Enam Perkara Syarat – Syarat Yang Harus Dipenuhi Dalam Melaksanakan Ibadah

Posted: 20 Februari 2011 in Tausiyah
Tag:

https://tausyah.wordpress.com/Ibadah-Shalat

Ibadah Shalat

Oleh

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-‘Utsaimin

Perlu diketahui bahwa mutaba’ah (mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) tidak akan tercapai kecuali apabila amal yang dikerjakan sesuai dengan syari’at dalam enam perkara.

Pertama : Sebab.

Jika seseorang melakukan suatu ibadah kepada Allah dengan sebab yang tidak disyari’atkan, maka ibadah tersebut adalah bid’ah dan tidak diterima (ditolak).

Contoh : Ada orang yang melakukan shalat tahajud pada malam dua puluh tujuh bulan Rajab, dengan dalih bahwa malam itu adalah malam Mi’raj Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (dinaikkan ke atas langit). Shalat tahajud adalah ibadah, tetapi karena dikaitkan dengan sebab tersebut menjadi bid’ah. Karena ibadah tadi didasarkan atas sebab yang tidak ditetapkan dalam syari’at. Syarat ini -yaitu : ibadah harus sesuai dengan syari’at dalam sebab – adalah penting, karena dengan demikian dapat diketahui beberapa macam amal yang dianggap termasuk sunnah, namun sebenarnya adalah bid’ah.

Kedua : Jenis.

Artinya : ibadah harus sesuai dengan syari’at dalam jenisnya. Jika tidak, maka tidak diterima.
Contoh : Seorang yang menyembelih kuda untuk kurban adalah tidak sah, karena menyalahi ketentuan syari’at dalam jenisnya. Yang boleh dijadikan kurban yaitu unta, sapi dan kambing. Ketiga : Kadar (Bilangan).

Kalau seseorang yang menambah bilangan raka’at suatu shalat, yang menurutnya hal itu diperintahkan, maka shalat tersebut adalah bid’ah dan tidak diterima, karena tidak sesuai dengan ketentuan syari’at dalam jumlah bilangan rakaatnya. Jadi, apabila ada orang shalat zhuhur lima raka’at, umpamanya, maka shalatnya tidak sah.

Keempat : Kaifiyah (Cara).

Seandainya ada orang berwudhu dengan cara membasuh tangan, lalu muka, maka tidak sah wudhunya karena tidak sesuai dengan cara yang ditentukan syari’at.

Kelima : Waktu.

Apabila ada orang yang menyembelih binatang kurban pada hari pertama bulan Dzul Hijjah, maka tidak sah, karena waktu melaksanakannya tidak menurut ajaran Islam.

Saya pernah mendengar bahwa ada orang bertaqarub kepada Allah pada bulan Ramadhan dengan menyembelih kambing. Amal seperti ini adalah bid’ah, karena tidak ada sembelihan yang ditujukan untuk bertaqarrub kepada Allah kecuali sebagai kurban, denda haji dan akikah. Adapun menyembelih pada bulan Ramadhan dengan i’tikad mendapat pahala atas sembelihan tersebut sebagaimana dalam Idul Adha adalah bid’ah. Kalau menyembelih hanya untuk memakan dagingnya, boleh saja.

Keenam : Tempat.

Andaikata ada orang beri’tikaf di tempat selain masjid, maka tidak sah i’tikafnya. Sebab tempat i’tikaf hanyalah di masjid. Begitu pula, andaikata ada seorang wanita hendak beri’tikaf di dalam mushalla di rumahnya, maka tidak sah i’tikafnya, karena tempat melakukannya tidak sesuai dengan ketentuan syari’at, Contoh lainnya : Seseorang yang melakukan thawaf di luar Masjid Haram dengan alasan karena di dalam sudah penuh sesak, tahawafnya tidak sah, karena tempat melakukan thawaf adalah dalam Baitullah tersebut, sebagaimana firman Allah Ta’ala.

“Artinya : Dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf”. [Al-Hajj : 26].

Kesimpulan dari penjelasan di atas, bahwa ibadah seseorang tidak termasuk amal shaleh kecuali apabila memenuhi dua syarat, yaitu :

Pertama : Ikhlas
Kedua : Mutaba’ah.

Dan Mutaba’ah tidak akan tercapai kecuali dengan enam perkara yang telah diuraikan tadi.

[Disalin dari buku Al-Ibdaa’ fi Kamaalisy Syar’i wa Khatharil Ibtidaa’ edisi Indonesia Kesempurnaan Islam dan Bahaya Bid’ah karya Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-‘Utsaimin, penerjemah Ahmad Masykur MZ, terbitan Yayasan Minhajus Sunnah, Bogor – Jabar](almanhaj)

 

https://tausyah.wordpress.com

 

Komentar
  1. […] Enam Perkara Syarat – Syarat Yang Harus Dipenuhi Dalam Melaksanakan Ibadah […]

    Suka

  2. […] saya tetap dalam keadaan menantikan bangun mereka itu terus- menerus dan gelas itu tetap pula di tangan saya, sehingga fajarpun […]

    Suka

  3. […] perkataan dan perbuatan yang dapat mengundang SEX.Bukankah ketika si fulanah melangkah dengan berpakaian seoronok yang dengan pakaian yang memperlihatkan lekak lekuk tubuhnya, yang sedemikian itu […]

    Suka

  4. […] (QS 17: 64). 7.    Mampu membuktikan sangkaannya menjadi pembenaran (QS 34: 20). 8.    Memutarbalikkan data dan fakta (–Allah SWT tidak menyuruh manusia apa-apa yang dikatakan iblis–) (QS 7: […]

    Suka

  5. […] (QS 17: 64). 7.    Mampu membuktikan sangkaannya menjadi pembenaran (QS 34: 20). 8.    Memutarbalikkan data dan fakta (–Allah SWT tidak menyuruh manusia apa-apa yang dikatakan iblis–) (QS 7: […]

    Suka

  6. […] bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah […]

    Suka

  7. […] bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah […]

    Suka

  8. […] bermuka buruk itu menjawab, “Sebab yang mereka cari uang dinar sebagai bekal dunia. Sedangkan yang saya butuhkan bukan dinar melainkan bekal […]

    Suka

  9. […] akhi ukhti sekalian..demikianlah gerangannya yang terjadi pada setiap diri-diri manusia, kedua kerajaan itu akan senantiasa dalam peperangan yang tiada habis-habisnya. Sampai setiap […]

    Suka

  10. twienztar berkata:

    […] bermuka buruk itu menjawab, “Sebab yang mereka cari uang dinar sebagai bekal dunia. Sedangkan yang saya butuhkan bukan dinar melainkan bekal […]

    Suka

  11. […] mereka yang di kehendaki oleh Allah. Maka dari itu, jika di padukan antara beratnya kebenaran pada jiwa manusia plus cara dakwah yang keras lagi kaku, ini berarti menjadikan manusia se­makin jauh dari […]

    Suka

  12. […] mereka yang di kehendaki oleh Allah. Maka dari itu, jika dipadukan antara beratnya kebenaran pada jiwa manusia plus cara dakwah yang keras lagi kaku, ini berarti menjadikan manusia se­makin jauh […]

    Suka

  13. […] perkataan dan perbuatan yang dapat mengundang SEX.Bukankah ketika si fulanah melangkah dengan berpakaian seoronok yang dengan pakaian yang memperlihatkan lekak lekuk tubuhnya, yang sedemikian itu […]

    Suka

  14. […] sebelum keduanya, baik pada keluarga atau hamba sahaya.Seterusnya saya tetap dalam keadaan menantikan bangun mereka itu terus- menerus dan gelas itu tetap pula di tangan saya, sehingga fajarpun […]

    Suka

Tinggalkan komentar