Akhir Hidup si Pencari Tuhan

Posted: 7 Juni 2010 in Renungan
Tag:

Abdul Wahid bin Zaid berkata, “Ketika itu kami naik perahu, angin kencang berhembus menerpa perahu kami, sehingga kami terdampar di suatu pulau. Kami turun ke pulau itu dan mendapati seorang laki-laki sedang menyembah patung.”
Kami berkata kepadanya, “Di antara kami, para penumpang perahu ini tidak ada yang melakukan seperti yang kamu perbuat.”
Dia bertanya, “Kalau demikian, apa yang kalian sembah?”
Kami menjawab, “Kami menyembah Allah.”
Dia bertanya, “Siapakah Allah?”
Kami menjawab, “Zat yang memiliki istana di langit dan kekuasaan di muka bumi.”
Dia bertanya, “Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?”
Kami jawab, “Zat tersebut mengutus seorang rasul kepada kami dengan membawa mukjizat yang
jelas, maka rasul itulah yang menerangkan kepada kami mengenai hal itu.”
Dia bertanya, “Apa yang dilakukan oleh rasul kalian?”
Kami menjawab, “Ketika beliau telah tuntas menyampaikan risalah-Nya, Allah SWT mencabut
rohnya, kini utusan itu telah meninggal.”
Dia bertanya, “Apakah dia tidak meninggalkan sesuatu tanda kepada kalian?”
Kami menjawab, “Dia meninggalkan kitabullah untuk kami.”
Dia berkata, “Coba kalian perlihatkan kitab suci itu kepadaku!”
Kemudian, kami memberikan mushaf Qur’an kepadanya.
Dia berkata, “Alangkah bagusnya bacaan yang terdapat di dalam mushaf itu.”
Lalu, kami membacakan beberapa ayat untuknya. Tiba-tiba ia menangis, dan berkata, “Tidak pantas Zat yang memiliki firman ini didurhakai.” Maka, kemudian ia memeluk Islam dan menjadi seorang muslim yang baik.

Selanjutnya, dia meminta kami agar diizinkan ikut serta dalam perahu. Kami pun menyetujuinya, lalu kami mengajarkan beberapa surah Alquran. Ketika malam tiba, sementara kami semua tidur, tiba-tiba dia bertanya, “Wahai kalian, apakah Zat yang kalian beri tahukan kepadaku itu juga tidur?”
Kami menjawab, “Dia hidup terus, Maha Mengawasi dan tidak pernah mengantuk atau tidur.”
Dia berkata, “Ketahuilah, adalah termasuk akhlak yang tercela bilamana seorang hamba tidur nyenyak di hadapan tuannya.” Dia lalu melompat, berdiri untuk mengerjakan salat. Demikianlah, kemudian ia qiamullail (shalat malam) sambil menangis hingga datang waktu subuh.

Ketika sampai di suatu daerah, aku berkata kepada kawanku, “Laki-laki ini orang asing, dia baru saja memeluk Islam, sangat pantas jika kita membantunya.” Mereka pun bersedia mengumpulkan beberapa barang untuk diberikan kepadanya, lalu kami menyerahkan bantuan itu kepadanya.
Seketika saja ia bertanya, “Apa ini?”
Kami jawab, “Sekadar infak, kami berikan kepadamu.”
Dia berkata, “Subhanallah, kalian telah menunjukkan kepadaku suatu jalan yang kalian sendiri belum mengerti. Selama ini aku hidup di suatu pulau yang dikelilingi lautan, aku menyembah zat lain, sekalipun demikian dia tidak pernah menyia-nyiakan aku … maka bagaimana mungkin dan
apakah pantas Zat yang aku sembah sekarang ini, Zat Yang Maha Mencipta dan Zat Maha Memberi rezeki akan menelantarkan aku?”

Setelah itu dia pergi meninggalkan kami. Beberapa hari kemudian aku mendapat kabar bahwa ia dalam keadaan sakaratul maut. Kami segera menemuinya, dan ia sedang dalam detik-detik kematian. Setiba di sana aku ucapkan salam kepadanya, lalu bertanya, “Katakanlah, apa yang kamu
inginkan?”
Dia menjawab, “Keinginanku adalah berupa sebuah doa, dan itupun telah lama terkabul yaitu saat kalian datang ke pulau itu, dimana ketika itu aku tidak mengerti kepada siapa aku harus menyembah.”

Kemudian, aku bersandar pada salah satu ujung kainnya untuk menenangkan hatinya, tiba-tiba saja aku tertidur. Dalam tidurku aku bermimpi melihat teman yang di atasnya terdapat kubah di sebuah kuburan seorang ahli ibadah. Di bawah kubah terdapat tempat tidur sedang di atasnya nampak
seorang gadis sangat cantik. Gadis itu berkata, “Demi Allah, segeralah mengurus jenazah itu, aku sangat rindu kepadanya.” Maka, aku terbangun dan aku dapati orang tersebut telah mati. Lalu aku memandikan dan kafani jenazah itu.

Pada malam harinya, saat aku tidur, aku memimpikannya lagi. Aku lihat ia sangat bahagia, didampingi seorang gadis di atas tempat tidur di bawah kubah sambil menyenandungkan firman Allah, “(Sambil mengucapkan), ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum.’ Maka, alangkah baiknya tempat kesudahan itu” (Ar-Ra’d: 24). (Al-Mawa’izh wal-Majalis, 40).
Sumber: 99 Kisah Orang Shalih, terjemahan dari kitab Mi’ah Qishshah min Qishashish, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab.

https://tausyah.wordpress.com

 

 

 

Komentar
  1. […] sosok Tuhannya, telah mempergunakan kekuatan akal pikirannya serta hati nuraninya, dimulai dari ketidak puasannya terhadap berhala-berhala yang dibuat oleh bapaknya sendiri dan dijadikan sesembahan kaumnya masa itu (Qs. 37:83-93), juga […]

    Suka

  2. […] Dzar kelihatan lega dan tentram. Tak lama kemudian ia memejamkan mata, lalu secara perlahan-lahan menghembuskan nafas terakhir dalam ke­adaan tenang berserah diri ke hadirat Allah s.w.t. Awan di langit berarak-arak tebal […]

    Suka

  3. […] kepada Khalifah berarti membela Marwan dan kawan-kawannya yang terang dibenci oleh kaum muslimin. Ber­fihak kepada kaum muslimin yang memberontak, berarti me­lawan Khalifah yang sah. Usahanya […]

    Suka

  4. […] hampir mati! (Markus 5: 23) ” Dan memohon dengan sangat kepada-Nya: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati , datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap […]

    Suka

  5. […] dengan Allah s.w.t. Biarlah Allah sendiri yang menjadi saksi, dengan lidah aku telah berjuang memperbaiki keadaan sesuai dengan kehendak-Nya dan menurut […]

    Suka

  6. […] ketika Allah berfirman, ‘Hai ‘Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu, dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir’.” (Qs. […]

    Suka

  7. […] setiap musuh akan merasa gentar menghadapi kaum Muslim. Rasa gentar ini akan menyebar luas kepada musuh-musuh yang nyata maupun yang potensial, sehingga dapat menjadi sarana yang efektif untuk mencegah kemunculan pihak-pihak yang hendak […]

    Suka

  8. […] salah satu dari sekian banyak orang yang tidak percaya pada transmutasi kimia logam. Pandangan ini ditentang secara radikal pada masa itu. Risalahnya mgngenai mineral merupakan salah satu sumber utama geologi yang digunakan […]

    Suka

  9. […] termasuk jenis manusia yang suka coba-coba. Bukan sembarang coba-coba, melainkan sebuah upaya untuk mencari pegangan hidup yang sesuai dengan pilihan hati nurani. Karena, agama yang pernah saya anut tidak sesuai dengan kata hati, akhirnya saya jadi […]

    Suka

  10. […] Lantas sang pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu memeluk agama Islam. Sungguh Allah telah menganugrahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.** […]

    Suka

  11. […] antara dua orang itu disaksikan oleh hakim dan hadirin lainnya. Mereka ramai membicarakan kejadian yang sangat mengesankan itu. Benarlah bahwa hanya orang muslim yang menghayati Islam sepenuhnya […]

    Suka

  12. […] Dzar kelihatan lega dan tentram. Tak lama kemudian ia memejamkan mata, lalu secara perlahan-lahan menghembuskan nafas terakhir dalam ke­adaan tenang berserah diri ke hadirat Allah s.w.t. Awan di langit berarak-arak tebal […]

    Suka

  13. […] Dzar kelihatan lega dan tentram. Tak lama kemudian ia memejamkan mata, lalu secara perlahan-lahan menghembuskan nafas terakhir dalam ke­adaan tenang berserah diri ke hadirat Allah s.w.t. Awan di langit berarak-arak tebal […]

    Suka

  14. […] Dzar kelihatan lega dan tentram. Tak lama kemudian ia memejamkan mata, lalu secara perlahan-lahan menghembuskan nafas terakhir dalam ke­adaan tenang berserah diri ke hadirat Allah s.w.t. Awan di langit berarak-arak tebal […]

    Suka

  15. […] Dzar kelihatan lega dan tentram. Tak lama kemudian ia memejamkan mata, lalu secara perlahan-lahan menghembuskan nafas terakhir dalam ke­adaan tenang berserah diri ke hadirat Allah s.w.t. Awan di langit berarak-arak tebal […]

    Suka

  16. […] hadits di atas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk hati-hati dengan fitnah kaum wanita dan perintah itu wajib dilaksanakan, bagaimana kita dapat melaksanakan perintah […]

    Suka

  17. […] Lantas sang pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu memeluk agama Islam. Sungguh Allah telah menganugrahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.** […]

    Suka

  18. […] dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian […]

    Suka

  19. […] salah satu dari sekian banyak orang yang tidak percaya pada transmutasi kimia logam. Pandangan ini ditentang secara radikal pada masa itu. Risalahnya mgngenai mineral merupakan salah satu sumber utama geologi yang digunakan […]

    Suka

  20. […] hari bersama para mahasiswi disana, sebagian dari mereka menggunakan cadar, mereka tetap menawan serta mandiri, dan bebas berpendapat. Mereka tidak semua gadis pemalu, atau mereka akan dipaksa segera […]

    Suka

  21. […] antara dua orang itu disaksikan oleh hakim dan hadirin lainnya. Mereka ramai membicarakan kejadian yang sangat mengesankan itu. Benarlah bahwa hanya orang muslim yang menghayati Islam sepenuhnya […]

    Suka

  22. […] kelihatan lega dan tentram. Tak lama kemudian ia memejamkan mata, lalu secara perlahan-lahan menghembuskan nafas terakhir dalam ke­adaan tenang berserah diri ke hadirat Allah s.w.t. Awan di langit berarak-arak tebal […]

    Suka

  23. […] kelihatan lega dan tentram. Tak lama kemudian ia memejamkan mata, lalu secara perlahan-lahan menghembuskan nafas terakhir dalam ke­adaan tenang berserah diri ke hadirat Allah s.w.t. Awan di langit berarak-arak tebal […]

    Suka

Tinggalkan komentar