Kisah Indah Seorang Pemuda Yang Shaleh, Tsabit Bin Ibrahim, Mengawini Seorang Gadis Yang Buta, Bisu, Tuli dan Lumpuh Hanya Karena Memakan Buah Apel Milik Orang Lain

Posted: 29 Januari 2011 in Salafush Shalih
Tag:, , , , , , , , , , ,
https://tausyah.wordpress.com/Tsabit-Bin-Ibrahim

Tsabit Bin Ibrahim

Sungguh..rasanya bukanlah suatu keadilan jika sekiranya seorang yang shaleh, kemudian menemukan buah yang terjatuh dari pohonnya diluar daripada kebun itu hingga kemudian iapun memakannya. Namun karena merasa berdosa oleh karena telah memakan milik orang lain, hendaknya ia  mesti meminta izin kepada pemiliknya dan menemui pemilik kebun itu kemudiannya. Akan tetapi, apalah yang hendak dikata tat kala si pemilik kebun itu berseru bahwa ia tiada ridho oleh pemuda yang memakan buah dari kebun miliknya sebelum satu syarat darinya dipenuhi oleh pemuda itu, yaitu “mengawini anak gadisnya yang buta, bisu, tuli dan lumpuh”, demikianlah kata si pemilik kebun. Sang pemuda tampak terperangah mendengarnya, namun oleh karena ia hendak mencari keridhoan ALLAH Ta’ala ia tak mampu menolak persyaratan itu.

Wahai saudara-saudariku, tahukah engkau perihal salah satu daripada imam besar kita Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit, maka sesungguhnya ia terlahir daripada benih cinta antara kedua pasangan yang shaleh lagi shalihah ini. Simak kisahnya..Seorang lelaki yang saleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat Sebuah apel jatuh keluar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah membuat air liur Tsabit terbit, apalagi di hari yang panas dan tengah kehausan. Maka tanpa berpikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel yang lezat itu. akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahwa buah itu bukan miliknya dan dia belum mendapat ijin pemiliknya. Maka ia segera pergi kedalam kebun buah-buahan itu hendak menemui pemiliknya agar menghalalkan buah yang telah dimakannya.

Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki. Maka langsung saja dia berkata, “Aku sudah makan setengah dari buah apel ini. Aku berharap Anda menghalalkannya“. Orang itu menjawab, “Aku bukan pemilik kebun ini. Aku Khadamnya yang ditugaskan merawat dan mengurusi kebunnya”. Dengan nada menyesal Tsabit bertanya lagi, “Dimana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah kumakan ini.”

Pengurus kebun itu memberitahukan, “Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh perjalan sehari semalam”. Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya kepada orang tua itu, “Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa seijin pemiliknya. Bukankah Rasulullah Saw sudah memperingatkan kita lewat sabdanya : “Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka

Tsabit pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba di sana dia langsung mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung memberi salam dengan sopan, seraya berkata,” Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Karena itu maukah tuan menghalalkan apa yang sudah kumakan itu ?” Lelaki tua yang ada dihadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata tiba-tiba, “Tidak, aku tidak bisa menghalalkannya kecuali dengan satu syarat.” Tsabit merasa khawatir dengan syarat itu karena takut ia tidak bisa memenuhinya. Maka segera ia bertanya, “Apa syarat itu tuan ?” Orang itu menjawab, “Engkau harus mengawini putriku !”

Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia berkata, “Apakah karena hanya aku makan setengah buah apelmu yang keluar dari kebunmu, aku harus mengawini putrimu ?” Tetapi pemilik kebun itu tidak menggubris pertanyaan Tsabit. Ia malah menambahkan, katanya, “Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang yang lumpuh!”

Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berpikir dalam hatinya, apakah perempuan seperti itu patut dia persunting sebagai istri gara-gara setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya? Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi, “Selain syarat itu aku tidak bisa menghalalkan apa yang telah kau makan !”

Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap, “Aku akan menerima pinangannya dan perkawinanya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Allah Rabbul ‘alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya karena aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta’ala“.

Maka pernikahan pun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkawinan usai, Tsabit dipersilahkan masuk menemui istrinya. Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berpikir akan tetap mengucapkan salam walaupun istrinya tuli dan bisu, karena bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga. Maka iapun mengucapkan salam ,”Assalamu’alaikum…” Tak dinyana sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi jadi istrinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu , dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya . Sekali lagi Tsabit terkejut karena wanita yang kini menjadi istrinya itu menyambut uluran tangannya. Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini.

“Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada dihadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula”, Kata Tsabit dalam hatinya. Tsabit berpikir, mengapa ayahnya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan yang sebenarnya ? Setelah Tsabit duduk di samping istrinya , dia bertanya, “Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta . Mengapa ?” Wanita itu kemudian berkata, “Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah“.

Tsabit bertanya lagi, “Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli. Mengapa?”

Wanita itu menjawab, “Ayahku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah. Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan ?” ungkap istrinya sebaliknya.

Tanya wanita itu kepada Tsabit yang kini sah menjadi suaminya. Tsabit mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan istrinya. Selanjutnya wanita itu berkata, “aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta’ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh karena kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang bisa menimbulkan kegusaran Allah Ta’ala“.

Tsabit amat bahagia mendapatkan istri yang ternyata amat saleh dan wanita yang memelihara dirinya. Dengan bangga ia berkata tentang istrinya, “Ketika kulihat wajahnya… Subhanallah , dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap”. Tsabit dan istrinya yang salihah dan cantik itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke seluruh penjuru dunia. Maka..Dialah Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit.

https://tausyah.wordpress.com

Komentar
  1. […] selalu  berada di sampingnya, maka tidaklah mengherankan bila dia meninggalkan bekas yang paling indah di dalam  hatinya  yang  penyayang.  Dunia  selalu  mengingat Fatimah,  “ibu   […]

    Suka

  2. […] selalu  berada di sampingnya, maka tidaklah mengherankan bila dia meninggalkan bekas yang paling indah di dalam  hatinya  yang  penyayang.  Dunia  selalu  mengingat Fatimah,  “ibu   […]

    Suka

  3. […] Kisah Indah Seorang Pemuda Yang Shaleh, Tsabit Bin Ibrahim, Mengawini Seorang Gadis Yang Buta, Bisu,… […]

    Suka

  4. […] Adalah berkenaan dengan keterangan yang menjelaskan perhatian dan kecintaan para pemuda itu kepada agama yang benar, pelarian mereka untuk menjauhkan diri dari semua fitnah dalam urusan […]

    Suka

  5. […] menaiki kapal, maka orang yang mengemudikan kapal tersebut berkata kepadanya: “Wahai Ikrimah, ikhlaskanlah […]

    Suka

  6. […] jelek dan hitam legam itu, semua yang mendengar bahkan berbalik sangat gembira karena Gubernor memperoleh jodoh seorang wanita yang tidak saja taat kepada suami, tetapi juga taat kepada gubernornya, kepada […]

    Suka

  7. […] nasab yang terhormat ini beliau juga seorang wanita yang berparas cantik, berkedudukan dan seorang wanita yang cerdas.Pada mulanya dinikahi oleh Abu Salamah Abdullah bin Abdil Asad al-Makhzumi, seorang shahabat yang […]

    Suka

  8. nisakira berkata:

    subhanallah..

    Suka

  9. […] “Aku pernah tanyakan kepada Hasan –atau ditanya- tentang seorang laki-laki yang mempunyai dua isteri di dalam satu rumah? Dia menjawab, Mereka (para Sahabat) memakruhkan al-wajs, yakni dia […]

    Suka

  10. […] jelek dan hitam legam itu, semua yang mendengar bahkan berbalik sangat gembira karena Gubernor memperoleh jodoh seorang wanita yang tidak saja taat kepada suami, tetapi juga taat kepada gubernornya, kepada […]

    Suka

  11. […] selalu  berada di sampingnya, maka tidaklah mengherankan bila dia meninggalkan bekas yang paling indah di dalam  hatinya  yang  penyayang.  Dunia  selalu  mengingat Fatimah,  “ibu   […]

    Suka

  12. […] selalu  berada di sampingnya, maka tidaklah mengherankan bila dia meninggalkan bekas yang paling indah di dalam  hatinya  yang  penyayang.  Dunia  selalu  mengingat Fatimah,  “ibu   […]

    Suka

  13. […] selalu  berada di sampingnya, maka tidaklah mengherankan bila dia meninggalkan bekas yang paling indah di dalam  hatinya  yang  penyayang.  Dunia  selalu  mengingat Fatimah,  “ibu   […]

    Suka

  14. […] ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais […]

    Suka

  15. […] Seorang Wali ALLAH Yang Shalat Di Atas Air, Uwais al-Qarni Laki-Laki (Anak) Yang Sholeh Sang Penghuni Langit Dan Bukan Penghuni Bumi Yang Berbakti Kepada Ibunya Dan Cinta Kepada Nabinya, Serta Permohonannya Yang Selalu Akan Dikabulkan ALLAH « Tausiy pada Kisah Indah Seorang Pemuda Yang Shaleh, Tsabit Bin Ibrahim, Mengawini Seorang Gadis Yang Buta, Bisu,… […]

    Suka

  16. […] ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais […]

    Suka

  17. […] ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais […]

    Suka

  18. […] ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais […]

    Suka

  19. […] ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais […]

    Suka

  20. […] ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais […]

    Suka

  21. twienztar berkata:

    […] jelek dan hitam legam itu, semua yang mendengar bahkan berbalik sangat gembira karena Gubernor memperoleh jodoh seorang wanita yang tidak saja taat kepada suami, tetapi juga taat kepada gubernornya, kepada […]

    Suka

Tinggalkan komentar