertanya: “Apakah itu?”

Ia menjawab: “Tuan kumpulkanlah semua orang di lapangan menjadi satu dan Tuan salibkan saya di batang pohon, kemudian ambillah sebatang anak panah dari tempat panahku ini, lalu letakkanlah anak panah itu pada busurnya, lalu ucapkanlah:

“Dengan nama Allah, Tuhan anak ini,” terus lemparkanlah anak panah itu. Sesungguhnya apabila Tuan mengerjakan semua itu, tentu Tuan dapat membunuhku.”

Raja mengumpulkan semua orang di suatu padang luas. Anak itu disalibkan pada sebatang pohon, kemudian mengambil sebuah anak panah dari tempat panahnya, lalu meletakkan anak panah di busur, terus mengucapkan:

“Dengan nama Allah, Tuhan anak ini.”

Anak panah dilemparkan dan jatuhlah anak panah itu pada pelipis anak tersebut. Anak itu meletakkan tangannya di pelipisnya, kemudian meninggal dunia.

Orang-orang yang berkumpul itu sama berkata:

“Kita semua beriman kepada Tuhannya anak ini.”

Raja didatangi dan kepadanya dikatakan:

“Adakah Tuan mengetahui apa yang selama ini Tuan takutkan? Benarbenar, demi Allah, apa yang Tuan takutkan itu telah tiba – yakni tentang keimanan seluruh rakyatnya. Orang-orang semuanya telah beriman.”

Raja memerintahkan supaya orang-orang itu digiring di celah-celah bumi – yang bertebing dua kanankiri – iaitu di pintu lorong jalan. Celah-celah itu dibelahkan dan dinyalakan api di situ,

Ia berkata: “Barangsiapa yang tidak kembali dari agamanya, maka lemparkanlah ke dalam celahcelah itu,”

atau dikatakan: “Supaya melemparkan dirinya sendiri ke dalamnya.”

Orang banyak melakukan yang sedemikian itu sebab tidak ingin kembali menjadi kafir dan musyrik lagi, sehingga ada seorang wanita yang datang dengan membawa bayinya. Wanita ini agaknya ketakutan hendak menceburkan diri ke dalamnya. Sehingga bayinya itu berkata: “Hai ibunda, bersabarlah, karena sesungguhnya.. ibunda berada pada jalan yang benar.”

(Hadist Riwayat Muslim)

https://tausyah.wordpress.com

Komentar
  1. […] menjadi dua kali lipat jumlahnya daripada jumlah virus AIDS, sehingga ia akan dapat memusnahkan virus AIDS dan terselamat manusia dari penyakit […]

    Suka

  2. […] merekalah yang sebenar-benar wanita muslimah yang senantiasa menutup auratnya, sedang mereka berpakaian longgar seumpama gamis yang tiada akan menunjukkan lekak-lekuk tubuh mereka. dan tiadalah yang […]

    Suka

  3. […] merekalah yang sebenar-benar wanita muslimah yang senantiasa menutup auratnya, sedang mereka berpakaian longgar seumpama gamis yang tiada akan menunjukkan lekak-lekuk tubuh mereka. dan tiadalah yang […]

    Suka

  4. […] mereka menasehati manusia dengan cara yang terbaik, menghindar dari penggunaan cara-cara kaku dan keras di dalam berdakwah, karena kami ber­keyakinan bahwasanya Allah جل جلا له ketika berfirman […]

    Suka

  5. […] mereka menasehati manusia dengan cara yang terbaik, menghindar dari penggunaan cara-cara kaku dan keras di dalam berdakwah, karena kami ber­keyakinan bahwasanya Allah جل جلا له ketika berfirman […]

    Suka